1.Tanpa Abah

31 2 0
                                    

Brukk

Terdengar begitu jelas suara sepeda motor yang dikendarai oleh laki-laki paruh baya itu menabrak sebuah pohon nangka akibat ditabrak mobil dengan kecepatan tinggi yang menyebabkan kecelakaan itu cukup begitu fatal.

"Abaahh," teriak histeris seorang gadis kecil berumur 9 tahun, yang diduga adalah anak sang korban.

"Nak yang sabar nak jangan kesana dulu, biar ayahmu dikasih pertolongan pertama dulu" ujar wanita paruh baya yang ikut menyaksikan kronologi kecelakaan tersebut.

"Tidakk Bu, Abaah pasti sekarang lagi kesakitan banget bu, lihat begitu banyak darah yang dikepala Abah Laila tak tega bu, pasti Abah sekarang lagi kesakitan bu, Laila harus menolongnya" panik gadis kecil itu sambil meronta-ronta dari pelukan wanita paruh baya tersebut.

Gadis kecil itupun berlari mendekati kerumunan orang-orang yang ditengahnya terdapat laki-laki paruh baya yang sudah tergeletak dengan bersimpah darah.

"Abaahh hiks hiks, jangan tinggalin Laila Bah, hiks hiks Abaah kan sudah janji sama Laila untuk selalu disamping Laila kan Bah hiks hiks" racau gadis kecil itu tanpa peduli dengan orang-orang yang menatapnya nanar dan perasaan iba.

"Ekhem, anak manis Om bawa ayahmu ke rumah sakit dulu ya biar ditangani sama tenaga medis yang lebih handal, maafkan Om yang sudah menabrak ayahmu nak" ujar laki-laki yang menabrak Abah Laila dengan rasa amat bersalahnya, laki-laki yang mengenakan pakaian berjas ditambah dasi yang menjulur indah dari leher sampai perut itu yang menandakan dia orang kantoran.

"Cepat Om, kasihan Abaah lagi nahan sakit pasti, hiks lagian om juga kan yang menyebabkan Abah Laila jadi kaya gini hiks hiks"

"Abaaahhhh hiks hiks" teriak gadis berumur 17 tahun itu dengan sesegukan.

Terlihatlah wanita paruh baya yang berlari tergesa-gesa dengan perasaan panik menuju kamar sang anak perempuan yang tiba-tiba teriak diwaktu yang menunjukan hampir Shubuh itu.

Tok tok tok

"Ada apa Ila?, Umah masuk boleh?"

"Masuk saja Mah, Laila nggak kunci pintunya kok" sahut gadis remaja bernama Laila itu dengan suara sedikit terisak.

Krekk

"Ada apa Ila?, kamu nggak papa kan sayang?" panik wanita paruh baya tersebut yang diduga sebagai wanita yang melahirkan gadis manis dihadapannya sekarang.

"Umah hiks hiks, La-... Laila mimpi itu lagi Mah hiks hiks"

"Sudah-sudah jangan dipikir terlalu berat sayang, lagian Abah sudah tenang di alam surga sana"

"Tapi Mah hiks hiks, Laila berasa bersalah banget Mah, gara-gara Abah waktu itu hiks hiks jemput sekolah Laila, Abaah jadi ninggalin kita Mah hiks hiks"

"Nak yang namanya manusia pasti akan ada waktunya meninggalkan dunia yang fana ini, Abaah meninggal bukan karena kesalahan Ila tapi memang Abah sudah ditakdirkan umur segitu dengan keadaan jalannya meninggal Abah dengan kecelakaan" timpal wanita paruh baya itu dengan penuh pengertian sesekali mengusap air matanya.

"Mah kenapa Umah nangis, nanti Laila ikut nangis juga lho, Laila bikin sedih Umah ya?"

"Tidak sayang, Umah cuma terharu aja sekarang abang Lutfi sama Laila udah besar saja" alibi Marwah kepada putrinya.

"Ehe he he, tapi Laila meskipun udah umur 17 tahun tapi masih imut ya kan Mah" ucap Laila sambil terkekeh.

"Kamu ini dari kecil nggak berubah masih percaya diri saja"

Sincerity of love Nur LailaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang