"Ini semua demi kebaikanmu." satu kalimat yang terus terngiang di benak Hikari. Kebaikan? Hikari memijit pelipisnya. Apa dia tak salah dengar? Justru dengan diangkatnya dia menjadi putri tingkat tiga, yang ada banyak maid yang iri padanya. Ralat, mungkin semua penghuni istana yang kastanya lebih tinggi darinya bisa saja menaruh dendam kesumat. Aish, kenapa dia bisa terjebak dalam situasi ini.
Knock. Knock.
Pintu kamarnya terbuka. Ah ternyata itu Nara. Gadis berbaju maid itu tampak senyum sumigrah padanya.
"Apa yang dikatakan Alpha itu benar, Hikari-chan?"
Nah kan! Pasti dia sudah mengumumkannya. Hikari menghela napas lelah. "Begitulah."
"Kenapa wajahmu tertekuk begitu? Bukankah jabatan ini lebih baik dari seorang maid?" tanya Nara.
"Aku tidak mau jabatan ini. Bisakah kau meminta Daisuke-sama membatalkannya?"
"Kau bercanda? Aku saja tidak berani melihatnya. Apalagi bicara."
"Aku tidak bercanda. Aku merasa tak enak dengan yang lainnya."
Keduanya terdiam. Saling berpikir di otaknya masing-masing.
"Hukuman.."
"Apa?"
"Ya. Hukuman. Setidaknya dengan hukuman aku bisa lepas dari jabatan ini. Aku tidak mau jadi sasaran kebencian."
"Kau gila? Menolak perintah Alpha sama saja penghianat. Kau bisa dihukum mati."
"Biarkan saja. Jika itu memang itu takdirku. Aku bisa apa?"
"Kau pikir aku tega melihatmu mati di depan banyak orang?! Hah! Dari sekian banyak maid, cuman kau yang bersikap baik padaku. Tidak. Aku tidak akan membiarkannya."
Hikari terdiam. Tangannya mengepal sampai buku jarinya memutih.
"Maaf, Nara-chan. Aku tidak bisa."
Hikari turun dari ranjangnya. Membiarkan rasa sakit di kakinya yang masih saja ada.dia tak peduli seberapa banyak darah membasahi kakinya. Gadis itu berjalan ke arah ruang kerja Alpha. Biasanya di jam seperti ini, dia pasti mengecek beberapa dokumen penting.
Sampai disana, Hikari mengetuk pintu dua kali. Kemudian membuka pintu itu perlahan. Dan benar saja, Daisuke tengah serius membaca dokumen penting di mejanya.
"Daisuke-sama."
Daisuke menoleh. Pria itu tersenyum penuh arti. Dia menutup dokumennya lalu mendekat ke arah Hikari. Dia terkejut mendapati kaki gadis itu penuh darah.
"Kakimu.."
"Lupakan soal kakiku Daisuke-sama. Aku ingin kau membatalkan jabatan putri tingkat tiga itu."
Daisuke mengernyit, "kenapa? Kau tidak mau menjadi putri? Oh..tunggu apa kau menjadi Luna baru Goldenmoon pack?"
"Tidak. Lebih baik aku dihukum daripada harus menerima dendam dari orang lain."
Mata Daisuke berkilat,"siapa yang berani dendam padamu?"
"Tidak ada yang tahu Daisuke-sama. Batalkan jabatan itu-"
"Tidak. Tidak akan pernah!"
"Egois! Kenapa seolah kaulah yang bertanggung jawab atas hak ku?!"
"Karena aku mencintaimu!"
Deg!
Hikari mematung di tempatnya. Cinta? Seorang Alpha mencintainya?
"Aku mencintaimu. Dan selamanya kau itu milikku. Tidak ada yang lain."
Daisuke menangkup wajah Hikari. Lalu mendekatkan wajahnya. Berniat mencuri kecupan di bibir kecil Hikari. Hikari meronta. Dia terus menggelengkan kepalanya. Dan berakhir dia menginjak kaki Daisuke kuat.

KAMU SEDANG MEMBACA
Luna
RandomYagami Hikari. Gadis 20 tahun yang tak pernah mengenal orang tuanya. Tinggal sendirian di sebuah gubuk tua dan bekerja di istana Goldenmoon sebagai maid. Tanpa ia duga, sebuah takdir mempertemukannya dengan Takaishi Takeru. Seorang Cold Alpha Silver...