Namaku, Natasya. Gadis asal kota kecil yang merantau jauh dari orang tua, tepatnya; Bali. Butuh waktu 1 jam 45 menit untuk sampai menggunakan pesawat.
Aku mengambil perjalan bus untuk ke apartemen yang telah aku sewa, jika dilihat dari website tempatnya memang tidak terlalu besar, namun cukup nyaman untuk ditinggali.
Selama perjalanan aku memilih untuk tidur karena sudah pukul dua belas malam. Suasana di bus pun sangat sunyi, tidak banyak penumpang yang ada di dalamnya. Jadi lebih baik aku tidur agar besok bisa membereskan barang-barang.
03.00
Oh sial, sepertinya aku salah menyewa apartemen. Bukan, bukan karena tempatnya jelek, hanya saja letak apartemen itu terlalu jauh dari pusat kota dimana aku harus bekerja. Tapi karena sudah terlanjur aku rasa tinggal satu bulan di sini tidak masalah.
Aku mendatangi resepsionis yang sedang berbicara dengan pendatang lain. Ini sudah pukul setengah enam, iya, perlu memakan waktu setidaknya tiga jam ke pusat kota.
Aku mengunggikan seulas senyuman saat resepsionisnya sudah selesai dengan pengunjung tadi. "Selamat pagi, ada yang bisa saya bantu?" tanya resepsionis itu.
"Pagi, saya ingin mengambil kunci kamar atas nama Natasya," jawabku tanpa melepas senyum. Sang resepsionis tampak mengecek komputernya lalu tak lama mengambil kunci bernomorkan 300 dan memberikan kuncinya padaku.
Aku mengucapkan terima kasih dan langsung menyeret koperku ke dalam lift dan menekan tombol berangka sembilan, sebelumnya resepsionis itu sudah memberi tahukan dimana letak kamarku.
Ting..
Pintu lift yang tadi tertutup sekarang terbuka, aku melesatkan tubuhku dan langsung mencari kamar nomor 300. Kamar itu letaknya di ujung lorong, aku sangat menyukainya. Saat aku memasukkan kunci dan akan membukanya pintu di belakangku juga terbuka. Reflek aku menoleh dan kedua manik-ku bertemu dengan obsidian gelap pemilik kamar di depanku.
"Eh, kau menempati kamar itu?" Aku mengangguk dengan kaku.
"Ah maaf, aku belum memperkenalkan diri. Aku Rendra asal Sukabumi, umurku 23 tahun. Dan kau?" ucapnya sembari menjulurkan tangan kanan. Pria ini sebaya dengan diriku dan juga kami sama-sama anak rantau, aku rasa kami bisa menjadi teman.
Aku tersenyum manis dan membalas uluran tangannya. "Aku Natasya asal Tasik, kita sebaya." Rendra tersenyum mendengar itu.
"Sudah lama sekali kamar itu tidak ada yang menempati, terakhir kali penyewanya pergi tanpa memberi tahuku, padahal aku rasa kami cukup dekat," ocehnya sembari menatap kamar pintu apartemenku.
"Benarkan?" Pria itu mengangguk sekilas.
Aku ragu-ragu untuk memulai pembicaraan, "Eum, kau mau kemana?" tanyaku tanpa menatap matanya, tatapannya terasa mengintimidasi.
"Ah iya aku sampai lupa, aku harus berkerja. Sampai nanti, Natasya." Rendra melambaikan tangannya dan berjalan meninggalkanku.
Aku pun menyeret masuk tubuh dan koperku, apartemennya memang tidak terlalu luas tapi kurasa cukup luas jika hanya ditempati oleh satu orang.
Aku mulai membereskan barang-barangku dan bersiap untuk belanja membeli bahan makanan. Memasak kue kering untuk tetangga baru, bukan hal yang buruk, bukan?