CHAPTER 4

8 2 0
                                    

Kamu bisa dengan mudah masuk

Tapi sangat sulitku untuk masuk

Karena kamu tidak pernah mengizinkannya

Aku selalu menantikan pagi. Karena aku bisa bersyukur kepada Tuhan telah diberikan nikmat hidup. Selain itu aku masih diberi kesempatan untuk bertemu orang-orang yang kusayangi. Keluarga, teman, sahabat. Dan dia. Iya dia, Arkana. Setiap pagi dia selalu datang ke rumahku hanya untuk menjemputku lalu berangkat ke sekolah bersama. Tapi ada yang berbeda pagi ini. Tidak ada yang mengetuk pintu sambil menenteng susu kotak rasa stroberi untukku.

'Maaf, sepertinya hari ini kita berangkat sendiri-sendiri saja ya Ta.'

Isi pesan yang Arkana kirimkan kepadaku pagi itu. Kepalaku penuh dengan pertanyaan. Kenapa dia seperti ini? Apakah aku melakukan kesalahan kemarin?

Terakhir kali kami bertemu saat dia membantuku membuat kue untuk persiapan ujian praktek tata boga, lalu kita bersama-sama menikmati senja dengan segelas teh hangat di balkon. Setelah itu kurang lebih satu minggu dia jarang sekali ke rumahku, hanya sekali karena memang mama yang menyuruhnya mampir. Di sekolah pun aku dan dia juga jarang bertemu, seolah-olah dia menghindariku. Ini terjadi begitu saja. Tanpa sebab. Seolah ada tembok besar yang menghalangi. Dunia kita seakan berbeda.

"Kok lo gak bareng mas Arka? Gue jadi gabisa berangkat siangan nih." Tanya Nala dengan muka cemberut. Semenjak Arkana tidak menjemputku untuk berangkat sekolah bareng aku berangkat dengan Nala. Maaf ya Nala.

"Iya..kok kayaknya dia marah ya La?"

"Hah? Marah kenapa dah? Kok bisa? Lo abis ngapain buset?!"

"Aku gak ngapa-ngapain..dia ngejauh gitu aja. Chat aku pun gak pernah dibalas akhir-akhir ini." Jelasku, dan ekspresi Nala sama bingungnya denganku. "Tolong ya La, nanti kalo kamu ketemu mas Arka tanyain kenapa dan suruh chat aku. Please."

"Iye beres..ntar gue tanyain. Gila kepo juga gue."

Sesampainya di gerbang masuk sekolah tiba-tiba ponselku berbunyi, ada pesan masuk. Dari Kak Reza 'Selamat pagi Lalita! Nanti kalo kamu masuk kelas terus liat ada susu kotak sama roti di meja kamu itu dari aku ya.. sarapan dulu'. Begitu isinya. Dan dengan cepat aku memberitahu Nala. "Wah bener-bener nih Reza. Gue ikut ke kelas lo ya." Komentar Nala dan hanya mendapatkan anggukan dariku. Lalu kita berdua bergegas ke kelasku. Dan benar, diatas mejaku ada satu kantong plasti berisi susu kotak rasa cokelat dan satu bungkus roti rasa cokelat pula. Aku dan Nala saling berpandangan.

"Ta? Lo kan gak suka banget sama cokelat."

"Iya La.. buat kamu aja deh nih." Kataku sambil memberikan kantong plastik itu ke Nala. Aku memang tidak suka cokelat.

"Eh tapi nanti lo sarapan apa? Gue beliin sarapan lo dulu ya bentar ke kantin. Lo disini aja jangan kemana-mana." Perintah Nala dan aku hanya menurut.

Ketika Nala meninggalkanku untuk pergi ke kantin, ada seseorang masuk ke kelasku dan langsung menghampiriku. Kak Reza. Jujur saja aku merasa tidak nyaman, menurutku dia lebih seperti stalker daripada pengagum. Dia menatapku.

"Kenapa dikasihin ke temen kamu? Gak suka?" tanya Kak Reza.

"Saya gak suka cokelat kak." Jawabku tanpa eskpresi.

"Oh gitu. Lain kali gue beliin rasa lain. Kesukaan kamu apa?" belum sempat menjawab pertanyaan dari Kak Reza, Nala sudah datang dengan menenteng susu kotak rasa stroberi. "Stroberi ternyata. Sama kayak Arka. Oke besok gue beliin yang stroberi." Lalu dia pergi begitu saja.

"Kenapa sih dia? Lo diapain Ta? Bilang sama gue." Tanya Nala kemudian.

"Aku gak diapa-apain La.. tapi aku takut sama dia. Dia malah kayak stalker tau gak sih?"

Angkasa MerahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang