Chapter 1 : Kehidupan Setelah Mencapai Impian

570 27 2
                                    

Luffy tidak bisa diam di satu pulau, jiwa petualangnya masih membuat dia ingin menjelajahi lautan yang lain: South Blue, North Blue, West Blue. Titel Raja Bajak Laut sudah disandangnya, dan rasanya semakin lengkap jika Sang Ratu ada di sampingmu mendampingi. Begitulah, Hancock tidak bisa lepas maupun jauh dari Luffy. Seluruh dunia sudah tahu bahwa mereka bersama.

Sanji telah melamar Nami. Setelah lama ia memendam perasaannya sejak ia pertama bertemu di Baratie, mungkin baru kali itu ia meyakinkan dirinya bahwa tak wanita lain lagi yang ada di hatinya selain Nami. Lamaran singkat dengan serius, tanpa kegugupan, membuat Nami dengan sukses percaya bahwa ini bukan Sanji yang sehari-harinya hanya ingin bercumbu dengan lovey-dovey nya. Tapi memang di antara mereka sudah terjalin ikatan tersendiri meski tidak pernah mendeklarasikan cinta.

Ussop sudah lama merindukan kampung halamannya. Ia tidak sabar bertemu Kaya, ingin melamarnya, dan kemudian menghujaninya dengan berbagai cerita perjalanannya setiap malam. Franky pun tak jauh beda dengan Ussop. Ia merindukan keluarganya: Kiwi dan Moz serta "anak-anak"nya di Franky House. Ia juga ingin kembali membantu Iceburg membangun Water Seven dan menjaganya menjadi Pulau Pembuat Kapal nomor satu. Kapalnya akan ia serahkan pada Luffy secara itu adalah kapal sang Raja Bajak Laut generasi kedua. Brook ingin menghabiskan hari tuanya dengan Laboon. Chopper sendiri seperti Luffy, ia ingin terus berkelana dan mengabdikan diri mengobati penyakit orang-orang yang ia temui, namun sebelumnya ia ingin kembali ke Pulau Drum terlebih dahulu.

Thousand Sunny sudah kembali ke East Blue. Luffy meminta berlabuh sebentar di Pulau kelahirannya. Ia mengunjungi Desa Fusha, Gunung Colbo, Hutan Midwey dan mengenang semua yang pernah terjadi semasa hidupnya sebelum ia memutuskan mengarungi lautan untuk pertama kali. Tentu saja tujuan berikutnya adalah kampung halaman Zoro.

"Apa rencanamu, Zoro?" tanya Ussop saat mereka sedang minum-minum di bar milik Makino.

Sesungguhnya Zoro belum memikirkan hal itu dengan serius. Ia terlalu menikmati perjalanan dan ialah yang paling lama bersama Luffy. Rasanya aneh jika tiba-tiba semua memutuskan melanjutkan hidup masing-masing dan berpisah.

"Kau sudah meraih ambisimu bukan?" tanya Sanji. "Apa lagi yang akan kau cari?"

Ya, mungkin kehidupannya akan terbalik kini. Nama terangnya akan membuat pendekar-pendekar baru menjadi mengejarnya, menantangnya, dan ingin menjatuhkannya. Dan Zoro tak ingin kabur atau menghindari itu.

"Kau tidak mendirikan SUPER dojo?" saran Franky. "Bukankah banyak pemuda yang kini ingin mempelajari teknikmu?"

Menetap? Zoro sadar bahwa hal itu belum terlintas di benaknya. Ia sudah lama berpetualang sebelum bertemu Luffy. Mencari jati diri. Menghajar perompak. Menumpang kapal ke pulau lain. Semua itu untuk membuka jalannya menjadi pendekar pedang terkuat. Tapi membuka dojo bukan saran jelek. Ia dulu tumbuh di dojo milik ayah Kuina meski akhirnya ia mengembangkan aliran Santoryu-nya sendiri. Itu aliran pedang yang sudah diakui terkuat di dunia, mungkin ada baiknya juga meneruskannya ke generasi mendatang agar tidak lenyap begitu saja."

