Kelana 2

9 1 0
                                    

" Saya akan menikahi Kinan Om" Sebuah suara menjadikan ruangan ini hening.

Braga yang mengucapkannya, kalian tau bagaimana rasanya ketika orang yang kalian sukai berkata demikian. Ayah tersenyum tipis menatap Kak Kinan dan ia mengangguk. Orang tua Braga nampak tak keberatan karena percaya pada pilihan Braga. Lalu aku bagaimana? Kalian tau rasanya saat ingin berontak tapi tidak bisa, saat akan menolak tapi tak kuasa, menangis aku dalam diam.

" Saya mencintai Kinanti Om, saya akan menerima kurang dan lebihnya Kinanti. Saya mau menikahimu Kinanti." Sambungnya
Kak Kinanti menatap Braga dan mengangguk. Pernikahan ini akan terjadi semuanya bergegas ke depan untuk melangsungkan pernikahan. Tamu- Tamu pun menikmati prosesi pernikahan kakakku meskipun banyak yang heran dengan mempelai pria karena nama nya berbeda dengan kartu undangan. Toh akhirnya mereka tak peduli.

" Sah" sorak semua orang

Tiba saatnya untuk bersalam-salaman dan sesi foto, aku tidak kuat untuk waktu yang lebih lama lagi,cukup.

" Ma Mile ke kamar ya kepala Mile pusing nih" kataku ke mama
" Iya nih badan kamu panas banget" kata mama sambil mengecek suhu di dahulu

Aku berlari ke kamar dan mengunci pintu, menangis sepuasnya dan bertekad ini tangis terakhirku. Braga tak salah aku yang terlalu gengsi untuk mengungkapkannya terlebih dahulu. Kak Kinan pun hamil dan jika tidak ada yang menikahi kasian Papa pasti akan sangat malu. Di posisi ini aku bukannya mengalah tapi menyia-nyiakan kesempatan emas. Entahlah semesta sepertinya memang tidak merestui.

Tok...tok...tokkk!!

"Sayang Mama boleh masuk?"

"Iya ma" aku buru buru menghapus air mataku dan memakai sedikit makeup agar tak terlihat aku menangis
Mama pun kupersilakan masuk dan mama menutup kembali pintu, mama tiba-tiba memelukku erat

" Mama tau Mile kamu lagi sedih kan? Kamu abis nangis? Mama juga tau kamu suka sama Braga kan? Mama tau semua tentang kamu sayang, ini pasti sakit banget buat kamu tapi Mama yakin kamu kuat sayang. Kinan lebih butuh Braga Mile, kamu bayangin kalau Braga gak nikahin Kinan apa yang akan dia lakukan nantinya. Mile harus bisa move on ya sayang kejar impian kamu dan kamu cerita ke mama kalau ada masalah ya" bisik mama

Aku menangis di pelukan mama, benar mama lebih mengerti aku daripada diriku sendiri. Aku harus berdamai dengan diriku sendiri.
" Gih mandi udah sore kamu mandi dan siap2 kita makan malam" kata mama

" Ma Mile gak mau makan malem bareng Mile udah kenyang" ucapku

" Mile harus ikut, papa masih marah nanti mama diem aja gak enak ah yah sayang" tambah mama, aku mengangguk

Makan malam kali ini berubah tanpa suara, hening sekali. Ayah yang sudah selesai meninggalkan meja makan begitu saja. Kejadian ini berlangsung berhari- hari. Sampai kamar aku termenung keluarga ku tak akan begini selamanya. Pagi ini aku terbangun dan turun ke bawah untuk ikut sarapan.Sampai di meja makan seperti sebelumnya hening. Braga dan Kak Kinan kemari aku terhenyak sesaat.Mama menatapku dan tersenyum, air mata yang semula ingin jatuh kutahan kubalas senyum mamaku. . Mereka berdua akan tinggal di rumah ini berita yang sudah tidak membuatku kaget karena aku paham betul ini akan terjadi. Kembali pertengkarang terjadi di rumah ini hanya amarah yang menyelimuti. Mungkin hari ini juga aku harus menyampaikan tentang beasiswaku karena ini satu satunya alasan ku untuk pergi dan menyudahi ini

" Papah gak setuju Mile, papa mau kamu gantiin papah di kantor" debat papa
" Pa Mile mau bebas Pa, Mile mau lakuin yang Mile suka"
Aku menahan tangis yang siap tumpah kapan saja
" Kamu sekarang juga kaya kakak kamu liar gak bisa diatur, papa mau yang terbaik buat kamu. Kamu harus ikutin semua yang papa minta. Kamu gak boleh ke Paris kamu menetap aja di Indonesia. Disana itu pergaulannya bebas kamu mau sampe ha..." Ucap papa terhenti
"Cukup Pa" kali ini aku tak tahan lagi

" Pa Mile sama kak Kinan beda, Mile tau mana yang baik dan buruk. Biarin Mile hidup dengan pilihan Mile.Mile tau batasan kok Pa! Selama ini Papa gak pernah peduli sama Mile tapi Mile cuma diem. Papa gak inget bagaimana bangganya Papa punya anak dokter buat papa kenalin ke kolega papa, betapa bangganya papa ngajak kak Kinan ke semua acara Papa yang Mile sekalipun gak pernah diajak. Setiap Papa pulang dari luar negeri selalu kak Kinan yang Papa cari duluan duluan buat dikasih kado. Kak Kinan segalanya buat Papa bahkan waktu Mile wisuda papa gak dateng karena dateng ke acara makan2 nya kak Kinan. Kemana Papa waktu Mile ulang tahun papa lupa kan malah papa waktu itu beliin kak Kinan mobil. Pah Mile selama ini diem karena Mile sayang sama kalian tapi Mile juga punya hati. Mile bakal terima beasiswa ini apapun yang terjadi" ucapku tanpa sanggup menahan tangis
" Satu lagi semua yang Mile punya emang cuma buat kak Kinan makasih buat semuanya, mulai hari ini Mile bukan anggota keluarga ini. Mile mau pergi aja jauh dari sini" aku berlalu kamarku di lantai atas dan mempersiapkan barang- barangku yang penting untuk langsung pergi.

KELANATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang