Part 3

78 7 4
                                    

Sebelum ke part 3, aku mau bilang THANKYOUUUU banget buat kalian yang masih baca ini. Jujur, aku udah sempet males ngelanjutin. Tapi, setiap hari ada notif ".... voted your story" bikin aku semangat lagi nulis. So here it is!

thankyou and enjoy.

------

Keira's POV

Hari ini  tepat satu minggu aku sudah memulai hidup yang baru. Tak bisa kupungkiri bahwa sangat susah untuk beradaptasi dengan lingkungan yang baru.

Tetapi untung saja aku datang ke sekolah yang tepat karena mempertemukanku dengan teman yang sangat baik dan ramah kepadaku.

Kecuali satu orang. Mark Tuan.

Aku menghembuskan nafasku kasar karena mengingat kata-kata menyakitkan yang Mark sampaikan kepadaku.

"Sudahlah, itu pasti bukan Mark yang aku maksud." Kataku pada diriku sendiri untuk meyakinkan segala kecemasan pikiranku.

Aku ingin mengisi hari liburku dengan berjalan-jalan di komplek rumahku yang baru. Jadi aku bisa mulai terbiasa dan setidaknya hafal arah dan jalan.

"Wah, indah ya." Aku terpukau dengan pemandangan sejuk didepan mataku.

Aku terus melangkahkan kakiku dengan antusias tanpa menyadari tujuan awalku yaitu menghafal arah dan jalan.

"Hei! Keira!"

Aku menengok kebelakang saat mendengar ada yang meneriakan namaku.

Karena silaunya pancaran sinar matahari, membuatku harus menyipitkan mata agar dapat melihat dengan jelas siapa yang sedang mendatangiku.

"Iya aku disini" Jawabku.

Betapa kagetnya aku saat melihat ada 2 laki-laki yang berjalan kearahku.

Betul dugaan kalian, mereka adalah Bam dan Mark.

"Kau tinggal di daerah ini?" Tanya Bam.

Aku menanggukan kepalaku sambil melirik kearah Mark yang hanya menunjukan ekspresi tidak tertarik.

"Iya rumahku tidak jauh dari sini kok." Aku menjawab sambil menunjuk kearah rumahku.

"Kau sendirian?" Tanya Bam lagi.

"Ya begitulah. Seperti yang kau lihat, aku sendirian."

Mendengar hal tersebut, Bam langsung tersenyum jahil kepadaku. Aku juga bingung kenapa.

"Kalau begitu, aku bersedia terus menemanimu kok!" Ucapnya sangat antusias.

Mendengar hal tersebut membuat ku tak bisa menahan tawa. Bam baru saja menggodaiku ternyata.

"Kau sangat tidak jelas. Kau tahu itu kan?" Tiba-tiba saja Mark angkat bicara.

Suaranya yang terdengar sangat berat membuatku sedikit kaget. Oh my god, his sexy voice.

Ekspresinya masih sama. Terlihat datar. Aku jadi bingung harus bereaksi seperti apa sekarang.

"Aku hanya bergurau Mark Tuan. Kau ini terlalu menganggap segalanya serius." Kata Bam.

"Oh iya, kau yakin tidak apa-apa jalan sendiri?" Tanya Bam kepadaku.

Aku mengangguk yakin.

"Baiklah kalau begitu, aku dan Mark akan melanjutkan jalan pagi. Kau jangan sampai tersesat ya." Ucap Bam lalu pergi bersama Mark meninggalkanku.

Akupun berbalik untuk melanjutkan perjalanan ku.

"Dasar Mark Tuan! Sifatnya tidak bisa jadi sedikit ramah apa?" batinku.

Aku melanjutkan langkah kakiku tanpa mengetahui tujuan. Aku kembali memandangi sekitarku.

Rumput hijau, bunga, rumah yang asri, awan yang terlihat biru. Semuanya sungguh indah!

Sudah sekitar 1 jam aku terus berjalan tanpa berhenti hingga aku tersadar bahwa aku tidak tahu aku ada dimana.

Aku mulai panik melihat sekelilingku karena aku yakin aku sudah berjalan sangat jauh.

"Ah Keira! Kau sangat bodoh sekali! Tersesat kan sekarang." Aku menepuk kepalaku berkali-kali menyadari betapa bodohnya aku.

Aku mencoba untuk mengingat arah tetapi percuma, aku sedikit pelupa. Apalagi, aku tidak membawa ponsel bersamaku.

"Sekarang harus bagaimana?" Tanyaku pada diri sendiri dengan pasrah.

ekhem.

Aku spontan menoleh saat aku mendengar ada yang berdeham di belakangku.

"Sudah kuduga kau pasti tersesat."

"Mark?" Aku kembali dikagetkan dengan kehadiranya yang sangat tiba-tiba.

"Kau daritadi mengikutiku ya?" Tanyaku curiga dan sedikit senang.

Masih dengan tatapan datarnya, ia mendekatiku sampai akhirnya jarak kita hanya sekitar 1 langkah saja.

"Apakah aku terlihat seperti mengikutimu?" Tanyanya dingin.

"Tidak sih.."

"Ikuti aku, aku akan antar kamu ke rumah." Ajaknya.

"Tapi-"

Mark langsung membalikan badanya sehingga tanpa pilihan lain aku harus mengikutinya karena hanya dialah yang bisa membantuku saat ini.

Aku berjalan disampingnya dengan atmosfir yang berubah jadi sangat menegangkan dan mencengkam.

Tidak ada yang berani untuk mengajak bicara. Aku juga sangat takut untuk memulai pembicaraan karena sifat dinginya itu.

Tetapi, pikiranku tidak bisa berhenti untuk terus memikirkan bahwa Mark disebelahku ini adalah Mark teman kecilku. Pikiran tersebut sangatlah mengangguku saat ini.

"Mark" Panggilku.

"Hm?"

"Tidak apa-apa." Aku membatalkan niatku untuk bertanya.

Mark pun tidak berbicara sama sekali sampai akhirnya sampai didepan rumahku.

Aku mengucapkan terimakasih yang hanya dibalas dengan anggukan malas dari Mark Tuan. Setelah itu, ia langsung pergi.

"Demi Tuhan, bisakah dia setidaknya senyum??" Batinku kesal.

Aku masuk kedalam rumahku. Dengan berjalan santai, aku masuk kedalam kamarku untuk bersiap-siap mandi.

tring tring tring

Itu adalah bunyi handphoneku. Sebelum aku mandi, aku meraih handphoneku dan mengangkat telfon terlebih dahulu.

"Keira"

"Dengan siapa ya?" Tanyaku bingung.

"Hey ini Mina! Kau tidak menyimpan nomorku ya." Ucap Mina kesal.

"Ah maafkan aku, aku lupa" Aku tertawa.

"Iya tidak apa-apa. Aku ingin memberitahumu bahwa ada tawaran kerja di sebuah Cafe. Kau mau coba?" Tanya Mina.

Tanpa berfikir panjang pun aku langsung menjawab ajakan tersebut.

"Tentu!" Jawabku.

Setelah berdiskusi banyak hal, aku akhirnya menyetujui untuk bekerja di Cafe milik teman kakaknya. Aku memutuskan sambungan telfon dengan sangat senang.

"Akhirnya dapat pekerjaan." Kataku lega.

---------

Jangan lupa untuk vote and comment ya. Part 4 Coming soon!

twt : @ wasjypiy

-key♡

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 06, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Mark Tuan, Why? Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang