Hari ini Yein terlambat datang, karna sedang merasa tak enak badan. Pun ia tetap memaksakan diri untuk bergegas, alasannya hanya satu.
bertemu Jeon Jungkook adalah obatnya. Yein telah berharap banyak, mengira jika nanti dirinya akan sembuh ketika menatap sang kekasih.
kedatangannya disambut hangat oleh rekan kerja sekitar, Yein tak sama sekali menyesal bekerja ditempat itu, selain orang-orang yang baik dan ramah, ia juga dipertemukan dengan Jeon Jungkook yang saat ini menjadi kekasihnya. Tuhan terlalu adil dengannya.
Sebenarnya hari ini adalah hari pelatihan seluruh MUA Bighit. Dimana jika Yein melewatkan itu akan sangat menyedihkan.
Merasa pandangannya sedikit tak asing, Yein mencoba menyipitkan kedua matanya, melihat lebih intens orang yang ia lihat dari jauh. Mendadak tubuh Yein ingin terhempas dan nyaris terasa ngilu diseluruh tubuhnya. Dengan berat hati ia menghampirinya.
"Jungkook??" Yein menatap lawan bicara, dimana tatapan Yein memiliki arti yang meminta kejelasan. Namun sang lawan bicara hanya termangu sambil menggidikan alisnya.
"Yein,, Kurasa kita sudah tak cocok lagi, dan sepertinya harus mengakhiri hubungan ini."
Yein menatap Jungkook iba, sekali lagi meminta untuk dijelaskan oleh sang pembicara.
"Kenapa?? apa aku memiliki kesalahan??" Yein berhasil meneteskan air matanya dipenghujung mata. Dan hanya smirk yang Jungkook layangkan.
"Coba kau pikir sendiri, apa masalahmu,dan ku pikir kau mencintaiku sangat tulus, tapi ternyata kau sudah menghianatiku."
Jungkook mengeluarkan ponselnya, menunjukkan beberapa Foto yang ia dapatkan dari seseorang.
"Kook, aku bisa jelasin, ini bukan seperti yang ada difoto, taehyung datang menolongku kook," Yein mencoba menjelaskan secara jujur. Namun, sang lawan bicara tetap tak menggubrisnya.
"Pergilah, kurasa kau memiliki pertemuan kelas, jangan sia-siakan itu karna diriku," Ujar Jungkook sebelum pria itu pergi meninggalkan Yein.
hati Yein semakin hancur setelah mendengar pengakuan dari Jeon Jungkook, semangatnya kian menghilang entah kemana, Yein memutuskan untuk pergi saja dan tak mengikuti kegiatannya itu.
ditengah perjalanan, ponselnya berdering kencang didalam tasnya. Yein yang mendengar itu segera merogoh tasnya dan mengangkatnya.
"Yeobseoyo??"
"ini ibu,kau baik-baik saja??"
"Ibu, ya Yein baik-baik saja bu, ada apa??"
"uhmm.. Ibu memiliki kabar baik untuk mu Yein, kemarin Ibu datang kerumah sakit di kota kita, mereka sedang mencari lowongan untuk dokter baru sayang, Ibu rasa kau harus mengambil pekerjaan itu,"
"Tapi bu,," Yein menghembuskan nafas, mencoba berhati-hati pada pembicaraannya.
"sayang, ini yang terbaik untuk mu, ibu juga sudah mendaftarkan mu, tolong jangan kecewakan ibu dan ayahmu Yein-ssi."
kalimat terakhir yang dilontarkan oleh Ibu Yein sebelum menutup panggilannya. Dan berhasil membuat Yein bertambah pening, baru saja ia berfikir bahwa tuhan sangat adil padanya, tapi kenapa tuhan cepat sekali mau mengambilnya.
Yein menjatuhkan bokongnya disofa milik cafe yang jaraknya tak begitu jauh dari tempat bekerjanya. Ia memutuskan untuk menenangkan pikirannya sejenak. Bukan secangkir kopi mau pun teh yang saat ini ia butuhkan, namun sebotol winelah yang saat ini ia butuhkan.
Tingkat toleran minumnya sedikit kuat, jadi satu botol tak ada apa-apanya bagi Yein. Wanita ini tiba-tiba mecengkram rambutnya secara kuat, karna kepalanya mendadak terasa nyeri.
KAMU SEDANG MEMBACA
After That||Jjk
FanfictionTuhan begitu adil pada nasibnya, namun hanya pada beberapa hal saja, begitu dengan kisah cintanya, yang secara hembus lalu hempas begitu saja, Lalu untuk apa tuhan menghadirkannya untuk sejenak, jika pada akhirnya menyakitkan hati secara sepihak, ya...