💮Three

762 85 12
                                    

Hargai aku ya jadi follow dulu sebelum baca.

×××

Mata yang tengah tertutup rapat, kini mulai bergerak perlahan. Detik demi detik mata itu mencoba untuk membuka meskipun rasanya begitu berat.

Perlahan, mata bulat itu mulai terbuka lebar. Namun membuat seseorang yang memiliki sepasang mata itu mencoba mengernyitkan dahinya. Menyesuaikan cahaya yang masuk ke matanya.

Ruangan putih itulah yang dilihat pertama kali begitu ia telah melihat semuanya begitu jelas. Pupil matanya bergerak ke sekeliling ruangan itu, mencoba mencari sesuatu, barangkali seseorang. Namun ia tidak menangkap sesuatu pun dalam penglihatannya.

Memorinya berputar pada kejadian beberapa jam yang lalu, langsung saja ia teringat akan kakinya yang terluka karena terkena serpihan mangkuk tadi. Seketika itu juga, ia baru merasakan bahwa telapak kakinya kini terasa amat sakit.

Lisa mencoba menggerakkan tubuhnya perlahan, namun semua persendiannya serasa lolos satu per satu. Terasa sakit semua. Ia masih berusaha menggerakkan badannya meskipun terasa sakit. Tiba-tiba saja pintu rawatnya terbuka dan menampilkan seorang dokter dan seorang suster di belakangnya. Dokter itu tersenyum kepada Lisa yang kini tengah menatapnya. Alhasil, Lisa juga ikut tersenyum menanggapinya.

"Anda sudah siuman, syukurlah. Karena kami kesulitan sekali saat mencoba menyelamatkan anda. Karena anda kehabisan bamyak darah. Namun, ada seorang laki-laki yang mau mendonorkan darahnya untuk anda" tutur dokter Lee kepada Lisa. Namanya dokter itu terpampang jelas di nametag yang dipakai.

Sedangkan Lisa terkejut bukan main saat mendengar penuturan dari dokter Lee. Siapakah orang yang sudah mau mendonorkan darah untuknya? Sungguh ia ingin berterima kasih pada orang itu. Untuk mengurangi rasa ingin tahunya, Lisa mencoba bertanya kepada dokter Lee.

"Si-siapa yang sudah mendonorkan darahnya untuk saya dok? Siapa laki-laki itu?" tanya Lisa lirih, karena memang saat ini ia masih lemas, jadi belum bisa berbicara keras.

"Maaf, pria itu ingin identitasnya disembunyikan. Dia tidak ingin orang tahu apalagi anda mengetahuinya" ujar dokter Lee.

Lisa semakin berpikir keras tentang seseorang yang sudah mendonorkan darah untuknya. Darah yang mengalir di tubuhnya, sebagian adalah milik orang itu. Lisa ingin sekali mengucapkan terima kasih, namun ternyata ia tidak boleh tahu siapa yang mendonorkannya. Seketika ia teringat pada Jungkook, apa mungkin iya? Apa mungkin jungkook yang mendonorkan darah untuknya? Kalau iya, ia akan sangat berterima kasih kepadanya.

"Saya akan memeriksa anda, untuk memastikan keadaan anda" ucapan dokter Lee mengalihkan Lisa dari lamunannya.

Lisa hanya mengangguk menanggapinya. Dokter Lee mulai memeriksa Lisa, dari luka di kaki, sampai luka lebam yang ada ditubuhnya. Dokter Lee merasa miris sekali melihat luka di tubuh Lisa. Hal pertama yang ada di pikirannya adalah, Lisa dianiaya oleh suaminya. Namun ia tidak mau berasumsi dengan pikirannya sendiri. Toh, itu juga bukan urusannya.

"Luka anda sudah mengering, tinggal pemulihan saja. Jangan lupa minum obat yang saya kasih ya" ujar dokter Lee sambil memberikan beberapa macam obat yang berbeda ukuran dan kegunaannya.

"Panggil saya Lisa saja dok, biar dokter gak kaku waktu ngomong sama saya" ujar Lisa sambil tersenyum manis. Dokter Lee terpana oleh senyum Lisa selama beberapa saat, namun ia bisa mengembalikan pikirannya agar tidak ngelantur.

"Hm baik Lisa. Kamu juga bisa panggil saya Lee dan tidak usah memakai kata dokter. Oke?"

Entah sadar atau tidak, dokter Lee justru menggunakan kata aku kamu. Lisa menyadarinya, namun ia hanya diam saja. Ia hanya menanggapi perkataan dokter Lee dengan anggukan.

"Oh ya, ini ada kiriman bunga untukmu" ujar dokter Lee sembari mengambil sebucket bunga lily hitam yang terletak di atas nakas. Dahi Lisa mengernyit heran, sudah dua kali ia menerima bucket lily hitam.

Siapakah yang mengiriminya? Ia takut jika ini adalah sebuah teror untuknya. Dan kali ini pun sama dengan bucket lily yang sebelumnya ia terima.

Lagi dan lagi Lisa tak tau siapa dia. Tidak ada nama dan alamat pengirimnya, bagaimana Lisa bisa tahu?

"Siapakah yang mengirim ini?"

"Aku tidak tahu"

"Sungguh?"

"Ya, jika aku tahu pasti aku akan memberitahumu. Apakah tidak ada alamat pengirimnya disitu?"
Lisa menggeleng pelan sambil tertunduk lesu. Kenapa ia merasa ada yang disembunyikan darinya?

•••

Seseorang dengan setelan serba hitam itu menggeram marah. Matanya sudah memerah dan tangannya terkepal kuat, siap memukul siapa saja yang berurusan dengannya. Ia kini tengah berada di sebuah ruangan yang gelap. Hanya diterangi oleh lampu kecil yang tidak memberikan efek apapun.

"Maaf"

"Aku salah maaf"

"Tapi aku berjanji akan membuatnya tersiksa"

"Aku janji"

•••

Jungkook tengah berada di club langganannya. Saat ini ia tengah duduk di sebuah sofa, di depannya, sudah tersaji beberapa botol minuman keras yang siap menemaninya saat ini. Tak lupa, beberapa wanita pun bergelayut manja di kedua lengan kokohnya. Namun ia biarkan saja.

"Lo bilang dia di rumah sakit dan lo malah disini?" tanya jimin sakartis yang dibalas tatapan jengah dari jungkook.

"Emang kenapa? Bukan urusan lo juga" sahut jungkook ketus yang dibalas helaan nafas dari jimin.

Dituangnya cairan memabukkan itu ke dalam satu gelas penuh, kemudian diteguknya perlahan.

"Gue kasian sama dia jung" ujar taehyung.

"Yaudah, nikahin aja sono. Ikhlas gue" ujar jungkook acuh tak acuh. Sepertinya ia tidak peduli lagi pada apapun yang menyangkut Lisa. Baginya, Lisa adalah beban bagi hidupnya.

"Kalau gue bisa, gue bakal nikahin dia. Bakal beruntung gue punya istri kayak Lisa"

"Basi"

Lagi dan lagi jungkook meneguk cairan itu gelas demi gelas. Rasa pusing mederanya secara perlahan. Namun siapa sangka, jungkook malah justru lebih gencar mengalirkan cairan itu melalui tenggorokannya. Para wanita yang sedari tadi bergelayut manja dengan jungkook pun semakin gencar melakukan aksinya.

Jumgkook sudah lupa akan dunianya, ia sudah lupa pada keluarganya, dan yang lebih parah lagi, ia bahkan telah melupakan satu-satunya wanita yang dahulu sangat dicintainya. Entah kenapa secepat itu cinta hilang dari hati jungkook. Hingga ia bisa melupakan bahwa saat ini, istrinya sedang sendirian di rumah sakit. Entah apa yang terjadi pada jungkook.
























Yey aku update nih. Kalian nungguin aku update gak nih?
Semoga suka:)

Jangan lupa follow, vote, dan spam komennya.

Righteousness [Lizkook]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang