"Ngapain sih, Raina balik lagi. Tambah lama kan" gumam Aleta yang sedari tadi melihat ke arah Raina yang kembali ke sekretariat osis.
Mungkin banyak yang bilang, beruntung punya kakak laki laki pintar ganteng lagi. Tidak dengan Aleta dia merasa dia terancam jika akan terus berdekatan dengan kakak kakaknya.
Aleta mengecek ponselnya. Takut ada yang menghubungi, mengecek line, wa, dan ig. Dan tidak ada yang menghubungi seperti biasa oke lah.
"Ekhem" deheman seseorang membuat Aleta malas untuk menoleh dia tau pasti 'dia'. Aleta tetap menunduk sambil mengecek ponselnya.
"Sampai kapan lo ngecek ponselnya ha? Ikut gue" dia langsung menarik tangan Aleta ke arah taman.
What?? Ngapain di taman.
Apa dia udah baik ya?. Batin Aleta
Seperti bisa membaca pikiran Aleta, dia langsung melepas genggamannya di tangan Aleta.
"Ga usah GR. Gue ngajak lo kesini cuma mau ngomong. Jangan bertingkah laku sok. Lo cuma anak yang dianggap kalau dibutuhin" sarkas Dipta ya kakaknya Aleta.
DEG. Serasa bom jatuh di hati Aleta.
Air matanya menumpuk di pelipis mata. Yang sudah antre untuk membanjiri pipi gadis tersebut.
"Maksud kakak apa? Aku tidak bertingkah!" bela Aleta dengan menaikkan satu oktaf nada bicaranya.
Dipta membalas dengan smirk-nya. "Gue tau lo mau bikin futsal cewek kan?"
DEG
Jatuh bom yang ke dua kalinya. Bagaimana Dipta tau. Apakah dia menguping pembicaraannya dengan Raina tadi.
"Lo buat itu cuma mau ngalihin masalah di rumah kan? Atau lo mau nyari teman? Eh btw lo udah punya teman ya? Lo sogok pake apa supaya teman lo itu mau temenan sama elo?" Bertubi tubi pertanyaan yang Dipta lontarkan dan bertubi tubi juga sakit yang dirasakan Aleta.
"Iya memang aku mau bikin futsal itu hanya untuk mengalihkan masalah di rumah. Dan asal kakak tau, Leta gak pernah nyogok seseorang buat jadi teman Leta. Dia yang mau temenan sama Leta oke welcome. Tapi dia yang menjauhi Leta oke Bye" Leta merasa air matanya sudah membanjiri pipinya "kakak gak pernah kaya gini ke Leta. Tapi kakak sekarang malah buat Aleta ingin pergi dari kehidupan kakak? Sebegitu jijiknya kakak tidak mau menganggap Aleta sebagai adik? Atau kakak memang tidak pernah ingin mempunyai adik? Aleta bangga sama kak Dipta dan Bang Reno,tapi kejadian itu membuat kalian jauh dari Leta. Kalau tau akhirnya akan begini Leta gak akan pernah datang ke tempat itu. Kak dipta tau? Leta selalu berdoa supaya kak dipta dan bang Reno bisa nganggap Leta kembali"
Aleta sudah merasa puas dengan apa yang diucapkan. Ada perasaan lega sedikit di hati Aleta. Karena dia pertama kali menumpahkan perasaannya sekarang.
Dipta diam tidak berkutik. Dia masih menunduk. Dia mencerna apa yang dikatakan Aleta tadi. Apakah dia sudah keterlaluan kepada adik kecilnya itu. Tapi, segera di tepis kasar oleh Dipta, gengsi dan ego yang membuat di benci dengan Aleta.
"Gak usah mimpi! Mimpi jangan ketinggian ntar nyundul satelit baru tau rasa lo!. Satu hal yang perlu lo pahami. Gue bahagia ngeliat lo nangis" ujar dipta sambil menatap lurus kosong.
Bohong bohong itu yang di utarakan hati Dipta ketika dia mengutarakan bahwa dia bahagia melihat adik kecilnya menangis.
Sementara Aleta yang mendengar itu, tersenyum miris sekali. Akhirnya dia mendengar langsung dari mulut Dipta sendiri.
Aleta berdiri menatap ke arah Dipta. Dia tersenyum paksa "makasih kakak udah pernah jagain Leta, Leta akan pergi kok sesuai dengan perkataan kakak. Kakak bahagia liat Aleta nangis ya. Kakak bohong!iya kakak pembohong. Mulut bisa berucap tapi hati mata tidak ,mereka bisa menyiratkan suatu hal. Oh ya kak, Leta gak akan satu rumah lagi lo sama kakak. Kakak, Abang, papa pasti senang ya. Congrats"

KAMU SEDANG MEMBACA
ALBAY
Teen FictionSeorang cowok dan cewek bersahabat. Mereka selalu bersama melewati semuanya bersama. Mereka saling bertukar cerita saling curhat jika ada yang masalah. Tapi takdir berkata lain. Mereka berpisah karena suatu alasan. Hingga tidak bisa bertemu lagi apa...