vi. perlip

222 31 15
                                    

Entah siapa yang bilang, kau adalah orang beruntung jika sedang jatuh cinta
.

"Ayah ... bagaimana rasanya jatuh cinta?"

Ayah Taehyung, Seungheon, menindakacuhkan makanannya demi menatap putranya. Pada wajahnya tidak akan dapat ditemukan ekspresi lainnya kecuali keterkejutan. Hanya saja ekspresinya itu tidak bertahan lama karena di detik berikutnya, yang muncul di wajahnya adalah kerlingan mata serta senyum menggoda.

"Putraku ternyata sudah besar, ya ...." ujarnya menahan tawa. Beberapa bulan lalu, putranya baru saja memasuki usia legal dan mereka dapat minimum alkohol bersama. Sekarang, ia mendengar bahwa Taehyung bertanya tentang jatuh cinta padanya. Oh ... menjadi seorang ayah dan menyaksikan putranya tumbuh dewasa tepat di depan mata.

Taehyung yang menerima kerlingan mata serta senyum menggoda dari ayahnya itu pun segera memalingkan wajah guna menyembunyikan malu yang mengecupi pipinya hingga merona. Tak ia sadari bahwa itu adalah hal yang sia-sia. "Jawab saja. Aku hanya penasaran," katanya beralasan.

Seungheon tak kuasa menahan senyum lembut melihat tingkah Taehyung. Kemudian, ia berpikir sejenak sebelum menjawab, "Ayah pikir rasanya sedikit menyebalkan dan menyenangkan di saat yang bersamaan."

Taehyung menaikkan satu alisnya, meminta ayahnya menjawab lebih jelas.

"Berdebar-debar ketika melihat orang yang kau suka atau hanya karena seseorang menyebut namanya itu sedikit menyebalkan." Ia terkekeh. "Rasanya seperti kau gugup setiap saat. Begitu juga rasanya ketika tidak dapat melihatnya setiap hari dan kau jadi merindukannya secara konstan; seolah-olah tidak dapat fokus pada hal lain, kecuali memikirkannya. Namun, menanti hari esok rasanya menjadi jauh lebih menyenangkan karena ada kemungkinan kita dapat bertemu dengannya atau berbicara dengannya ... Ayah pikir, rasanya seperti itu."

"Jadi, Ayah merasakan hal yang seperti itu terhadap ibu, ya?" Taehyung menatap ayahnya dengan mata yang berbinar. "Apa Ayah memutuskan menikahi ibu karena merasakan hal seperti itu? Maksudku, Ayah dapat melihat ibu setiap hari, jadi tak perlu terus-menerus merindukannya, kan?" tawanya.

Senyum yang terpasang pada bibir ayahnya tiba-tiba saja pergi dan pada matanya, taehyung dapat melihat datangnya emosi yang tak mampu ia pahami. Emosi itu hanya bertahan secepat kilat dan senyumnya kembali muncul setelah walau tipis. Jadi, Taehyung tidak memikirkannya lebih lanjut.

"Itu cerita yang panjang," ia menyuap budae jjigae-nya. "tapi ketika Ayah seusiamu, Ayah juga jatuh cinta pada seseorang."

"Bukan pada ibu? Benarkah?" tanya Taehyung penuh semangat. Ayahnya selalu pandai bercerita dan ia sangat senang mendengarkan cerita-cerita masa muda milik ayahnya.

Menganggukkan kepalanya sekali, Seungheon kemudian menceritakan kisahnya dengan seorang perempuan yang menjadi cinta pertamanya. Seungheon pertama kali bertemu dengannya ketika ia membeli sepotong sponge cake di sebuah toko roti yang letaknya tidak jauh dari universitas tempat ia belajar. Perempuan itu memiliki roman wajah yang lembut dengan pipi tembam yang kemerahan, surai hitam berkilau sebatas bahu, hidung kecil yang mancung, serta api semangat yang berkobar di kedua iris coklatnya. Dari semua itu, yang terus menempel di ingatan adalah senyum lebar dan suaranya yang ceria ketika menanyakan pesanannya. Ketika itu tidak ada yang bisa menahannya untuk tidak jatuh cinta pada pandangan pertama.

Pada hari-hari berikutnya, hanya demi melihat perempuan itu, Seungheon menemukan dirinya selalu membeli sepotong sponge cake disana. Lalu, pada hari ketujuh ia baru memberanikan diri mengajak perempuan itu berkenalan. Ia mengatakan pada Taehyung bahwa ia masih mengingat bagaimana konyolnya ia kala itu; gugup sampai berbicara dengan terbata-bata dan tangan yang basah oleh keringat. Ia sampai harus mengelap tangannya pada jaket yang ia kenakan sebelum mereka berjabat tangan. Setelah itu, sering kali, sehabis perempuan itu bekerja, mereka akan makan bersama dan ia akan mengantarkannya pulang. Terkadang juga, ia akan melakukan hal konyol secara impulsif hanya untuk membuat sang pujaan hati terbahak-bahak. Semakin lama, ia merasakan dadanya membengkak seperti ingin meledak karena harus menyimpan perasaannya yang kian hari kian bertambah besar. Oleh karena itu, pada musim semi setelah satu tahun mereka dekat, ia menyatakan perasaannya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 24, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

SenyampangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang