Chapter 3 - Aku

19 1 0
                                    

"Semua telah membaik dan kembali, tapi Emery?"

***

Haidan sudah kembali pada dekapanku, sedangkan Emery dan Akhtar mereka seperti menghilang namun ada dalam jangkauan mataku.

Kaki Haidan dan aku melangkah bersamaan disebuah koridor sekolah, kami memang selalu pergi-pulang secara bersama. Ini sudah terjadi sejak aku masih SMP tapi aku dan Haidan beda ruangan.

Orang yang aku kenal sudah terlihat dengan jelas dan dekat, itu berarti aku dan Haidan hampir sampai di kelas. Setelah kami masuk ke dalam aku dan Haidan duduk di meja kami..

Kurang lebih sudah hampir satu jam setelah kami tiba di sekolah, bel sekolah berbunyi dan para murid pun duduk di tempat masing-masing.
Di kelas ku XI MIPA 2 yang menjadi KM adalah Haidan, dia yang memimpin kami berdoa sebelum dan sesudah belajar. Dia yang menjadi nahkoda dikelas, semua orang dalam kelas patuh pada perintahnya. Walau dia anak MIPA tapi Haidan sangat mahir pada pelajaran sejarah dia sangat menyukainya.

Setelah Haidan memimpin kami semua untuk berdoa tidak lama kemudian datang Bu Ayra dan Haidan pun bersiap "Berdiri.. Ucapkan salam. Dan duduk kembali." Kami semua mengikuti aba-aba dan perintahnya dan mengucapkan salam dengan serentak "Assalamu'alaikum Wr.Wb." Bu Ayra langsung menjawab salam kami "Wa'alaikumsalam Wr.Wb". Setelah Bu Ayra menjawab salam kami semua siswa langsung duduk kembali sesuai perintah KM.

"Selamat pagi anak-anak. Hari ini kita akan belajar tentang Matriks, dan buka buku paketnya halaman 72. Sebelum ibu menjelaskan kalian pahami terlebih dahulu ya." Ucap Bu Ayra Faisya dia salah satu guru Matematika Wajib yang mengajar dikelas ku, beliau orang yang baik, bahkan ketika menjelaskan seperti kepada anak SD dengan sangat detail hingga kami semua cepat mengerti dan tidak terlalu cepat jika sedang berbicara, hampir seluruh siswa yang beliau ajar mereka menyukainya.

Semua siswa dalam kelas mengikuti perintah yang Bu Ayra berikan. Emery membuka halaman buku matematika itu tanpa berkata satu patah kata pun padaku, setelah dia membuka buku paketnya dia menulis rangkuman halaman itu tanpa melirik padaku. Aku pun acuh akan sikapnya padaku, tangan ku mulai mengambil sebuah pena dari tempat pensil dan membuka buku tulis lalu menulis.

Sudah satu pekan lebih aku dan Emery tidak saling bicara, bahkan saling melirik. Kami memang satu tempat duduk tapi tidak saling sapa seperti yang lain, sebelum seperti ini kami selalu berisik dalam kelas apalagi ketika jam istirahat.

"Kalian sudah memahami nya?" Ucap Bu Ayra beliau langsung berdiri sambil memegang sebuah buku dan spidol digenggaman tangannya. "Sudah Bu". Ucap semua siswa dengan serentak. Bu Ayra langsung menjelaskan materi yang sudah diberitahu sebelumnya, beliau menjelaskan dengan detail dan jelas sampai jam pelajaran satu jam itu berakhir.

Pelajaran selanjutnya berlangsung terus menerus hingga tiba pada saat jam istirahat dan bel istirahat pun berbunyi semua siswa dalam kelas membereskan barang-barang mereka masing-masing. Aku dan Emery pun tidak bertegur sapa hingga saat ini. "Tha mau makan?". Ucap Haidan yang sedang duduk dan menghadap padaku yang masih membereskan buku. Tapi Emery dia langsung pergi ketika Haidan bertanya pada begitu juga dengan Akhtar yang meninggalkan Haidan ditempat nya sendiri.

"Tidak tahu." Aku hanya menjawab dua kata dengan pikiran berhamburan. "Aku yang bayarin deh." Dia berdiri dan berada didepan meja ku. "Boleh deh." Bibir ku melengkung ketika melihat tatapan bola mata hitamnya.

Aku berdiri dan memposisikan tubuh yang sejajar dengan Haidan. Dan kami berjalan secara berdampingan. "Kau ingin makan apa?" Haidan menoleh padaku dan memberi isyarat agar aku harap menjawabnya. "Samain aja." Mataku hanya melirik sekilas tanpa memperpanjang pembicaraan. "Baiklah." Wajahnya melemparkan tatapan ke sisi lain di lingkungan koridor sekolah.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 08, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

MERELAKAN YANG BUKANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang