Chapter 7

1.3K 157 9
                                    

“Kemarahan yang tersimpan jauh di dalam dirimu, bisa menjadikanmu gila suatu saat nanti”


.



.


.




Mark sangat tampan. Dengan tubuhnya yang ramping, matanya yang selalu tampak sendu, menyimpan kesedihan tersendiri. Membuat para yeoja selalu ingin mengasihinya.

Sayangnya para yeoja  itu tidak tahu kebencian Mark kepada yeoja, dan pada akhirnya para yeoja itulah yang menjadi korbannya.

Hari ini Mark sedang mengunjungi mansion Jeno membawakan buah-buahan untuk menengok si sakit. Sayangnya yang dicarinya tidak ada, dari pelayannya dia tahu bahwa Jeno sudah masuk kerja. Membuat Mark menunggu hampir selama dua jam.

Akhirnya Jeno pulang dari kantor, dan sepertinya kondisi kesehatannya belum pulih benar. Mark memandang ke arah Jeno yang masih terbatuk-batuk dan mengangkat alisnya melihat wajah Jeno yang masih pucat.

“Seharusnya kau tidak masuk kerja dulu,” gumamnya.

Jeno cemberut, “Aku bosan di rumah. Tidak ada yang bisa kulakukan.”

“Kau bisa tidur dan beristirahat.” Mark terkekeh,

“Itu yang biasanya dilakukan oleh orang sakit.”

Jeno menghela napas panjang, lalu membanting tubuhnya dan berbaring si sofa besar di depan Mark. Lalu dia menoleh dan menatap Mark dengan tajam.

“Malam itu… Saat hujan petir waktu itu.”

“Ya?”

Mark tampak tidak peduli, dia menghirup teh chammomile yang tadi diseduhkan oleh pelayan Jeno.

“Aku memintamu untuk melihat Jaemin karena dia takut
petir.”

“Ya. Dia memang ketakutan dengan petir.”

Mark  membolak-balik majalah yang ada di depannya dengan tidak peduli.

“Lalu apa yang kau lakukan pada Jaemin? Kau tidak kembali ke kamar malam itu.”

Mark mengangkat matanya dari majalahnya, mengawasi Jeno lalu tersenyum,

“Cemburu, Jeno?”

Muka Jeno sedikit merona. Tetapi bibirnya menipis kesal.

“Kata Jaemin kau memasangkan earphone di telinganya, lalu dia tidak ingat apa-apa lagi.”

“Kau sangat perhatian padanya.”

Mark memilih tidak menjawab pertanyaan Jeno, membuat Jeno makin kesal.

“Dia sudah seperti keluargaku.”

“Tetapi dia bukan adikmu.”

suara Mark menajam, tetapi dia kemudian menguasai diri dan senyumnya muncul kembali,

“Jangan cemas Jeno, aku tidak melakukan sesuatu yang salah kepadanya. Dia memakai earphoneku dan aku menungguinya sampai tidur. Aku menyelimutinya, dan kemudian karena aku mengantuk aku tidur di kamar tamu.”

Jeno mengawasi Mark tak percaya. “Benarkah?”

“Kau bisa bertanya kepada pelayan yang membereskan kamar tamumu.” Mark tersenyum dan menatap Jeno,

“Kalau aku tidak mengenalmu, aku akan menduga bahwa kau sedang cemburu.”

“Aku tidak cemburu.”

Sweet Enemy - Remake Nomin Vers -Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang