Happy reading ♡"Hai"
"Ish, hobi banget ngagetin orang"
"Gue nyapa kali sya. Lagian lo kenapa sih ngelamun terus, kesambet setan baru tau"
Yang di ajak bicara masih sibuk melamun, memikirkan orang yang telah menolong nya tadi saat dia hampir saja tertabrak mobil.
Dia tidak tahu wajah si penolong itu karna tertutup oleh helm full face yang pria itu gunakan. Namun, seperti nya dia sangat familiar dengan motor dan seragam yang digunakan oleh orang yang telah menyelamatkan nyawa nya itu.
"Masa sih dia yang nolongin gue?" Gumam gadis tersebut seraya memijat pelipisnya.
"Apa? nolong?"
Gadis itu langsung menoleh ke arah dinda, teman sebangku sekaligus sahabat nya sejak menginjak bangku SMP sampai dengan sekarang, kelas 11 SMA.
"Din, kalo tadi dia nggak nolong gue, mungkin sekarang gue nggak bisa tinggal di dunia ini lebih lama lagi."
"Tasya! Lo ngomong apaan sih?! Jangan aneh-aneh deh." Maki Dinda tak terima dengan ucapan sahabat nya itu.
Gadis yang di panggil Tasya itu hanya menghela nafas lirih. "Tadi gue hampir ketabrak mobil-"
"APA?!"
sontak mereka berdua menjadi pusat perhatian satu kelas. Tersadar, Dinda pun langsung memelankan suaranya.
"Lo hampir kecelakaan? Serius? Ada yang luka nggak?" Tanya Dinda bertubi-tubi dengan memperhatikan seluruh tubuh sahabatnya takut ada yang luka.
"Serius lah, nggak ada yang luka kok." Balas Tasya seraya tersenyum simpul.
Dinda pun menghela nafas lega. "Syukur deh kalo gitu"
"Eh ngomong-ngomong yang nyelametin lo itu siapa? Lo kenal sama dia?" Lanjutnya tampak begitu penasaran.
"Nah itu dia, gue nggak tau pasti yang nolongin gue itu siapa." Ucap Tasya penuh keraguan.
"Loh?! Dia nggak ngomong sesuatu gitu sama lo?" Ujar Dinda mengkerut kan keningnya heran.
"Enggak, bahkan dia cuman ngeliat ke gue sekilas abis itu langsung pergi."
"Tapi Din, kalo gue liat dari seragam sama motor nya sih gue rasa dia satu sekolah sama kita." Dinda seketika langsung membulatkan matanya. Dia sedikit terkejut mendengar kalimat yang keluar dari mulut karib nya itu.
"Serius sya?" Tasya menganggukkan kepalanya. "Siapa siapa? Penasaran gue"
Tasya menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Dia sebenarnya ragu untuk mengatakan siapa yang menolong nya, namun di sisi lain dia tampak yakin bahwa pria yang menolong nya itu memang benar orang yang sejak tadi dia pikirkan.
"Emmm gue rasa itu-"
Belum sempat Tasya menyelesaikan kalimatnya, Bu Anis selaku guru matematika yang terkenal kejam itu sudah masuk ke kelas, dan kegiatan belajar mengajar pun di mulai.
><
Bel istirahat sudah berbunyi sejak 10 menit yang lalu. sekarang, Tasya dan Dinda tengah menyantap makanan yang tadi mereka pesan sambil sesekali berbincang ringan.
Tasya meneguk minuman nya setelah selesai dengan bakso yang tadi dia pesan. Tanpa sengaja atensi nya tertuju pada pria yang tengah duduk tenang sembari memainkan ponselnya. Seketika Tasya pun mengingat sesuatu.
"Dinda, gue mau ngomong yang tadi nolongin gue–"
"Eh iya sya, siapa orang nya?" Ujar Dinda dengan antusias.
"Kebiasaan deh motong orang lagi ngomong."
"Ehehe ya maaf, abisnya gue penasaran banget. Yaudah lanjutin, siapa yg nolong lo itu?"
"Janji jangan teriak" Tasya mengangkat jari kelingking nya dan langsung di sambut oleh Dinda sambil menganggukan kepalanya.
"Gue rasa yang nolongin gue itu kak Ansell deh" ucap Tasya penuh keyakinan.pasalnya, jika sebelumnya dia ragu maka kali ini dia yakin kalo Ansell lah pria yang menolong nya itu karna jam yang sebelumnya dia lihat di tangan pria yg menolognya, sekarang dia juga melihat jam yang sama bertengger di pergelangan tangan Ansell.
"What's?! Maksud lo kak Ansell yang most wanted sekolah itu?" Ujar Dinda dengan raut terkejut.
Tasya hanya membalas dengan anggukan penuh keyakinan.
"Wahh, nggak nyangka gue kalo yang nolong lo itu kak Ansell. Dia kan terkenal berandal dan kelewat dingin. Tapi sekarang, dia malah nolong lo sya"
Sedangkan Tasya sendiri terus memperhatikan Ansell yang duduk di meja sebrang dan berhadap hadapan dengan meja nya.Sejurus kemudian pria yang di panggil Ansell tersebut juga memusatkan atensi nya pada sang gadis yang sedari tadi memperhatikan nya.
Sontak Tasya pun langsung memalingkan pandangannya dan terlihat salah tingkah.
Sejujurnya, dia pun heran kenapa Ansell yang di kenal cuek, berandal, dan tidak peduli sekitar itu mau menolong nya. Sejak awal dia mengetahui Ansell pun ada rasa tak suka di dalam benaknya, karena melihat kepribadianya yg menurut Tasya sombong dan sok berkuasa itu.
Namun akibat kejadian tadi pagi, entah kenapa ada rasa bersalah dalam hatinya karna pernah memiliki penilaian buruk terhadap Ansell. Dan sekarang dia ingin sekali mengucapkan kata terima kasih secara langsung pada Ansell.
Tidak dipungkiri, Tasya juga sangat bersyukur karena Tuhan masih memberinya kesempatan untuk melihat dunia sampai sekarang.
Dan semoga......bisa lebih lama lagi.
~Tbc~
Hai!! this is my first story that I made.
Maaf kalo masih berantakan.
Kalo ada yg typo tolong kasih tau yaa!
Vote nya jangan lupa guys !!
Terima kasih ❤️
KAMU SEDANG MEMBACA
DESTINY
Teen Fiction" kisah tentang takdir kehidupan seorang remaja yang penuh perjuangan. " • bahasa nonbaku • :/ 2020