Prolog.

60 5 1
                                    


             Seorang anak laki-laki berusia 10 tahun ditarik paksa menuruni tangga oleh seorang wanita paruh baya, anak itu meronta-ronta dengan satu tangannya yang terbebas berusaha menggapai seorang anak gadis yang begitu ia sayangi ditarik-tarik sepertinya oleh pria-pria bertubuh kekar.

Sampai di bawah ia semakin meronta dan mulai meneteskan air mata saat melihat anak perempuan itu di dorong hingga tersungkur dan meringkuk.

Ia dibawa  menjauh dari anak perempuan itu, pergerakannnya ditahan oleh wanita paruh baya yang tubuhnya lebih besar darinya. Ia menoleh saat mendengar suara alas sepatu membentur ubin marmer yang melapisi anak tangga membawa pria paruh baya yang begitu ia benci itu turun.

DIA DALANG DARI SEMUA INI!

Pria itu hanya meliriknya sinis lalu berjalan mendekati anak perempuan yang meringkuk di lantai dengan dikelilingi 3 pria bertubuh besar.

Seorang pengawal lagi datang dari arah dapur dengan nampan berisi gelas minuman yang terisi penuh dibawa mendekat ke arah paruh baya itu. Pria paruh baya itu terlihat meraih gelas minuman di tangannya, lalu menoleh ke arah si anak laki-laki.

Lalu datang lagi 2 orang pengawal sedang menyeret seorang pria tua yang setiap pagi menyiram tanaman di halaman rumah mereka sedang tak sadarkan diri.

"Dia meminum ini?" tanya pria paruh baya itu menunjukkan gelas di tangannya pada salah satu penyeret dan mendapat anggukan, membuat anak laki-laki itu melotot.

"TIDAK AYAH! KAU TIDAK BOLEH MEMBIARKAN ADIKKU MEMINUMNYA JUGA!" Ia menjadi keras meronta dalam cengkraman wanita paruh baya itu, tidak ia tidak ingin mengakui mereka adalah ayah dan ibunya.

"Kenapa?" tanya pria itu santai.

"Dia adikku! Aku menyayangi nya! Dia juga putri kalian, kalian juga harus menyayanginya." Bentak anak itu yang justru mengundang tawa mereka.

"Tenanglah putraku, gadis lemah ini tidak akan mati hanya dengan meminum ini, tapi mungkin ini akan menjadi pertemuan terakhir kalian."

"TIDAK! TIDAK! ITU TIDAK BOLEH TERJADI AYAH!" teriakan anak laki-laki itu terdengar hanya angin lalu bagi mereka saat yang terjadi justru kebalikannya.

Plasshh

Pria paruh baya itu menampar gadis kecil itu dengan kencang, bahkan membuatnya langsung tak sadarkan diri.

"ADIKK!!!"

"Sssttt, diam! Kau diundang disini hanya untuk menonton, putraku." Kini giliran wanita paruh baya di belakangnya yang berbisik.

"Percepat saja prosesnya." ujar wanita paruh baya itu pada mereka.

Pria paruh baya dengan wajah tegasnya itu berjalan dengan tangan kanan memegang gelas minuman berwarna terang, dan tangan kirinya bergerak melepaskan kancing jas hitamnya lalu jongkok bertumpu pada satu lutut di hadapan seorang gadis kecil yang tak sadarkan diri.

Pria itu mencengkramkan tangan kirinya pada rahang anak itu memaksanya untuk sadar diri. Hingga kesadaran anak itu kembali ia menitikkan air matanya menyiratkan tatapan ketakutan, lalu ia menolehkan padangan pada kakak laki-lakinya.

"AYAH JANGAN! LAKUKAN SAJA ITU PADAKU! AKU YANG LEBIH DEWASA JADI AKU YANG AKAN BERTANGGUNG JAWAB!" Anak laki-laki berteriak kesekian kalinya masih saja tak menunjukkan tanda-tanda bahwa ini akan dihentikan. Keringat telah membanjiri pelipisnya, kulit wajahnya yang putih pun berubah menjadi merah padam.

Pria itu semakin kencang mencengkram rahang anak berusia 8 tahun itu, dan mendekatkan gelas di tangan pada bibir gadis kecil itu memaksa untuk meneguk isinya, usaha gadis itu untuk mengelak pun sia-sia karena tubuhnya terkunci rapat diantara tubuh-tubuh orang yang lebih besar darinya.

Brakk

Pyarr

Semua terjadi begitu cepat, hingga gelas yang masih berisikan sedikit cairan itu berakhir hancur di atas ubin dan menumpahkan isinya di sana.

Pria itu melepaskan cengkraman tangannya dengan kasar dari rahang sang gadis dan menoleh dengan tatapan murka pada pelaku yang menggagalkan rencananya. Sedangkan bocah 10 tahun itu tersenyum puas saat melihat yang terjadi, namun ia tau ini belum selesai.

"BERANINYA KAMU!" Pria itu beranjak dan mendorong kedua pundaknya dengan keras hingga membentur lemari kaca yang berisikan puluhan pajangan keramik.

"Ucapkan selamat tinggal untuk anak yang tidak seharusnya ada di antara keluarga kita."

PLAK

Oh begini rasanya ditampar.

 Kesadaran anak laki-laki itu perlahan menurun, dan tubuhnya merosot hingga terbaring di atas lantai tanpa kesadaran.


Tbc...

HOLLAA SWEETYY  SEE YAAA <33333

R U B I K A | On Going...Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang