💮Four+Visualisation

784 94 35
                                    

Follow dulu sebelum baca, setidaknya hargai saya.

×××

Lisa hingga kini masih saja berharap  sebuah perhatian yang ia rasa tak akan ia peroleh sampai pada waktu yang ia tidak tahu sampai kapan. Lisa hanya mampu terdiam di sudut ruangan, mencoba meratapi segala kisah hidupnya yang terkisah layaknya kisah seorang upik abu.

Air mata dan segala kesakitan yang Lisa rasakan seperti halnya sebuah saksi bahwa pernah ada luka, kesakitan, dan duka yang menghiasi setiap sudut ruang. Bukan bermaksud untuk bersikap munafik, berpura-pura bahwa Lisa tidak merindukan dirinya yang dulu, pada kenyataannya ia pun merindukannya yang dulu. Boleh ia berharap?

Jarum jam menunjukkan pukul 2 dini hari, namun entah kenapa ia masih belum bisa memejamkan matanya, padahal rasa kantuk itu kini tengah menyergap. Berkali-kali ia menguap, menandakan kalau ia benar-benar mengantuk. Bukan karena ia belum mengantuk, hanya saja ia masih saja menanti kehadiran seseorang yang belum pernah dilihatnya sejak ia membuka mata.

Hati Lisa berdesir lirih, mengingat bahwa jungkook sepertinya tidak mempedulikan dirinya. Rasanya sakit, namun ia harus apa? Saat ini, Lisa bahkan tidak mempunyai cara untuk membuatnya kembali seperti dulu.

Satu per satu air mata lolos dari kedua matanya. Lisa menangis. Karena apa? Ia merasa dirinya sendiri pun sudah mengakuinya, bahwa ia tidak kuat dengan ini semua. Dengan kehidupannya yang sekarang penuh dengan siksaan dan makian, luka dan air mata.

Ia serasa berlari pada lorong kosong yang tidak ada seorangpun disana. Berpijak pada dinginnya lantai, yang begitu asing untuk dipijaki. Inilah hidupnya sekarang. Ingin rasanya ia menyerah, ingin rasanya aku mengatur langkah mundur mulai sekarang. Namun lagi dan lagi cinta membuatnya bertahan meskipun rasanya sulit.

Tangan Lisa bergerak bebas memainkan selimut yang menutupi tubuhnya. Entah kenapa tiba-tiba saja rasanya hati Lisa tidak enak. Apakah ada sesuatu? Apakah ada sesuatu yang terjadi pada jungkook? Lisa masih bergelut dengan pikirannya, tiba-tiba saja pintu rumah sakit di dorong begitu kuat sehingga membuat Lisa terkejut bukan main.

Disana, berdirilah jungkook dengan berpegangan erat pada gagang pintu. Matanya merah dan jalannya pun sempoyongan. Mabuk lagi dan lagi. Entah kenapa hatinya terasa nyeri melihatnya. Lisa disini sakit, namun kenapa jungkook malah bisa tertawa bahagia?

Dengan sempoyongan, jungkook berjalan pelan sembari berpegangan pada apapun yang berada di sekitarnya. Kemudian, ia membaringkan tubuhnya di sofa. Lisa hanya diam saja melihatnya. Lisa ingin mencoba tidak peduli padanya. Lagipula, ia sedang sakit.

"Gue benci lo" ujar jungkook sambil menunjuk-nunjuk ke arah Lisa.

Lisa hanya diam saja. Tanpa berniat sedikitpun untuk menjawabnya.

Lisa masih terlanjur kecewa padanya. Amat sangat kecewa. Secara perlahan, lisa merasakan sakit dan kecewa itu sedikit demi sedikit. Hingga membuat rasa ini mati dan ingin mundur.

•••

Jungkook yang masih setengah sadar, merasa ucapannya tidak di respon pun naik pitam. Laki-laki itu tahu bahwa Lisa masih terjaga saat ini. Namun kenapa perempuan itu tidak meresponnya? Jungkook memutar berbagai cara untuk memberikan pelajaran berharga bagi Lisa, tanpa peduli bahwa Lisa tengah sakit.

Perlahan jungkook bangkit dari sofa dan mulai mendekati brankar Lisa. Lisa yang melihatnya pun sedikit ketakutan. Apalagi melihat ekspresi jungkook yang seperti kalap.

Jungkook yang sudah sampai di samping brankar Lisa pun dengan segera mencabut selang infus yang masih tertancap di tangan Lisa dengan sekali sentak. Alhasil membuat jarum yang menempel dengan selangnya pun merobek kulit Lisa. Sehingga darah mulai menetes dari kulit tangan putih Lisa. Jungkook yang mengetahuinya pun tersenyum puas.

Righteousness [Lizkook]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang