Kring! Kring! Kring!
Bel istirahat telah berbunyi. Tanda pelajaran sudah selesai. Para murid mulai bersiap ke kantin. Mengisi perut mereka yang sudah tidak bisa diajak kompromi. Satu persatu murid-murid mulai keluar kelas, begitu juga dengan Shella. Namun tujuannya berbeda, ia tidak akan pergi ke kantin. Tapi lebih tepatnya ke UKS. Yah, menghampiri sahabatnya yang katanya sedang sakit.
"Kira-kira ... Karin ngapain aja yah sama Reza? Ah, paling Karin seperti biasa, diam dalam hening, dengan kondisi jantung yang sangat menghawatirkan. Hahaha!" monolog Shella pada dirinya sendiri.
***
"Rin ... satu suap lagi. Please." Reza menyodorkan sendok yang berisi bubur ke mulut Karin.
"Tapi, Za. A-Aku udah kenyang." Reza tak mengindahkan perkataan Karin, tangannya masih setia didepan mulut Karin.
Karin pun akhirnya mau tak mau harus membuka mulutnya.
"Aaaa ... Nah gitu dong. Good girl." Satu suapan terakhir berhasil mendarat sempurna dimulut Karin.
Rin —" Reza menggantung kalimatnya. Kedua tangannya kini menangkup dipipi mulus Karin. "Eh, Za —" Karin terkejut sebab perlakuan Reza. Ditambah jarak keduanya lagi-lagi sangat dekat. Bisa Karin rasakan aroma mint dari napas Reza.
Keduanya saling beradu pandang. Baik Karin maupun Reza tak ada satu pun yang bersuara ataupun bergerak. Hanya ada suara detak jantung keduanya yang tak beraturan.
"What?!" teriak Shella cukup keras.
Reza reflek melepaskan tangannya dari pipi Karin.
Tidak hanya Shella yang kaget. Karin dan Reza pun tak kalah kagetnya dengan kedatangan Shella secara tiba-tiba.
"Ka-kalian tadi sedang melakukan apa?" Shella terlihat masih sangat shock.
"Emm ... kita gak ngapa-ngapain kok Shell" terang Reza.
Sedangkan Karin, ia masih terkejut bukan main. Pipinya kini benar-benar memerah akibat malu kepergok sahabat sediri.
"Hayoo ... kalian jujur tadi lagi ngapain?" Shella mulai menggoda keduanya.
Karin kini angkat bicara. "Ih, apa sih, Shell!! Kita tadi gak berbuat apa-apa. I-Iya 'kan, Za?" tanya Karin masih terdengar gugup.
"Iya bener tuh, apa kata Karin."
"Iya-iya, aku percaya deh," ucap Shella sambil terkekeh.
"Tapi sayangnya bohong. Hahaha," ucapnya lagi, diiringi dengan tawanya yang cukup keras.
"Dasar nenek sihir!!" ledek Karin.
"Apa mak lampir?!" ucap Shella tak mau kalah dengan sahabatnya itu.
Reza hanya tersenyum melihat perdebatan kedua gadis itu. Dalam hatinya Reza sangat senang bisa melihat senyum Karin yang begitu manis menurutnya.
"Rin, senyum kamu membuatku candu. Dan entah sejak kapan aku menyukai mu. Yang jelas mulai sekarang kamu adalah milik ku. Hanya milik seorang Reza Artama Dinata!!" batinnya.
Perdebatan antara nenek sihir dan mak lampir terus berlanjut. Karin dan Shella sama-sama saling meledek dan tidak mau kalah. Mereka tidak akan berhenti sampai mereka benar-benar lelah. Atau ada orang yang baik hati yang mau menghentikan mereka.
"Sudah-sudah." Reza melerai keduanya. Yah, walaupun perdebatan antara Karin dan Shella itu hanya sebatas bercanda. Tapi lama kelamaan kuping Reza akan sakit dibuatnya.
"Karin yang mulai duluan, Za." tuduh Shella.
Karin pun tak terima disalahkan. "Nggak!! Bukan aku, tapi Shella duluan, Za."
"Yaudah, aku aja yang salah." Penuturan Reza mebuat Karin dan Shella terkekeh. "Oke deh, berarti Reza yang salah." Shella berbicara dengan santainya. Sedangkan Karin hanya memutar bola matanya malas.
Karin masih dengan posisi duduk bersender dikasur. Tiba-tiba Reza mendekat kepadanya. "Eh, Za!!" Karin terkejut.
"Diam dulu Rin!!" perintahnya.
Reza mengangkat tangan kanannya, menempelkannya pada pipi Karin. Ia menghapus sisa makanan yang masih menepel dibibir Karin dengan ibu jarinya.
"Selesai," ucap Reza, sembari menjauhkan tangannya dari pipi Karin.
"Ekhem ... disini ada yang jomblo lho," ucap Shella.
Reza hanya tersenyum. Sedangkan Karin, pipinya sudah benar-benar merah dibuatnya. Jantung? Jangan tanyakan lagi, bagaimana kondisi jantungnya sekarang. Parah! Yah, satu kata yang bisa mewakili keadaannya sekarang.
"Jantung ... bertahanlah sebentar lagi, kumohon. Pulang sekolah aku janji langsung bawa kamu periksa ke dokter," batin Karin.
"Oh ya, aku balik kelas dulu yah, Rin. Bentar lagi waktu istirahat habis. Cepet sembuh mak lampirku, bye!!" ucap Shella sembari meniggalkan ruang UKS.
"Iya udah sana pergi, dasar nenek sihir," ucap Karin tanpa sadar di sampingnya masih ada orang yang s'lalu membuat jantungnya bejerja lebih keras.
Karin melirik ke samping, dimana Reza sedang berdiri menyender ke tembok.
Karin tersenyum seperti orang bodoh.
"Kamu kenapa Rin?" tanya Reza dengan sedikit terkekeh.
"Emmm ... gakpapa kok, oh ya, kamu gak masuk ke kelas, Za?" tanya Karin.
"Enggak. Aku mau di sini aja, jagain kamu."
Blushing. Pipi Karin dibuat merah dengan kata-kata manis Reza.
"A-Aku gakpapa kok di sini sendirian, mending kamu masuk ke kelas. Aku merasa gak enak, Za."
"Tapi ...."
"Aku akan baik-baik aja kok di sini!"
Reza menghembuskan napas beratnya. "Oke, kalo itu mau kamu. Kalo ada apa-apa hubungi aku aja. Nih kamu simpan nomor aku." Reza memberikan kartu namanya, yang di sana sudah tertera nomor telpon miliknya.
Reza mendekat. "Aku ke kelas dulu yah, sampai jumpa nanti," ucap Reza sambil mengacak rambut Karin.
"Yakk!!"
Reza terkekeh, kemudian berlalu pergi keluar.
Karin menepuk-nepuk pipinya. Ia tak menyangka dengan kejadian-kejadian yang dialaminya hari ini. Sungguh ... itu semua terasa mimpi bagi Karin. Mimpi bisa berbicara dengannya, mimpi bisa dekat-dekat dengan Reza dan sekarang mimpi-mimpi itu menjadi kenyataan.
"Ah, aku rasa ... aku sudah mulai gila," ucap Karin sambil tersenyum malu-malu. Sorot matanya tertuju ke benda persegi panjang itu.
***
Kek nya Karin, sekarang harus mulai cari jantung cadangan deh.hhe
Jangan lupa Vote + komen sebanyak yang kalian bisa.mwehehe
Bantu Krisan juga yahh dan tandai kalo ada yang typo biar mudah direvisi.
Besok Up part 4 yahh.
See you
JeonSyahh17
KAMU SEDANG MEMBACA
My Favorite Husband
Teen FictionMerelakan seseorang yang sudah lama ada di hatinya, mungkin sangat sulit untuk sebagian orang, termasuk bagi seorang Karin Melisya Putri. Bundanya telah mempersiapkan seseorang untuknya, seseorang yang sama sekali tidak dikenalnya. Sedangkan hatinya...