Chapter 2

16 2 0
                                    

Kelas 10 IPA 1 kini sedang ditugaskan untuk mencatat oleh guru mereka, tidak terlalu banyak, namun mampu membuat kelas yang berisikan 36 orang ini hening. Semua fokus pada catatan masing-masing hingga para kakak-kakak osis datang ke kelas mereka.

Lantas perhatian kelas unggulan ini tertuju pada para kakak-kakak osis yang memang mungkin dimata mereka cukup keren karena pembawaan cool mereka. Ditambah wajah-wajah cantik dan ganteng itu bisa menjadi permen mata bagi adik-adik kelas.

"Anak-anak perhatiannya, semua berhenti mencatat dulu, kakak-kakak osis kalian punya pemberitahuan." ucap Bu Finta, guru biologi kelas ini. Lantas satu kelas mengikuti instruksi Bu Finta.

Semua diam dan memperhatikan kakak-kakak osis yang sudah berdiri tepat di depan kelas mereka.

"Selamat siang adik-adik, nama saya Reza, saya ketua osis SMA kebangsaan. Saya yang kemarin menjadi ketua panita MPLS kalau kalian masih ingat." ucap seorang pemuda bertubuh jangkung itu dengan tegas.

"Selamat siang Kak Reza!" ucap satu kelas serentak.

"Oke, hari ini saya akan memberitahukan bahwa Organisasi Siswa Intra Sekolah Kebangsaan membuka pendaftaran untuk adik-adik yang ingin bergabung dan mencalonkan diri sebagai anggota dan ketua pengurus osis berserta perangkat utamanya. Saya akan membagikan kertas pendaftaran ini pada kalian semua, kalian punya waktu buat memutuskan sampai 2 hari kedepan. Kalau kalian berminat, segera ke ruangan osis untuk mendaftar atau temui Salma Shelia sekretaris osis kelas 12 IPA 2. Mengerti?"

"Mengerti Kak!"

"Oke saya harap kalian semua bergabung. Itu saja untuk kali ini, kalau begitu saya permisi, selamat siang." ucap Reza lalu pergi dengan anggota osis lainnya.

"Psst.. Rina." panggil Vita yang duduk tepat dibelakang Rina, Rina menoleh ke arah Vita.

"Kenapa?" tanya Rina pada Vita.

"Kamu mau ikut osis ngga?" tanya Vita.

"Engga deh."

"Kenapa?"

"Aku males, lagian kalau ada rapat sore pasti aku ngga bisa ikut, aku les soalnya." ucap Rina, Vita hanya ber oh ria sambil membaca lembaran yang diberikan kakak osis tadi.

"Oke anak-anak, simpan lembarannya dan kembali mencatat." ucap Bu Finta yang baru saja masuk ke dalam kelas lagi.

"Iya bu."

***

Rina kini sedang duduk di halte sambil menunggu mamanya menjemputnya seperti biasa. Sebenarnya ini sudah cukup terlambat, mamanya Rina biasa menjemput 10 menit sesudah bel pulang sekolah, tetapi ini sudah lewat 30 menit. Hari juga semakin sore dan sekolah juga semakin sepi, hanya ada anak-anak ekskul yang sedang berlatih.

kring! sebuah pesan masuk ke ponsel Rina, lantas Rina segera membuka icon pesan masuk di ponselnya. Ternyata pesan itu dari mamanya yang ternyata tidak bisa menjemput karena harus ke rumah sakit untuk menjaga neneknya.

Rina menghela nafas kasarnya, ternyata ia menunggu sia-sia. Seharusnya kalau Rina diberitahu lebih awal, Rina bisa pulang naik angkot. Tapi kalau sudah sore begini angkot jarang lewat, apalagi 20 menit lagi ia ada jadwal les.

"Lo belum pulang?" ucap seseorang tiba-tiba membuat Rina hampir saja terlonjak kaget.

"Eh i-iya Kak Allen, belum masih nunggu angkot." entah kenapa Rina menjadi gugup saat menatap Allen yang kini duduk di atas sepeda motornya yang tepat berhenti di depan Rina.

"Oh yaudah naik biar gue anter." Rina terkejut, Allen mau mengantarnya pulang?

"Ngga usah deh Kak, aku ngerepotin." ucap Rina, sekarang jantungnya sudah berdetak tak karuan.

"Nggapapa ayo naik, ini udah sore banget loh. Angkot udah jarang lewat kalau sore, entar lo pulangnya malah malem." ujar Allen.

"Ahm yaudah Kak, ma-makasih, maaf ngerepotin." Allen tersenyum lalu memberikan 1 helm untuk Rina, Rina menerimanya dengan gugup lalu memakainya.

"Udah naik?" tanya Allen, Rina bingung harus berpegangan dimana, jadi ia berpegangan pada behel jok sepeda motor itu.

"Iya kak."

***

'cit'

Sepeda motor itu sampai di depan sebuah rumah bertingkat bercat biru itu,

"Rumah lo disini?" tanya Allen saat Rina turun dan berusaha melepaskan helm nya yang ternyata sulit dibuka. Allen terkekeh lalu berinisiatif membuka helm itu hingga bisa terlepas.

"Makasih Kak." ucap Rina.

"Haha iya, ini rumah lo?" tanya Allen lagi, Rina mengangguk.

"Ternyata kita tetangga, rumah gue 1 blok lagi dari sini, nggak terlalu jauh." Rina hanya bisa mengangguk lagi.

"Yaudah kalau gitu gue balik dulu." Allen menyalakan lagi mesin sepeda motornya.

"Hati-hati Kak... Allen.." ucap Rina pelan saat sepeda motor itu sudah menjauh dari tempatnya berdiri. Rina tersenyum, entah kenapa hari ini ia sangat bahagia. Entah kenapa Rina merasa rasa rindu yang ia rasakan selama ini sudah sedikit terobati, tapi Rina tak tau rasa rindu tentang apa.


Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Senior LetterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang