🐾03🐾

1 2 0
                                    

   Sepulang sekolah Tunus langsung beranjak ke kamarnya, dia juga merasa lelah hari ini. Setelah membersihkan diri dan mengganti pakaian sekolahnya menjadi pakaian biasa, Tunus merebahkan tubuhnya pada karus empuk nya. Mata nya mulai berat, tak lama ia pun terlelap.

Tok....tok....

Tunus terbangun saat mendengar ketukan pintu, ia berharap yang datang itu bunda nya untuk mengajak nya makan malam.

Tunus beranjak dari kasur nya dengan senyum yang mengembang, pintu di buka olehnya dan melihat Nisa kakak nya bukan bunda nya, seketika senyum nya juga luntur.

" Kakak mau makan malem " ucap Nisa yang membuat Tunus heran.

" Trus " jawab Tunus.

" Nih kerjain dulu tugas kakak, setelah kakak makan baru kakak yang lanjutin " ujar nya seenteng mungkin membuat Tunus kesal.

'  Apa dia bilang, kerjain. Tunus aja masih SMA mana ngerti dia soal tugas kampus, benarkan kata Tunus, kakak itu gak sebaik yang bunda, dan ayah lihat ' batin Tunus.

" Tunus juga mau makan, Kak " tolaknya membuat Nisa kesal.

Nisa mendorong Tunus masuk kamar nya, dan ia juga menutup pintu kamar adik nya itu.

Plak...

Tamparan mendarat dengan mulus pada pipi kanan Tunus, siapa lagi jika bukan Nisa pelakunya. Nisa tak selembut yang bunda dan ayahnya lihat, ia sosok kasar jika kepada adiknya.

Tunus memegangi pipinya, dan beranjak keluar rumah ia memutuskan untuk makan di luar saja. Dirumah juga ia tak di anggap lebih baik dia makan di luar saja.

🐾🐾🐾

Langkah Tunus terhenti saat melihat suara gaduh, yang ada di gang kompleknya. Ia melihat tiga orang sedang memukuli satu orang yang sudah terkapar di jalan, tanpa membuang waktu Tunus berjalan menuju mereka.

" Gue kira yang berani keroyokan itu cewek, ehh ternyata cowok juga keroyokan " suara Tunus membuat ketiganya menoleh.

" Apa? kesindir. Kalian bertiga itu bagaikan banci tau gak, berani nya keroyokan "  lanjut Tunus.

" Jangan ikut campur " sentak orang itu membuat Tunus kesal.

" Pergi kalian atau gue teriakin " ancam Tunus.

Ketiga nya memandang Tunus remeh, membuat Tunus kesal ia tak mau di remeh kan oleh orang lain, maka dari itu ia mengikuti eskul silat di sekolah nya bersama Amara.

" BEGAL " teriak Tunus membuat mereka bertiga langsung berlari karena takut di keroyoki warga.

Setelah ketiga nya pergi Tunus menyeringai puas.

" Hahaha, bego apa gimana tuh orang udah tau jalan ini sepi mana ada orang yang lewat " ujar nya.

Terlihat korban hanya diam di tempat, Tunus juga tak melihat wajah korban karena posisi nya ia membelakangi Tunus.

Tunus mengulurkan tangan ingin membantu, korban terlihat lemah dengan nafas memburu. Tangan nya terulur pada Tunus, dengan peka Tunus membantu orang itu berdiri.

" Lo " Teriak Tunus Saat tahu orang itu.

" Bentar nama lo tuh siapa ya, ouh Gitar " Tunus merasa dirinya di kacangi hanya merangkul Vitar menuju kursi taman yang ada di dekat mereka.

Tunus tak mungkin membawa cowo ini ke rumah nya, bisa habis ia di marahi. Tunus menatap Vitar kasihan, sedangkan Vitar hanya bersandar pada kursi taman.

Ide terlintas di pikirannya, membuat nya menelpon seseorang.

Tut... tut..

' Apa'  respon orang di sebrang itu.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 20, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Malam Tanpa WarnaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang