Bab 2

37 7 0
                                    


Aurelia menatap tajam pada Rexha yang saat itu tengah berdiri kaku tak menjawab. Mata Aurelia nampak bingung melihat bagaimana dua insane yang ada di depannya ini saling terdiam. Andara yang sadar akan keterkejutan Rexha. Langsung melepaskan genggamannya. "Ah, maaf."

Rexha yang juga nampak salah tingkah. Langsung menggandeng tangan Aurelia untuk pergi. "Kami permisi, pak."

"Tunggu." Pinta Andara sedikit berteriak. 

"Pak, dia sudah punya pacar loh pak." Ucap Aurelia polos yang membuat Rexha melotot kearahnya.

"Yah....!"

"Kan gue bener, lo kan udah punya cowok. Lagian nggak ada aturan pacaran kan pak ya? Dihh takut banget lo."

Astaga, mati-matian Rexha berusaha membungkam mulut ember sahabatnya itu. Bukankah mereka berjanji untuk tidak membahas apapun selama masih dalam lingkungan kerja.

"Pulanglah! Ini sudah malam."

Derap langkah yang semakin menjauh. Malah semakin membuat Andara mengulas senyumnya. Bukankah tujuannya pindah ke kota ini untuk mengembangkan bisnis rotinya? Dia pun menggelengkan kepalanya sambil masuk kedalam mobil. Semua berjalan sesuai rencananya. Toko roti, rumah mewah dan pesatnya bisnis yang tengah dia jalani. Sepertinya tak cukup untuk memuaskan ambisinya.

Mobil mewah berwarna merah miliknya pun. Melaju cepat menyusuri jalan malam yang seperti tak berpenghuni. Sambil mendengarkan alunan music jazz. Dia memfokuskan pandangannya. Dia ingin segera sampai rumah. Dan menghabiskan waktunya disana.

***

"Lo masih marah sama gue?" Tanya Aurelia saat dia melihat wajah masam Rexha yang tenngah menata baju di lemarinya. "Gue nggak sengaja loh. Sumpah. Maafin gue deh."

"Ini bukan masalah maaf memaafkan, Rel. Hanya saja lo nggak bisa jaga privasi gue. Terus gue bisa apa selain kecewa sama lo." Jawab Rexha acuh sambil terus memasukkan lipatan bajuya. "Gue mau tidur. Kalau lo mau tidur disini. Gue yang akan tidur diluar."

Hawa malam yang biasa Rexha gunakan untuk sekedar meminum teh di kamar kosnya. Kini terpaksa harus dia habiskan untuk duduk sendiri di bangku taman yang tak jauh dari tempat ia tinggal. Gemerlap lampu dan juga bisingnya angin yang menyapa. Tak menyurutkan niat Rexha untuk menghindar sejenak dari Aurelia. Baginya, kekecewaan adalah hal yang sulit untuk dia maafkan.

Ia menarik nafas dalam dan menghebuskan nya. Tangan kiri yang sedari tadi ia masukkan kedalam saku. Kini nampak menggenggam ponsel yang berdering dari beberapa menit yang lalu. "Iya." Jawabnya lembut sesaat setelah ia mengangkat panggilannya.

"Kok belum tidur?"

"Rush!"

"Hmm..."

"Aku akan tidur sebentar lagi. Selamat malam, sayang." Ucap Rexha berniat untuk mengakhiri panggilannya.

Namun, Rush yang saat itu berada dibalik mobilnya. Memandang jauh dan mengamati apa yang tengah kekasihnya lakukan malam-malan seperti ini. Dia tahu, Rexha berusaha mengakhiri panggilannya. Hanya saja dia tak ingin mengiyakan keinginan Rexha.

"Aku baru aja bangun."

Hhhoooaaammmmmm!! Rexha menguap seolah ia ingin meyakinkan Rush. Jika dia sudah mengantuk. "Aku ngantuk. Kita lanjut besok ya."

"Baiklah! Selamat tidur."

Hampir 5 tahun mereka bersama. Tapi masih banyak hal yang belum diketahui oleh Rush. Sekuat apapun dia mencoba untuk mencari tahu. Maka sekuat itu pula Rexha berusaha menutup segalanya. Tak ada paksaan karena Rush bukanlah orang seperti itu. Ia lirik jam tangan yang sudah menunjukkan pukul 2 dini hari. Masih sama, Rexha disana seorang diri.

Rexha n' Rush Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang