Hari Kedua ga ada Bedanya

7 3 0
                                    


****

Kalian kalau lagi ada niat bangun pagi pasti nyalain alarm kan? Alarm android emang recommend banget kalau soal nada suara, soalnya enak banget. Bukannya bikin bangun pagi malahan meninabobokan sampai telat bangun pagi dan membuat Kajeng Mamih turun tangan. Nah, sama halnya dengan aku saat ini. Aku yang diberi takdir sebagai anak tengah, anak kedua dari tiga bersaudara yang sialnya juga cuma anak cewek satu-satunya di rumah, terpaksa di ajarin Kajeng Mamih buat bangun pagi-pagi bahkan di hari libur panjang sekalipun. Bedanya, alarm aku itu bukan alarm biasa permisa. Alarm manual yang suaranya berasal dari sentuhan manja Kanjeng Mamih yang penuh ancaman.

JEDUGGG

Nah, kayak gitu tuh suaranya. Cuma satu kali tapi efeknya luar biasa bikin aku langsung bangun pagi. Suaranya dari jendela kamar yang berbenturan dinding yang kebetulan letaknya berada di sebelah kamarku yang terpisah karna dinding tadi. Kalau pagi-pagi Mamih bangun, beliau tinggal buka jendela dan main banting ke dinding dan itu sukses menjadi alarm pribadiku setiap hari. Bayangin aja deh letak jendelanya tuh dimana, yang penting bukan berasal dari jendela kamarku tapi berasal dari jendela di ruangan yang bersebelahan dengan kamarku.

Jadi, kebetulan kita sekeluarga bukan orang kaya, makanya tiap kamar itu Anti Kedap Suara Club.

Bangun pagi, rutinitas yang pertama di lakukan adalah cek keberedaan ponsel yang berada di bawah dekat kaki. Nyalain ponsel, ternyata ga ada notifikasi atau sekedar pesan kejutan yang menyatakan kuota anda telah diisi senilai 100 gb. Omaigat, begonya udah kumat padahal masih pagi.

Tobat dek...tobat.

Malaikat dalam diriku menegur mengingatkan. Aish, perhatian amat sih. Aku langsung melaksanakan doa pagi dengan khusyuk, singkat dan udah. Aku menyibakkan selimut, turun dari ranjang dengan tangan tak lepas menggenggam ponsel. Aku mengambil charger mengisi daya baterai ponsel tak berguna yang ga dipakai berjam-jam pun tetap saja menguras banyak baterai. Maklum udah tua, 3 tahun ga di ganti-ganti habis dianya setia banget menemani.

Aku keluar dari kamar menuju ruang depan, membuka seluruh jendela rumah membiarkan udara pagi yang sejuk masuk. Kemudian ke dapur untuk memasak nasi, membiarkan Mamih yang masuk ke kamar mandi bukan untuk mandi tapi untuk buang air pagi-pagi. Aku menunggu air keran terisi dalam wadah reskuker sembari bergerak-gerak kecil untuk meregangkan otot-otot karna posisi tidur yang tidak ada anggun-anggunnya sama sekali. Aku segera menyuci beras dengan air, lagi-lagi mengabaikan Mamih yang keluar dari kamar mandi menuju ruang keluarga menunggu untuk berdoa pagi bersama. Selesai memastikan bahwa tombol merah menyala pertanda bahwa nasinya dalam proses dimasak, aku menuju ruang keluarga. Lagi, aku harus mendapat bagian  membangunkan dua curut tak berguna yang masih berbaring dengan setengah nyawa di kamar masing-masing. Ini nih, kenapa aku begitu tidak menyukai kedua saudara lelaki ku. Melirik sinis kearah Kajeng Mamih yang belagak sok polos tak tahu apa-apa, aku berbalik beranjak kekamar dua curut.

Bughh Bughh Bughh Bughh

Pintu kamar yang saling bersebelahan itu ku gedor-gedor bergantian.

"Bangunnn!!! Hei bangun he!!!", teriakku menggebu-gebu tanpa mau memanggil nama mereka masing-masing. Teriakkan itu ku akhiri dengan gedoran pintu dua kali di masing-masing pintu kamar mereka.

Bughh Bughh Bughh Bughh

Ceklek ~

Mendengar pintu terbuka aku langsung nyelonong pergi menuju ruang tengah, menunggu dua curut bersama Mamih yang berjalan tertatih-tatih dengan mata tertutup sebelah.

****

Rutinitas pagi ku di awali kerja banting tulang di dapur. Hiks, sungguh miris menjadi satu-satunya cewek dirumah, tidak ada yang bisa menggantikan posisi budak teraniaya pada diriku. Aku tidak dekat dengan Mamih, entah kenapa. Sifat manja dan feminim ku tidak muncul ke permukaan, dan sifat kecewe-cewean lainnya yang biasanya di salurkan bersama Mama tidak ada pada diriku. Yang ada, aku selalu bersikap biasa, bahkan kebersamaan dalam hal membantu Mamih memasak selama beberapa jam didapur kami lewati berdua dengan saling diam. Mamih orangnya cerewet, suka gosip dan ngomongin sesuatu hal yang ngalor-ngidul, suka shopping, masak, dandan dan semua sikap itu berbanding terbalik dengan aku. Mengenalku selama hampir 17 tahun membuat Mamih sedikit, hanya sedikit, mengerti tentang sifatku yang aneh bin ajaib ini.

Hening.

Tidak ada pembicaraan di dapur, hanya suara pisau memotong daging dan sayur, atau suara irisan bawang dan rempah-rempah lainnya, atau suara letupan minyak dari wajan.

Sebenarnya aku tidak suka bekerja sambil berbicara, jika sedang bekerja fokusku berada pada satu titik yang sedang aku kerjaan saat itu. Jadi, ketimbang memikirkan basa-basi apa, atau pembicaraan apa yang harus dibahas bersama Mamih di dapur, aku lebih memikirkan cara cepat untuk menyelesaikan pekerjaan secepat mungkin sehingga bisa rebahan di kamar kemudian gila sendiri karna ga ada kuota. Aku ga ada niat jadi anak durhaka, tapi memang seperti inilah aku. Diluar emang keliatan ga suka banyak bacot, tapi di dalam hati dan pikiran otak, bacotku bisa melebihi satu novel Harry Potter.

Selesai masak, cuci piring, lanjut nyapu lantai mulai depan halaman rumah sampai halaman belakang  harus di sapu bersih bebas dari kuman, bakteri, debu, sampah, bahkan virus corona kalau bisa. Selesai dengan itu, biasanya aku lanjut menjemur pakaian kalau memang kemarin aku menyuci semua pakaian orang rumah. Lihat! Kurang dari segi apalagi aku ini? Udah rajin, pinter masak, bisa bersih-bersih, nyapu, ngepel, nyuci sangat cocok menduduki kandidat sebagai asisten rumah tangga idaman. Akh, lelah hayati permisa, kenapa dulu aku tidak di takdirkan jadi debu saja yang dengan mudah di hempaskan angin kemana-mana.

Aku menuju ke kamar, melepas charger ponsel yang sudah terisi penuh. Dua hari yang lalu, pekerjaan cuci mencuci kemudian menjemur dan lanjut melipat baju sudah ku lakukan, jadi artinya sekarang semua pekerjaan ku sebagai babu sudah selesai.

Ah...lelahnya.

Di saat seperti ini posisi rebahan dikasur merupakan posisi paling enak sedunia. Saking enaknya malah membuat mataku sayup-sayup menutup pertanda kelelahan dan ingin tidur barang sebentar.

Aku punya kebiasaan bangun tidur langsung terjaga tanpa sebab, bahkan tanpa bantuan alarm manual dari Mamih sebenarnya. Dan aku terbangun dari tidurku yang...yang...jam berapa sekarang? Aku mengecek ponsel, tadi pada saat melepas charger, jamnya menunjukkan waktu 10:05 dan sekarang sudah pukul 10:11 pagi. Puffff...apa-apaan singkat banget? Ku pikir  aku sudah tidur dengan durasi yang lama banget sampai bertahun-tahun dan pas bangun tau-tau aku sudah berada di zaman teknologi serba canggih, corona udah lama minggat dan yang terpenting kuota di gratiskan seumur hidup.

Plakkk~

Bangun dek, udah mau siang.

Malaikat mulai menegur. Aku mendengus dan turun dari ranjang, berdiri ditengah-tengah kamar dan kemudian bengong. Lah ngapain? Emang habis ini mau ngapain? Aku mendongak menatap langit-langit kamar. Tidak, tidak, tidakkkk!!! Posisi ini pertanda kegilaan dalam diriku akan kumat.

Hadap bawah, grakk!!!

Aku menatap lantai kamar kemudian mendesah lelah. Sama aja gilanya tetap kumat. Aku kembali ke kasur, duduk sambil bersandar di dinding dan kemudian...

Bengong lagi.

Aku tertawa menertawai diriku sendiri. Wah, gila. Beneran bakalan gila kalo kayak gini. Aku segera turun dari ranjang, mengambil laptop yang semalam ku habiskan waktu ku melihat mv kece para idol kpop kemudian mengambil charger untuk mengisi daya baterainya. Gila ku tidak boleh kumat hari ini, jadi ku putuskan untuk bersikap normal layaknya manusia biasa. Bersikap anggun layaknya seorang boneka barbie tapi bukan Kekeyi.

Aku menuju ruang makan, mengisi daya kekuatan ku untuk bisa melawan kegilaan yang bisa-bisa saja muncul kepermukaan. Tidak. Ini tidak boleh terjadi, kegilaan ini harus dipendam, ditenggelamkan hingga tidak muncul lagi kepermukaan, maka dari itu aku mengambil nasi banyak-banyak dan juga lauk pauk beserta cemilan lainnya dari  lemari penyimpanan makanan dan ku hidangkan di atas meja untuk ku santap sesuai porsi ku sendiri. Mantap.

Kewarasan harus di bebaskan dari belenggu kegilaan. Ia harus bebas, kewarasan perlu merdeka, maka aku pantas untuk berjuang berperang melawan kegilaan ini.

Udah ah.

****

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 22, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

10 Hari tanpa KUOTATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang