EL. 20

151K 6.9K 767
                                    

"Tuan, sudah seminggu tuan muda tidak sadarkan diri dan demamnya tidak turun juga. Saya kuatir itu akan membuat perkembangan saraf otaknya terganggu, dan kemungkinan besar sangat berpengaruh negatif pada perkembangan mentalnya di masa depan." Ucap dr. Fischer pada El

"Apa kalian para dokter terhebat dengan banyak penghargaan tidak mampu menyembuhkan demam seorang anak kecil?! Hah?! Jawab aku dokter!" Seru El protes atas kerja dokter yang dianggap tidak maksimal.

"Maaf tuan El, karena demam tuan muda sesungguhnya adalah sakit yang berasal dari dalam jiwanya. Dia sangat merindukan seseorang yang dia panggil mama. Maaf, apakah Nona Kizi bukanlah mama dari tuan muda? Karena kehadiran Nona Kizi tidak dapat mengobati tuan muda." Tanya dokter itu dengan takut.

El hanya menghela napas panjang dan mengusap kasar wajahnya.

"Apa hanya itu cara untuk menyembuhkan JJ? Apa kehadiranku sebagai papa nya tidak memberi pengaruh apapun?" Tanya El.

"Kami hanya tahu tuan muda selalu mengigau memanggil mama, jadi sebaiknya anda segera membawa orang itu untuk bertemu tuan muda." Sahut dr. Fischer.

"Tidak mungkin. Dia ada di Indonesia, dan dia pasti sudah sangat membenciku." Ucap El dengan putus asa.

Dokter itupun tidak mampu berkata apa-apa lagi. Dia takut mengurusi urusan keluarga Leventine yang sangat terhormat dan terpandang di negara ini.

"Baiklah dokter, aku akan cari cara lain. Terima kasih untuk sarannya." Ucap El lalu keluar dari ruangan dokter itu.

"Aku tidak mungkin membawa Belle kemari, semua akan menjadi skandal yang membuat nama baik keluarga Leventine menjadi jatuh. Aku juga tidak mungkin membawa JJ kembali ke Indonesia, kesehatan mommy juga JJ pasti akan memburuk dalam perjalanan. Apa yang harus kulakukan Jazz?"
Batin El sungguh tidak karuan dan dia terbiasa menggantungkan segala masalahnya pada Jazzon.

"El, ada apa?" Tegur mommy nya saat melihat El  gelisah setelah kembali dari ruangan dr. Fischer dan masuk ke ruangan JJ dirawat.

"Menurut dr. Fischer, demamnya jika terlalu lama dibiarkan maka akan mempengaruhi perkembangan otak dan mentalnya di masa depan. Jadi harus dicari segera solusi untuk kesembuhan JJ." Sahut El tidak mampu mengatakan tentang saran dr.Fischer tadi.

"Astaga! Kita tidak boleh berdiam diri El! Mommy tak mau cucu mommy menjadi cacat mental karena demam, ayolah El carilah solusinya! " Desak mommy dengan sangat cemas

El menatap lama pada mommy nya lalu menghela napas panjang.

"Menurut dr.Fischer satu-satunya cara adalah mengobati dari dalam jiwa JJ, mempertemukannya dengan mamanya." Ucap El dan sekian detik dia menunggu reaksi mommy nya yang terkejut.

Bukan mommy yang memberi respon melainkan Kizi.

"Tidak! Kita hanya perlu mencari dokter lain yang lebih hebat El! Mungkin kita bisa membawa JJ ke New York atau Los Angeles? Mereka pasti punya dokter yang jauh lebih baik dan lebih hebat." Ucap Kizi menolak usulan dr. Fischer yang disampaikan oleh El.

El tidak peduli dengan tanggapan Kizi, dia hanya menatap dan menunggu respon mommy nya yang hanya menatapnya juga dengan diam.

Kizi seolah tidak pernah nyata dihadapan El, dan itu sungguh sangat menyakitkan, membuat Kizi semakin dendam pada Anabella dan juga JJ.

"Bawa dia El." Ucap mommy mendadak tanpa bisa dimengerti langsung oleh El begitupun Kizi yang menggelengkan kepalanya cepat.

"Tidak!" Sahut Kizi seketika menolak.

"Mom???" Tanya El memastikan pendengarannya.

"Bawa JJ kembali pada mamanya. Mommy juga akan ikut dengan kalian ke Indonesia, setelah dia sembuh dan stabil kita akan membawanya lagi kemari." Ucap mommy lagi

EL SAVASTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang