karna kamu berharga. Karna mereka tidak boleh melukai mu
***
PART 3
Di sebuah ruang bernuansa putih, seorang gadis mulai menceritakan hal yang tidak pernah ia bayangkan akan terjadi dalam hidupnya 2 jam yang lalu. ketika maut benar-benar menantangnya dirinya.
“aku… aku … aku… aku tidak tau persis. Tapi akan ku ceritakan yang aku tau”
Dua ditektif laki-laki dan seorang wanita pendamping anak dengan seksama mendengarkan dan bertanya bergantian kepada Sonya. Roger sebagai pengacara hanya melihat Sonya dari belakang. Sementara orang dibalik cermin Ruang Introgasi focus memandang Sonya. Melihat dengan mata elang, siap menerkam jika mangsanya pergi.
Sementara Sonya tidak merasa tertekan dia terus menjawab dan menceritakan segala hal yang menurut analisanya berkaitan dengan penculikan yang terjadi padanya dan Ibunya.
“Lalu dimana Ibu mu sekarang ?,”
Sonya menunduk dan menjawab lirih. “Aku tidak tau. Tadi aku hanya berlari menyelamatkan diri. Aku tidak tau dimana Ibu,”
Dua ditektif didepan Sonya bersamaan memegang kepala. Sudah pusing dengan keterangan yang diberikan, tapi Sonya tidak bisa memberikan satu petunjuk dimana Ibunya berada. Kemudian mereka keluar ruangan.
Pendamping anak mendekati Sonya. Dipegangnya pundak Sonya dengan lembut dan kasih sayang. “Kita harus temukan Ibu mu secepatnya Sayang. Agar tidak banyak orang yang khawatir,”
Sonya menggeleng. “Tapi aku tidak ingat. Bagaimana aku membantu kalian ?”
Dipeluk Sonya sambil berbisik di telinganya. “Bantu seingat mu, Sayang,”
***
“Paman Roger. Ayah dimana ? Aku ingin makan Pizza. “
Roger langsung beranjak dari sofa dan keluar dengan tangan yang sibuk mencari nomor Toko Pizza langganan Sonya.
“Kakak, aku ingin minta pendapat mu ?”
“Apa ?” balasnya ingin tau. “Apa ini tentang pria ?” mencoba menebak.
“Bukan. Tapi ini tentang tindakan orang dewasa, jadi hanya kalian yang bisa menjawab ?”
“Kenapa kau hanya bertanya pada ku ?,”
“Karna hanya ada Kakak diruangan ini,”
“Kenapa tidak tanya pada Paman mu ?”
“Aku hanya minta pendapat Kakak, apa tidak boleh ?”
“Ouh. Silakan”
“Jika Kakak mempunyai pistol ditangan, lalu Kakak sedang dalam keadaan terdesak. Apa yang akan Kakak lakukan ?”
“Terdesak seperti apa dulu, jika terdesak sampai akan melukai diri Kakak akan menembakkan pistol tersebut, tapi tidak untuk membunuh, cukup melumpuhkan saja. Kenapa ?”
“Ouh begitu yaa…,” jelas ada yang mengganggu pikiran Sonya.
“Ada apa ? cerita Sonya, ceritakan.”
“Dia, penjahat itu sebenarnya punya pistol kak. Tapi kenapa dia tidak menembak ku ?. Padahal aku sudah lari. Kenapa mereka tidak menembakku ?”
“itu karena…” berfikir.
“Tunggu disini Sonya, jangan keluar.”
“Kakak jawab pertanyaan ku dulu.”
“karna kamu berharga. Karna mereka tidak boleh melukai mu,”