"Apa kau akan terus sendirian seperti itu, Zoro-san?" tanya Brook.

Zoro pun meletakkan botol sake-nya. "Kenapa kalian dari tadi peduli soal itu?"

"Dasar Marimo, kau memang sangat tertutup," seru Sanji. "Dengar, manusia tidak bisa hidup sendirian tahu. Tapi, kurasa memang hanya kau sendiri yang tahu jawabannya. Mungkin kau memang cocok menjadi pengembara selamanya."

"Tapi, aku masih tak percaya rasanya petualangan kita sudah berakhir," keluh Chopper sedih. "Setelah ini, kita akan menurunkan Zoro, lalu menurunkan Ussop, lalu menurunkan Sanji dan Nami, lalu Brook, lalu aku, terakhir Franky."

"Lho? Robin akan kemana?" tanya Ussop menyadari sesuatu.

"Benar juga. Nico Robin sudah tak memiliki kampung halaman," kata Franky. "Kita adalah rumahnya."

"Ya, dia sudah menemukan jawaban teka-teki sejarah yang hilang di Raftel. Sudah tidak ada lagi yang mengganjal di hatinya," kata Sanji. "Kurasa, ia juga tak akan berkelana lagi."

Wanita itu, pikir Zoro tersenyum sinis. Ternyata dia tidak punya rencana juga ya?

"Bagaimana jika ia ikut denganmu, Zoro-san?" tanya Brook. "Kau juga sama-sama tak memiliki tujuan bukan?"

Zoro tiba-tiba memuncratkan minumannya. "AP_"

"Apa maksudmu, Brook?" timpal Sanji lebih dulu. "Robin-chan dengan Marimo?"

"Memangnya kau juga ingin membawanya serta, Sanji?" tanya Ussop.

"Eh, tidak," kata Sanji gelagapan. "Tapi, daripada Robin sendirian, mungkin aku bisa membicarakannya dengan Nami-san kalau-kalau..."

"Kau mau menjadikan Robin istri kedua, Alis Pelintir?" hardik Zoro memotongnya.

"Dasar Marimo bodoh! Bukan lah," jawab Sanji. "Kau tahu aku juga menyayanginya tapi bukan dalam konteks yang seperti itu. Mungkin Nami bisa menanyai Robin apa yang sebenarnya ia inginkan."

"Ya," sambung Ussop. "Robin kan orangnya tertutup juga. Kalau bukan Nami yang bertanya secara khusus sesama wanita, kita tak akan tahu rencananya dan membantunya."

"Kamu kenapa marah? Aku kan belum selesai bicara tadi," tanya Sanji lagi. "Jangan-jangan..."

"Wow, Zoro-san ternyata..."

"Jangan bicara yang bukan-bukan!" kata Zoro kemudian mencoba tenang. "Aku hanya menganggapnya nakama."

"Tidak aneh. Aku juga selama ini hanya menganggap Nami-san sebagai Nakama sebelum aku melamarnya. Aku hanya terkejut jika benar kamu ternyata..."

"...diam-diam memperhatikannya," sambung Franky.

"Benar juga," kata Ussop berpikir. "Aku ingat saat kedatangan Robin itu kau orang terakhir yang masih bersikeras tidak mempercayainya."
"Ooh, berarti Zoro-san pasti terus mengawasinya."

"Tidak mau melepas pandangannya," kata Sanji. Pantas waktu di Jaya mencari Southbird, ia ingin bersama Robin. Sialan, pikirnya. Aku tak pernah menyadari hal itu!

"Apalagi kalau siang hari mereka hanya tenang berdua di dek," kata Franky lagi.

Fu Fu Fu. Semua mulai menahan tawa meledek Zoro, kecuali Chopper yang sedang sibuk dipegang-pegang oleh Makino yang gemas. Zoro tidak membalas. Ia merasa harus segera pergi dari situ sebelum semua melihat perubahan di wajahnya.

One Piece : Fanfic VersionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang