EL. 47

123K 5.1K 245
                                    

"Tidurlah, besok aku akan menemanimu ke therapys." Ucap El.

"El....apa aku sudah menyiksamu malam ini?" Tanya Anabella menatap ke celana El.

"Aku akan mandi sebelum tidur. Tidurlah dulu." Sahut El.

"El....aku juga mau." Ucap Anabella sambil menundukkan kepalanya, malu dengan tatapan El.

⬇️⬇️⬇️⬇️⬇️

El tersenyum lebar sekali, tapi dia tidak boleh egois, dia harus memastikan sakit pinggang Bella bukanlah hal yang serius, supaya tidak mencelakakan Belle dan twins.

"Aku akan memberikannya besok setelah kupastikan keluhan pinggangmu bukanlah hal yang serius." Sahut El mencium ceruk leher Anabella supaya wanitanya tidak merasa tertolak.

"Kau yakin?" Tanya Anabella dan El mengangguk tersenyum lebar lalu mencium bibir Anabella.

"El, besok aku ingin belanja beberapa pakaian untuk pemotretan, apa kau sibuk?" Tanya Anabella.

"Baiklah, aku akan minta Jazz segera berangkat ke Dubai untuk menggantikan aku seminggu ini." Sahut El membuat Anabella bergelayut manja di lengan El.

"El, apa kehamilan twins ini sangat merepotkanmu?" Tanya Anabella.

"Aku senang melakukan semuanya, terima kasih kau memberiku kesempatan merasakan menjadi seorang papa seutuhnya bagi mereka." Sahut El.

"Maafkan aku, dulu kau harus berjuang seorang diri. Apa dulu JJ juga seperti twins?" Sesal El.

"Tidak, JJ anak yang begitu pengertian padaku, bahkan dia tidak pernah merepotkan saat aku harus bekerja dengan perut yang besar. Dia selalu sehat hingga kelahirannya." Sahut Anabella.

"Aku sudah banyak melewatkan pertumbuhan JJ, aku tidak ingin melewatkan pertumbuhan twins." Ucap El.

"Kau bisa melihat pertumbuhannya dari rekaman yang aku simpan setiap harinya." Sahut Anabella.

"Benarkah? Aku tidak sabar untuk melihatnya."ucap El dengan senang.

⬇️⬇️⬇️⬇️

Anabella bangun pagi hari ini dengan senyuman karena El masih memeluknya dari belakang. Anabella menatap pada cincin di jarinya.

"Cincinnya terlalu kecil ya?" Bisik El yang ternyata ikut terbangun, lalu menyelusup ke ceruk leher Anabella dan mengendus serta mengecupnya.

"Eh tidak, tidak! Aku senang ini sangat pas di jariku, bagaimana kau tahu ukuran jariku?" Tanya Anabella.

"Mommy yang membantuku memilihnya. Kau tahu batu blue sapphire itu pemberian mommy, dipecahkan dari liontinnya." Sahut El meraih jari itu dan bersama menatapnya.

"Liontin Tante Sophia?" Tanya Anabella tidak percaya.

"Iya, batu permata itu adalah warisan turun temurun dari jaman neneknya Daddy. Keluarga Leventine selalu membelahnya dan memberikan pada keturunan berikutnya saat mereka menikah. Tradisi ini menyatakan bahwa mereka seolah memberikan setengah nyawanya saat melepas anak mereka untuk menikah, menyerahkan anak mereka untuk dijaga oleh menantu mereka." Jelas El.

"Bagaimana dengan Kizi?" Tanya Anabella.

"Entah apa alasannya tapi mommy tidak memberikannya pada Kizi saat kami menikah." Sahut El sambil mengecup pundak Anabella yang terbuka karena sweater nya melorot ke samping.

"Apa ini berarti aku dipercaya oleh Tante Sophia untuk menjagamu?" Tanya Anabella.

"Aku yang memberikannya padamu, ini berarti aku juga mempercayakan nyawaku pada tanganmu." Sahut El terus memberi kecupan-kecupan di bahu Anabella.

EL SAVASTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang