"Yang membuat kita kuat adalah doa. Yang membuat kita dewasa adalah masalah. Dan yang membuat kita maju adalah usaha keras."
*
*
Happy Reading..."Perhatian... Perhatian untuk seluruh siswa siswi kelas 12."
Rara yang tadinya tengah sibuk membagikan majalah tahunan ekskul Jurnalistik, seketika langsung menghentikan aktivitasnya, seluruh pendengaran siswa hanya fokus pada pengumuman yang di siarkan pak kepsek di lobi sekolah.
"Hasil nilai Ujian Nasional bisa kalian lihat di papan pengumuman" lanjut pak Kepsek
Dengan langkah seribu, Rara, dan teman-temannya segera menuju ke papan pengumuman. Suasana yang sangat riuh, hampir seluruh siswa kelas 12 semuanya berkumpul di depan papan untuk melihat hasil ulangan mereka masing-masing.
"MasyaAllah Rara... nilai kamu tertinggi lagi" ucap salah satu teman Rara, dia adalah...Anggi
Sontak semua mata tertuju pada Rara seorang gadis pintar, cantik, dan lugu itu. Rara yang tak percaya akan hal itu berulang kali mencubit cubit tangannya sekedar memastikan bahwa itu adalah kenyataan.
"Alhamdulillah...." teriak Rara spontan
"Ra...aku yakin kalau kayak gini...fiks beasiswa itu pasti diserahkan ke kamu" Ucap Anggi
"Amiinn, pandungane Yoh Gi (Do'ain yah Gi)"
"Pasti Insyaallah"
Jam menunjuk pukul 11.00, semua siswa segera merapat ke Masjid untuk melaksanakan sholat Dzuhur berjamaah. Tak lama kemudian suara adzan berkumandang meneduhkan hati, fikiran, serta jiwa.
Setelah seluruh siswa melaksanakan sholat Dzuhur mereka segera kembali ke kelas untuk bersiap-siap menunggu bel pulang. Sebenarnya jam pulang itu pukul 15.30 tapi hari ini jam pulangnya sedikit lebih awal.
"Rara..." panggil Bu Ami selaku Waka Kesiswaan di SMA Alma. Rara yang tadinya tengah melipat mukenah dengan segera menyelesaikan lipatannya.
Bu Ami segera membawa Rara ke ruang Remaja Masjid yang terletak tidak jauh dari masjid, karena kalau ke ruang waka jaraknya memang sedikit jauh.
"Silahkan duduk Ra..." pinta bu Ami.
"Engge Bu(iyah Bu)."
"Sebelumnya ibu mengucapkan selamat kepada kamu, karena kamu berhasil meraih nilai tertinggi UN, di sini, dari awal saya sudah menawarkan ke kamu untuk masalah beasiswa tersebut tapi dengan syarat, nilai semester kamu harus terus naik. Tadi saya sudah menghubungi wali kelas kamu untuk menanyakan perkembangan nilai kamu. Untuk itu saya memutuskan memberi Beasiswa full di salah satu Perguruan tinggi di Ibu Kota."
"Alhamdulillah, matur suwun ngeh Bu(Terima Kasih yah Bu)" dengan sigap Rara meraih tangan Bu Ami dan mencium punggung tangannya.
"Anggap saja ini adalah hadiah dari Allah atas semua do'a dan ikhtiar kamu Ra. Ini kamu isi beberapa persyaratannya, besok kamu serahkan ke ibu" Ucap Bu Ami.
"Engge Bu(Iyah Bu)" dengan penuh semangat Rara segera mengisi beberapa formulir dan persyaratan.
Setelah semuanya selesai Rara segera mengambil tasnya ke kelas. Tak lupa ia juga pergi ke kantin sekolah untuk mengambil uang hasil dagangnya hari ini.
1 Jam Kemudian....
(Biar Bacanya Makin seru...kalian bisa putar lagu di atas)
Setelah selesai membersihkan diri, Rara segera pergi ke dapur menemui ibunya yang tengah sibuk membuat gorengan untuk di jual esok hari.
"Bu..." panggil Rara.
"Ono opo nduk?(ada apa nak?)" tanya sang ibu sambil mengaduk beberapa adonan bakwan.
"Alhamdulillah bu... Kulo angsal Beasiswa dugi sekolah (saya dapat beasiswa dari sekolah)" Mendengar Ucapan Rara, ibunya segera menatap mata binarnya yang sudah tidak sanggup lagi membendung air mata.
"Alhamdulillah nduk, kowe iso ngunggahno derajat keluarga" dengan ucapan halus itu sang ibu membelai lembut Rambut Rara, "nengndi kuliah mu nduk? (kemana kuliahmu nak?)" lanjutnya.
"Ten Jakarta Bu(di Jakarta Bu)" Mendengar ucapan Rara Ibunya pun menghela nafas panjang, dan kembali memalingkan wajahnya.
"kulo mboten nopo-nopo kok bu saumpama ibu mboten setuju, kulo saget kuliah ten mriki-mriki mawon (saya ngak apa-apa kok bu, semisal ibu ngak setuju, saya bisa kuliah di dekat-dekat sini)." Seketika air mata membasahi pipi Rara.
"Ibu setuju nduk...cuman ibu isih durung iso adoh tekan awakmu (Ibu setuju nak...Hanya saja ibu masih belum bisa jauh darimu)" dengan penuh rasa haru Rara mendekap punggung sang ibu, mengalirkan air matanya kepundak sang ibu.
"Kaet cilik, ibu durung tau ngerasakke sekolah, mergo ibu lahir tekan keluarga sing kurang mampu. Tapi ibu gak pengen nduk... kowe ngerasakke urip susah koyok ibu. Ibu gak pengen kowe meh iso dodolan gorengan koyok ibu. (Sejak kecil, ibu ngak pernah merasakan sekolah, karena ibu lahir dari keluarga yang kurang mampu. Tapi ibu ngak mau nak... kamu merasakan hidup susah seperti ibu. Ibu ngak mau kamu hanya bisa jualan gorengan seperti ibu)"
*
*Terima kasih sudah membaca
Jangan Lupa di Vote yah :)
Mohon di maklumi, masih belajar
KAMU SEDANG MEMBACA
Di Bawah Kedamaian Islam
General Fiction"Tuntun saya untuk mencintai agamamu" Kisah cinta yang sangat rumit di alami oleh seorang Fatimah dengan seorang laki-laki non muslim. Di sisi lain Fatimah harus mempertahankan beasiswa nya, di kota asing yang bisa dibilang pertama kali ia kunjungi...