(spin off)

782 80 1
                                    

"Kamu harus masuk klub kami."

"Tapi kenapa? Kenapa aku harus melakukan ini semuaㅡapalagi denganmu?" Haechan menatap Jeno dengan tidak nyaman. Ia juga mengawasi dua orang di belakang lelaki berambut hitam ituㅡJaemin dan Renjun, yang sudah tergabung lebih dulu ke dalam klub.

"Karena aku kasihan padamu," Jeno menjawab dengan santai. Berbeda dengan ekspresi wajah Haechan yang berbanding terbalik dengannya.

"Apa?!"

Haechan tak habis pikir, bahkan setelah dipaksa masuk ke ruangan asing ini dan merelakan jam makan siangnya, ia masih harus bicara dengan Jeno yang ucapannya sama konyolnya dengan acara televisi yang sering ia tonton.

"Haechan-ah," Jeno mendekat ke arahnya. Haechan menjauhkan wajahnya dengan was-was.

"Aku ingin mengatakan ini dari dulu... karena kamu jago berkelahi, mungkin kamu berpikir kalau kamu yang terbaik di sekolah ini," lelaki tinggi itu berhenti tepat di depannya dan tersenyum penuh misteri. "Tapi bukankah kehidupan sekolahmu sebenarnya sangat kacau, hm?"

Haechan tak berniat membantah dan hanya mengalihkan pandangannya, membuat Jeno tertawa pelan melihat tingkahnya yang tiba-tiba berubah.

"Dari luar kamu pura-pura menggertak, mencoba terlihat keren, kuat, dan bahagia... tapi di mataku, aku dapat melihat dengan jelas kalau kamu itu benar-benar nggak stabil."

Jeno meraih tangan Haechan, yang membuat si pemilik agak terkejut saat merasakan sentuhan di jari-jarinya. "Aku berkata begini karena aku sudah mengenalmu sejak SMP."

"Saat kamu sudah tua dan melihat ke belakang nanti, kamu akan sadar kalau waktu terbaik dalam hidupmu dimulai saat ini. Setelah kamu bergabung dengan klub kami."

Haechan tertegun dan Jeno mengusap rambutnya pelan untuk meyakinkan.

"Aku janji akan membantumu mewujudkannya sebelum tahun depan."

Dan Jeno menepati janjinya. Ternyata berada dalam klub seni tidak begitu buruk, apalagi kalau anggotanya cuma empat orang. Haechan baru tahu kalau Renjun pandai menyanyi dan Jaemin bisa rap. Selama ini mereka jarang berbicara di kelas karena Haechan memilih untuk menutup diri. Jeno merasa beruntung karena Haechan mau bicara dengannya dan tak membantah saat ia memintanya bergabung dalam klub yang hampir dibubarkan karena kekurangan anggota.

Begitulah masa sekolah mereka nikmati sebagaimana anak seumuran lainnya, dan tak terasa waktu pun berlalu hingga menjadikan mereka akrab. Terutama Jeno dan Haechan yang terlalu akrab hingga pada awal tahun ketiga Jeno berani mengungkapkan perasaannya pada Haechan.

"Maaf," kata Haechan yang memilih menolaknya karena satu dan lain hal.

"Hei, kau nggak berbuat salah, haha. Nggak apa, aku akan menunggumu sampai~ kapan pun!"

"Bohong."

Akan lebih baik kalau semuanya hanya mimpi. Bahkan setelah dua tahun berlalu, Haechan masih memimpikan Jeno.

Ada tipe kebahagiaan yang tak bisa kembali, adalah hal terakhir yang ia pelajari dari Jeno.

Padahal masa lalu Haechan yang suram dan tak pernah diungkit oleh orang-orang akan selamanya seperti itu jika ia tidak bertemu dengan Jeno. Haechan mengingatnya jelas. Setiap kali ia berhadapan dengan sesuatu yang tidak bisa ia terima sepenuhnya, tak ada yang keluar selain air mata. Tapi Jeno akan ada di sana untuk menenangkannya. Sejak saat itu Haechan bahkan menyukai rasa sakit dan kesedihan karena Jeno ada di sisinya, jadi ia akan baik-baik saja.

birthday | nohyuck✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang