v. awal

165 29 10
                                    

Biasanya kita tak menyadari awal dari akhir, kan?

.

Ternyata berteman dengan Taehyung rasanya aneh. Lebih anehnya lagi itu terasa sedikit menyenangkan. Seperti merasakan perasaan lama yang telah terlupakan. Namun tetap saja, semenyenangkan apa pun perasaan itu, Suzy menemukan dirinya tidak menyukainya (karena bagaimanapun itu rasanya aneh).

Waktu itu, sehabis peristiwa di mana mereka saling berteriak dengan konyol, dengan jarak delapan kaki yang memisahkan, keduanya tak memiliki kuasa untuk tidak menertawakan diri masing-masing. Kemudian, setelah tawa mereda, setelah melihat bagaimana kesungguhan Taehyung hanya demi meraih ikatan pertemanan dengannya, Suzy pun akhirnya memilih untuk menyerah; ia menggerakkan tungkai kakinya, membawa dirinya mendekat kepada bocah pemilik senyum kotak yang menyebalkan itu. Tindakan kecilnya membuat Taehyung menegang untuk kembali rileks pada detik berikutnya dengan senyum lebar yang ikut serta ia terbitkan. Pada matanya yang hitam, Suzy mampu melihat kilap-kilap yang menyerupai gemintang di langit malam. Kilaunya mungkin saja mampu menyaingi bintang dengan megnitudo terbesar. Kiranya, berapa pun umur lelaki itu, ia akan tetap terlihat seperti anak kecil yang begitu mudah senang juga puas karena hal-hal remeh.

Suzy berhenti tepat di depan Taehyung. Jarak delapan kaki itu menyusut sehingga hanya tersisa sedikit. Lalu, dengan satu senyum simpul yang ia bagi secara percuma, Suzy menyuarakan pertanyaan yang membuat senyum Taehyung bertambah lebar. "Mau lihat kembang api bersama?"

"Tentu!" mengaggukkan kepala dengan penuh semangat, Taehyung hampir saja berteriak saking senangnya.

Lantas mereka berjalan beriringan guna mencari tempat duduk yang pas untuk melihat pertunjukan kembang api yang akan di mulai setengah jam lagi.

"Jadi ...," Taehyung sengaja mengambil jeda. Bola matanya bergulir ke ujung untuk melirik wanita yang sedang berjalan bersisian dengannya, "sekarang kita resmi berteman?"

"Ya, resmi berteman." Suzy mendenguskan tawa pendek; senyum Taehyung kian melebar.

"Aku berjanji kau tidak akan kecewa berteman denganku! Berteman denganku pasti akan menyenangkan!"

Lagi-lagi, Suzy hanya mampu mendenguskan tawa lewat hidung. Gugus kata yang diucapkan oleh Taehyung dengan begitu mudah dan lugu benar-benar menggelikan. Ia tidak mengerti bagaimana bisa hanya dengan berteman dengannya membuat bocah itu senang bukan kepalang. Benar-benar bocah laki-laki yang naif, pikirnya.

"Aku serius, Suzy!" tiba-tiba saja Taehyung melompat ke hadapannya. Perbuatannya membuat Suzy berjengit karena terkejut. Dengan jarak mereka yang begitu dekat, Suzy mampu melihat ekspresi jenaka yang biasa beriak pada wajahnya tersapu oleh keseriusan yang membuat romannya terlihat lebih tajam, pun dengan sorot matanya. Suzy bertanya-tanya, kemana kilap-kilap pada matanya yang begitu cemerlang itu pergi? "Kau tidak akan menyesal telah setuju untuk berteman denganku. Aku berjanji!" imbuhnya sambil meletakkan telapak tangan kanannya di atas dada kirinya.

"O-oke, aku pegang janjimu." Jarak mereka yang dekat sekali menjadikan Suzy gugup. Lalu, secepat itu menghilang, kilap-kilap pada mata Taehyung kembali muncul sehabis mendengar balasannya.

Langkah-langkah kembali dilanjutkan dan mereka jatuh pada keheningan sampai akhirnya menemukan bangku kayu di dekat sebuah coffee truck berwarna kuning dengan garis-garis vertikal hitam. Teaehyung berinisiatif untuk mentraktir Suzy segelas kopi susu. Katanya, sebagai perayaan ikatan pertemanan di antara mereka yang baru saja terjalin. Suzy tidak bisa menolak (anak itu luar biasa pemaksa) atau melakukan apa pun, kecuali tersenyum kecil; tetap tidak mengerti bagaimana bisa hanya dengan berteman dengannya membuat bocah itu sangat senang.

SenyampangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang