8. Sun & Moon

205 32 3
                                    

"Terima kasih atas bayarannya tuan!" Lalu Jeno mencium seamplop uang hasil kerjanya kemarin.

"Hahaha saya yang berterima kasih kepada kalian, karena tugas kalian benar-benar sempurna kemarin, saya puas!" Balas pria itu dihadapan Jaemin dan Jeno.

"Kami pamit undur diri dulu tuan, permisi" Setelah itu Jeno dan Jaemin keluar dari sebuah gedung tua yang terletak di pinggir kota.

Hari ini Jeno dan Jaemin memang berniat untuk pergi ke pinggir kota. Selain untuk mengambil upah kerja kemarin, mereka juga mencari beberapa alat-alat hacking yang dirasa perlu.

Walaupun alat hacking mereka sudah tersedia lengkap di mansion, tapi yang namanya teknologi pasti ada perkembangan setiap waktunya begitupun dengan tingkat keamanannya. Jadi mereka perlu membeli beberapa perlengkapan baru untuk menunjang performa mereka dalam bekerja.

"Tadi kenapa nggak bawa mobil aja sih?" Eluh Jaemin sambil menendang kerikil-kerikil di depannya.

"Jalan kaki sehat Min, sekalian kita refreshing nikmatin pemandangan sekitar" Balas Jeno seadanya.

Saat mereka berdua asyik berjalan dengan keheningan, tiba-tiba ada seorang laki-laki yang sedang melempari pria tua di hadapannya dengan benda-benda yang ada sekitarnya, terdengar pula umpatan dan bentakan yang dilayangkan pada laki-laki kecil di hadapannya.

"Tak tau diuntung kamu! Masih mending saya mau mengurus kamu setelah ibu kamu meninggal!" Teriak pria tua itu.

"Ibu meninggal juga karena ayah! Ibu depresi karena ayah tega menjual tubuh ibu pada pria diluar sana demi mendapat banyak uang!" Balas lelaki itu.

Kemudian pria tua itu melempar sebuah kaleng bekas tepat mengenai dahinya "Dasar kurang ajar! Itu balasan karena tidak mau menurut dengan ayah!".

"Sebelum berkata ada baiknya ayah berkaca terlebih dahulu, yang kurang ajar disini ayah atau Haechan?!" Muka laki-laki itu merah padam dan terlihat tangannya yang meremas kaleng bekas minuman yang dilemparkan pada dahinya barusan.

Saat pria tua itu akan memukul Haechan dengan menggunakan sebilah kayu, Jaemin dan Jeno reflek berlari dan menendang punggung pria itu untuk menyelamatkan Haechan.

"Jangan pernah berbuat kasar kepada anak anda sendiri tuan! Atau saya akan melaporkan tindakan anda ke polisi dengan tunduhan penganiayaan anak!" Ancam Jeno sambil menarik kerah baju ayah Haechan.

Sedangkan Jaemin mengambil mengambil sebilah kayu yang ada di genggaman tangan ayah Haechan dan memukulkan kayu itu di bahunya "Itu ganjaran karena telah menyakiti anak anda!" Jaemin berucap sambil membanting kayu itu tepat di depan wajah ayah Haechan.

"Cepat pergi dari sini! Sebelum saya berubah pikiran" Mendengar gertakan Jeno barusan, pria tua itu berdiri dan berlari menjauh dari kedua remaja berandal yang menghakiminya barusan.

"Makasih karena udah nyelametin gue" Suara Haechan barusan membuat Jeno dan Jaemin langsung terfokus pada sosok pria mungil di hadapannya ini.

Pakaian yang lusuh, celana kedodoran dan beberapa lebam di wajahnya membuat tampilan laki-laki ini terlihat sangat memprihatinkan. Walaupun begitu ia masih bisa menampilkan senyuman cerah, secerah sinar matahari. Senyumannya mampu menghilangkan rasa gerah mereka dibawah teriknya panas matahari saat ini.

"Dahi lo lebam" Ucap Jaemin sambil menyingkirkan beberapa rambut Haechan yang menutupi dahinya.

"Ah udah biasa ini, ayah emang sering ngelampiasin amarahnya dengan cara kaya gini. Udah kebal gue mah!" Balas Haechan sambil terkekeh.

"Lo mending ikut kita aja, biar lebam di dahi lo bisa diobatin" Jeno membalas perkataan Haechan barusan.

"Nggak usah, palingan nanti juga sembuh sendiri. Udah ya gue duluan, ada urusan! Bye!" Setelah itu Haechan berlari meninggalkan Jeno dan Jaemin yang masih terdiam di tempat melihat punggung Haechan yang semakin lama semakin menjauh.

🔫🔫

Hari ini adalah hari yang paling melelahkan bagi Jeno dan Jaemin, karena mereka harus bekerja diluar mansion atas permintaan klien mereka. Belum lagi Mark yang memang tidak bisa membantu mereka hari ini karena ada urusan lain bersama dengan Jaehyun.

"Min lo nggak laper?" Tanya Jeno sepanjang perjalanan mereka pulang.

"Lo udah nggak bisa nahan buat makan nanti aja di mansion? Kalau bang Taeyong tau kita makan diluar, bisa diomelin" Balas Jaemin sambil mengetik sesuatu di ponselnya.

"Hufftt tapi gue udah bener-bener lap--Jaem, look at your front off!" Ucapan Jeno barusan membuat fokus Jaemin yang ada di ponselnya menjadi teralihkan ke depan.

"Is that Haechan?" Balas Jaemin sambil memfokuskan penglihatannya. Jalan yang mereka lalui saat ini minim penerangan sehingga penglihatan mereka menjadi sedikit terbatas.

Jaemin membalas pertanyaan Jeno barusan dan segera mengajak Jeno bersembunyi di lorong kecil ketika ada seorang pria yang menghampiri Haechan.

"Pekerjaanmu bagus sekali, saya akhirnya bisa mendapatkan data milik pemerintah yang selama ini saya butuhkan" Ucap pria itu sambil memberikan Haechan bungkusan berwarna hitam yang diyakini berisikan uang bayarannya.

"Senang bekerja sama dengan ada, master. Saya permisi dulu" Setelah itu Haechan berbalik dan berjalan ke arah jalan yang dipijaki oleh Jeno dan Jaemin barusan.

Tentunya kesempatan itu dimanfaatkan oleh mereka untuk menarik Haechan ke lorong kecil ini dan menanyakan beberapa pertanyaan kepadanya. Karena mereka penasaran percakapan singkat antara Haechan dan sosok pria dihadapannya yang dipanggil master itu.

"Eh apa-apaan?! Kalian ma-" Mulut Haechan langsung disekap oleh Jeno sebelum ia menyelesaikan kata-katanya barusan.

"Lower your voice, stupid! Aaarghhh! What the hell you doing to me?!" Ya, Haechan menggigit telapak tangan Jeno barusan .

"Who are you?!" Tanya Haechan sambil memposisikan badannya sedikit menjauh dari Jeno dan Jaemin.

"Are you forget to us?" Tanya Jaemin. Tentu ia merasa heran karena baru seminggu yang lalu ia dan Jeno menolong Haechan dari pukulan ayahnya.

"Ah....ternyata kalian, sorry gue nggak bisa ngelihat dengan jelas" Haechan membalas dengan diselingi permintaan maafnya.

"Kenapa sama penglihatan lo? Ada masalah?" Tanya Jeno penasaran.

"Nggak, cuma pas gue pulang ke rumah saat kejadian minggu lalu dimana kalian nyelametin gue dari ayah, dia mukul pelipis sebelah kiri gue pakai tongkat. Makanya, mata kiri gue lebam dan penglihatannya sedikit kurang normal" Balas Haechan sambil mengusap pelipis kirinya.

Mendengar penuturan Haechan barusan membuat kedua bocah bawahan Jaehyun itu mendekatkan badannya menuju Haechan, dan ternyata benar ada lebam keunguan dengan sedikit bercak darah kering di pelipis kirinya.

"Terus lo nggak ngobatin luka lo itu? Bahkan bercak darahnya aja masih nempel" Jaemin berujar sambil melihat luka lebam Haechan lebih dekat lagi.

Haechan menepis tangan Jaemin yang berusaha menyentuh luka lebamnya, "Setelah ayah mukul pelipis gue, dia ngusir gue dari rumah. Makanya lukanya nggak sempet diobatin".

"And then? Where do you live now?" Tanya Jeno.

"Ayo ikutin gue" Setelah mengucapkan kalimat barusan Haechan berjalan meninggalkan lorong kecil tadi, dengan Jeno dan Jaemin yang mengekor di belakangnya.

A/N

I'm backkkk, gimana sama chapter ini? Suka nggak?. Ayo dong vote juga, jangan cuma sider doang.

Rasanya seneng banget ngelihat masalah tiway udah beres dan dia ternyata nggak bersalah. Gila sih, hebat banget dia kuat nahan fitnah bertahun-tahun. Bangga banget punya sosok idol kaya dia. Keep support mereka apapun yang terjadi and always in them side 💚💚

Btw, chap kali ini judulnya sama kaya lagunya NCT 127 ya? Tapi maknanya beda kok, jadi jangan mikir chap ini isinya bakal sama kaya makna lagunya mereka.


Enjoy your criminal experience in here!

Don't forget to click the star in below! ☆

Luv u all 💚

Break The Rules!《NCT, WAYV》Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang