"Wah Gladis lo kalah deh sama adik kelas" ejek Fito. Cowok yang dari tadi menyasikkan perdebatan hebat. Dia tidak menyangka ada seorang gadis yang bisa melawan seorang Gladis. Setelah mengejek Gladis Fito pun pergi dari sana.
Akhirnya bel pulang sekolah berbunyi. Setelah kejadian tadi Anita, Aleta dan Raina sering di bicarakan di sepanjang koridor sekolah. Aleta mengatakan kepada Anita dan Raina supaya mereka biasa saja.
"Pasti lo dalam masalah besar Al" ujar Raina kepada Aleta sambil menunduk. Karena tidak kuat menahan cemoohan dari siswa siswi yang lain. Bahkan banyak siswa juga menyentuh lengan Anita.
Aleta hanya menanggapi dengan senyuman untuk menguatkan sahabatnya itu. "Makasih ya buat kalian udah nyelametin aku tadi" ucap Anita tulus.
Raina hanya menatap ke arah lain. Dia marah, jika saja Aleta tidak membelanya tadi pasti tidak akan ada yang memandang wajah mereka dengan remeh. Sedangkan Aleta hanya tersenyum simpul.
"Gue mau pulang, mau bareng gak?" Tanya Aleta sambil mencari kunci mobilnya di dalam tas.
Anita dan Raina saling menggeleng. Aleta hanya mengangguk. Dia menatap Raina, dia tau jika sahabatnya itu takut dan cemas.
"Rain gue tau lo takut. Tapi tenang ada gue yang bakal jaga elo. Semoga kita bertiga bisa jadi sahabat" ujar Aleta memegang tangan Raina dan Anita.
Setelah mengatakan itu Aleta masuk ke mobil. Sekarang dia takut mengahadapi masalahnya sendiri.
***
Setelah 20 menit perjalanan pulang. Aleta sampai di rumah, dia melihat banyak sekali mobil. Dia tidak sanggup, mendengar caci dan maki dari papanya. Tapi Aleta kuat, Aleta terus menyemangati dirinya sendiri.
Melihat mobilnya pasti kakek dan nenek. Aleta harus kuat dan tegar. Aleta bukan cewek lemah atau yang perlu di kasihani oleh orang lain. Aleta masuk dengan langkah panjang, agar ia segera bisa sampai di kamar dan mengurung dirinya di kamar. Sungguh kamar adalah tempat yang nyaman bagi Aleta.
"Kalau masuk itu lihat lihat, ada tamu apa tidak!" papa Aleta berucap ketus.
Aleta berbalik memandang ke arah kakek dan neneknya. Kakek nenek itu tersenyum licik ke arah Aleta.
Dasaral tua bangka. Batin Aleta
"Aleta gak tau kalau ada kakek dan nenek" ucap Aleta sambil senyum dan menyalimi tangan kakek nenek meski mereka tidak menjabat kembali tangan Aleta.
"Duduk!!" Hampir saja Aleta terpental kaget mendengar ucapan papanya. Aleta merasa ini akan menjadi hari terakhir dia disini. Firasatnya buruk setiap kali kakek dan neneknya datang.
Papa menatap ke arah Aleta dengan tatapan tajam. Aleta tau ini akan jadi hari terakhir dia disini.
"Kamu pasti sudah tau maksud kedatangan kakek nenek kesini?!" Aleta mengangguk "kamu tau setiap ada kamu keadaan di meja makan itu jadi hening, dan saya tidak suka keheningan. Jadi saya mau kamu pindah ke apartemen. Terserah kamu akan memilih apartemen yang mana dengan menggunakan uang kamu sendiri. Saya tetap akan ngasih kamu perbulan. Semoga kamu bisa berubah!" Jelas papa Aleta sambil melotot ke Aleta.
Mama gimana? Mama menangis di pelukan Reno. Dia tidak sanggup putri satu2nya harus diusir dari sini.
"SATU HAL LAGI! MARGA KAMU BUKAN LAGI MARHENDY. SAYA AKAN MENGUMUMKAN JIKA PUTRI SAYA SUDAH PERGI KE LUAR NEGERI.." papa menghentikan perkataanya "DAN TIDAK AKAN KEMBALI!!". Setelah itu mama langsung berlari pergi ke dalam kamar sambil menangis. Papanya hanya sibuk mengotak atik handphonenya. Dipta hanya menunduk dan Reno hanya memainkan jari tangannya sambil melirik ke Aleta.
Ah gadis itu, dia menangis. Ternyata perkataannya ke Dipta tadi nyata. Dia sesenggukan berdiri, berjalan gontai menuju kamarnya untuk membersihkan barang barangnya. Dia membawa semua barang2 yang dia perlukan. Atau dia akan membereskan semuanya.
"Jahat kalian jahat sama Aleta hikss..hikss. Aleta sudah berubah pa. Kakak dan Bang Reno kalian juga tega pada adik kecil kalian. Hiks hiks"
Setelah dia membereskan semuanya. Dia turun berjalan ke arah papa dan keluarganya di ruang keluarga.
"Pa Ma makasih sudah merawat Aleta. Sudah membesarkan Aleta. Abang dan kakak juga makasih ya sudah pernah memberikan Aleta kebahagiaan. Aleta tau aleta salah. Aleta sudah berubah pa. Oh sekarang Aleta bukan keluarga Marhendy lagi. Apa Aleta harus memanggil kalian dengan sebutan om dan tante? Diamnya kalian akan aku anggap seperti itu. Ini semua fasilitas yang pernah om kasih Leta kembalikan. Semua ada disana, di dalam koper hanya ada baju Leta. Leta juga tidak membawa apapun dari sini. Ini kunci kamar Leta. Leta harap mama mau masuk ke dalam. Karena disana ada sesuatu untuk mama. Aleta sayang kalian" setelah mengucapkan itu Aleta berjalan keluar. Dia harus menghubungi siapa? Apa dia harus kembali ke keluarga Steven? Apa mereka bisa menerima kembali?
Jangan lupa follow author yaa:)

KAMU SEDANG MEMBACA
ALBAY
Fiksi RemajaSeorang cowok dan cewek bersahabat. Mereka selalu bersama melewati semuanya bersama. Mereka saling bertukar cerita saling curhat jika ada yang masalah. Tapi takdir berkata lain. Mereka berpisah karena suatu alasan. Hingga tidak bisa bertemu lagi apa...