CHAPTER II | Sukses

17 7 2
                                    

We meet again!

Kemarin kita sudah berkenalan dengan tokoh Ray melalui point of viewnya. Sekarang mari kita mengenal Meysha lebih dekat!

Enjoy The Story...

Enjoy The Story

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


[Meysha Fradella]

Hari ini, gue bersih-bersih rumah, karena teman-teman gue akan datang satu jam lagi.

Sebenarnya, alasan utama gue mengajak mereka untuk berunding di rumah gue, karena gue mau memberikan makanan, masakan gue yang baru matang sepuluh menit lalu, untuk Gabriel. Iya, hanya untuk Gabriel, semoga dia suka.

Gue sebenarnya juga nggak tahu bagaimana perasaan gue ke Gabriel, tapi yang pasti saat melihat kehadirannya membuat hati gue merasakan kebahagiaan yang sangat. Dan membuat bibir gue melengkungkan senyum.

Ruang tamu sudah gue bersihkan. Sudah kinclong. Sekarang, tinggal mengambil camilan yang gue beli kemarin.

Oh iya, gue di sini tinggal bersama Ibu, dia orang yang sangat baik hati dan penyayang. Gue bangga punya Ibu seperti dia. Dan sekarang, Ibu gue sedang pergi, dia nggak bilang ke mana. Tapi sepertinya akan lama, nggak apa, nanti kan ada teman-teman gue.

Ayah gue, ia adalah seorang petani. Dan sekarang sedang di sawah, bekerja. Gue bangga punya Ayah seperti dia, karena Ayah selalu menuruti apa yang gue mau dan tidak pernah sekali pun membentak gue.

Lalu, gue duduk lesehan di ruang tamu yang sudah kinclong.

“Meysha!” panggil seseorang dari luar rumah, menurut gue itu Ray.

Gue berjalan santai ke luar rumah, dan ternyata benar, itu adalah Ray.

Gue tersenyum menghampirinya. “Masuk, Ray!”

Dia mengangguk.

Saat dia ingin melangkah masuk ke dalam rumah, gue dengan ragu menghentikannya. “Ray, gue sendiri di rumah, kita tunggu yang lain di sini dulu aja, ya?”

Ray terlihat terdiam sebentar, seperti memproses perkataan gue, lalu terkekeh dan mengangguk.

Ia langsung duduk di kursi yang berada di teras  tanpa di suruh, gue hanya menggeleng melihatnya.

Ray orang yang baik, lucu dan tidak bisa diam walau semenit. Gue nyaman berteman dengannya, dia juga sangat pengertian. Lalu, gue juga duduk di kursi samping Ray.

WerifesteriaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang