Hidup ini milik kita, bukan milik orang lain
Kita hidup menurut takdir Tuhan,
Bukan menurut omongan orang lain.
Beberapa hari setelah aku mendengar kabar tentang Arkana dan Kak Dewi aku sedikit menjaga jarak dengan Arkana, meskipun Arkana seperti sedang menyembunyikan hubungannya dengan Kak Dewi dan tetap bersikap seperti biasanya kepadaku. Aku tidak sanggup menghadapi Arkana lagi. Sekarang dia sudah menjadi milik orang lain.
Siapa sih yang tidak kenal Kak Dewi? Siswa berprestasi, cantik, multitalenta, dikenal hampir seluruh warga sekolah. Siapa yang tidak insecure jika disandingkan dengan Kak Dewi? Aku bagai remahan roti jika dibandingkan dengannya. Lalu dia sekarang menjadi kekasih dari seorang Arkana, cocok.
"Lalita, pulang yuk! Udah lama gak pulang bareng nih, hehe." Ajak Arkana waktu itu setelah aku selesai latihan.
"Enggak usah, aku pulang bareng Nala. Mau main soalnya." Jawabku seadanya tanpa ekspresi.
"Ta kamu kenapa sih akhir-akhir ini kayak ngehindarin aku?" Arkana masih belum tahu jika aku sudah mendengar kabarnya dan Kak Dewi.
"Gapapa mas, aku duluan ya. Nala udah nunggu."
Aku meninggalkan Arkana yang bingung dengan perubahan sikapku padanya. Jika berhadapan dengan Arkana aku pasti berakhir sedih dan lebih parahnya aku bisa sampai menangis, aku tidak mau memperlihatkan satu tetes pun air mataku di depannya. Aku berbohong bahwa aku akan pulang dengan Nala. Aku pulang sendiri, berjalan kaki dan tanpa sepengetahuan Nala. Perubahan sikapku ternyata juga membuat mama khawatir. Aku hanya mengurung diri di kamar, aku keluar kamar jika perlu saja. Seperti mandi dan makan. Itu pun tanpa ada kata atau suara yang keluar dari mulutku.
Tiba-tiba aku kepikiran tentang suatu hal yang pernah Nala katakan padaku. Tentang aku yang harus membuka hati untuk orang lain. Aku jadi semakin percaya diri untuk mencoba membuka hati untuk orang lain, apalagi disertai dengan kabar buruk tentang Arkana dan Kak Dewi, aku jadi semakin mantap membuka hati. Saat itu pula ponselku bergetar menandakan ada sebuah pesan masuk, tanpa berpikir panjang aku langsung membalasnya.
Kak Reza : Malam Lalita, lagi ngapain?
Lalita : Malam kak, lagi tiduran aja nih
Kak Reza : Ohh... aku ganggu kamu ga?
Lalita : Engga kok kak.
Kak Reza : Emang lg gaada kerjaan atau tugas gitu?
Lalita : Gaada
Kak Reza : Jangan cuek2 dong Ta☹️
Lalita : Hehe maaf kak
Malam itu aku berakhir mengobrol dengan Kak Reza di kolom chat.
***
"Kemarin pulang jam berapa lo?" tanya Nala, aku sedang bermain ke rumahnya untuk sekedar makan es krim.
"Jam 5 kayak biasanya."
"Sama siapa?"
"Sendiri."
"HAH? SUMPAH LO? KENAPA GAK NGABARIN GUE DEH? KAN GUE BISA JEMPUT LO TA."
"Buseeet gausah pake teriak kali La." Aku langsung membungkam mulut Nala ketika dia tiba-tiba berteriak.
"Santai gaada orang di rumah. Yaudah gimana ceritanya lo bisa pulang sendiri?"
"Sebenernya Mas Arka nawarin aku buat pulang bareng, tapi aku tolak lah gila kali mau pulang bareng pacar orang?" protesku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Angkasa Merah
RomanceIni cerita tentang cinta seorang perempuan kepada laki-laki keras kepala yang hanya mementingkan perasaannya, namun cinta seorang perempuan tersebut tidak pernah padam seiring berjalannya waktu.