2.Bertemu Dia

21 2 0
                                    

Brukk

"Astagfirullahh Allahu Akbar Subhanallah" pekik Laila kaget.

"Eh lo kalau jalan pake mata dong nggak usah sok nunduk jadinya gini kan nabrak orang huh" ujar seorang pemuda jangkung dengan angkuh.

Laila yang mendengar samar-samar suara bariton yang masih sangat asing di telinganya itu lalu mendongak perlahan dari ujung sepatu pemuda tersebut perlahan-perlahan sampai pada wajah sang pemuda dengan kondisi terus mengumpat tak jelas pada dirinya.

Deg...

"Maa syaa Allah nikmat mana yang harus aku dustakan ya Allah, eh Astagfirullah Laila ingat zina mata bisa menimbulkan zina hati dan seterusnya, Astagfirullah nggak-nggak boleh gini kamu kudu harus ingat IMAN" batin Laila sambil mengeleng-gelengkan kepalanya.

"Lo ngapain geleng-geleng kepala gitu?, kurang kerjaan aja lo" tanya pemuda yang bernama Rifzal tersebut.

Laila mendongak salah tingkah, mau bagaimana pun ia tak pernah berjarak sedekat ini dengan seseorang berbeda jenis kelamin laki-laki. Ia pun langsung mundur beberapa langkah dari hadapan sang pemuda yang memiliki nama Rifzal Anggara.

Deg...

"Cantik juga ni cewek" batin Rifzal yang melihat bulu mata lentik, alis tebal hitam pekat, bibir mungil kemerahan, hidung sedikit mancung, mata yang berbentuk bundar hampir nyaris mirip orang timur, sisi kelebihan kencantikan yang melekat pada diri wajah Laila saat sedikit mendongak tadi.

"Eh maaf Mas saya nggak sengaja beneran, sekali lagi saya minta maaf Mas" permintaan mohon maaf Laila pada Rifzal dengan tutur kata lembut ditambah pandangan menunduk.

"Enak aja lo manggil gue Mas, emang gue pedagang kaki lima apa yang sering dipanggil Mas,Bang gue nggak serendah gitu kali" cerocos Rifzal sambil melipatkan tangan di depan dada bidangnya.

"Lah terus saya harus panggil apa?" tanya Laila kebingungan.

"Kenalin nama gue Rifzal Anggara lo bisa panggil gue Rifzal, dan nama lo siapa?" ujar Rifzal sambil mengulurkan tangan kanannya untuk bersalaman.

"Maaf, nama saya Nur Laila biasa dipanggil Laila atau Ila saja" jawab Laila sambil menlakupkan tangannya didepan dada.

"Eh tangan gue bersih kali" ujar Rifzal menarik uluran tangannya dengan kesal.

"Maaf di ajaran agama saya bagi perempuan tidak boleh bersentuhan dengan kulit yang bukan mahrom kecuali kalau keadaan mendesak saja" jelas Laila dengan pandangan masih menunduk.

"Gue Islam kok, temen gue juga Islam tapi boleh kok nyentuh kulit ke kulit bahkan berpegangan tangan juga boleh tuh" telak Rifzal.

"Mungkin kamu sama temen kamu itu belum mempelajari ilmu agama sampai ke bab itu, permisi saya mau ke kelas dulu, Assalamu'allaikum" ujar Laila tenang sambil melangkah meninggalkan Rifzal.

"Hmm terserah lo aja lah" jawab lirih Rifzal yang mungkin sudah tak terdengar oleh Laila.

🌽 🌽 🌽 🌽 🌽

Skip kelas...

"Huft gara-gara tadi cowok itu rencanaku mau ke perpus nggak jadi kan" omel Laila dari dalam hati.

"Ilaaaa" terdengar teriakan dua orang gadis dengan suara melengking dari ujung belakang ruangan kelas yang membuat pokok perhatian seisi kelas.

"Eh maaf-maaf gue tadi reflek jadi liatinnya jangan tajem gitu dong santai-santai he he he" ujar seorang gadis bernama Salwa itu.

Sincerity of love Nur LailaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang