⚠ Chikusho

648 33 7
                                    

Pada nunggu up ya? Ehehe.
Tinggalkan jejakmu, readers!❤

***

Plup.

Batu yang dilemparkan Fumie menggesek air kolam tiga kali lalu masuk ke dalam kolam. "Sebenarnya apa yang ingin kau bicarakan?" Tanyanya setengah kesal.

Kekesalannya semakin bertambah karena lawan bicaranya hanya menghela napas sejak tadi. Kalau tidak salah hitung, sudah dua puluh napas terbuang sia-sia dari mulut laki-laki sialan berinisial Tatsuya.

Jam sudah menunjukkan pukul 2 pagi waktu Jepang namun mereka belum pulang ke rumah sejak meninggalkan markas 1 jam yang lalu. Pun itu juga salahnya yang mau-maunya diajak Tatsuya ke jembatan yang terletak di sudut kota. Tidak jauh dari markas juga.

Kelap-kelip lampu mobil yang menerangi jalanan mulai memburam di matanya. Uap dingin mengepul dari mulut mereka saat mereka berbicara. Pantas, ini adalah akhir tahun.

"Ada yang ingin kubicarakan." Ujar Tatsuya sambil sesekali melirik Fumie. Tapi saat Fumie meliriknya ia langsung membuang pandangannya.

"Cukup. Aku sudah mendengarnya selama sepuluh kali terhitung yang terakhir itu. Aku ingin pulang." Tandas Fumie sambil berbalik membelakangi Tatsuya. Namun belum ia mengambil langkah, Tatsuya menahan tangan kanannya.

"Uhm, Jujur saja aku tidak tahu cara mengatakannya. Karena ini baru pertama kali bagiku." Tatsuya mengerjapkan matanya dua kali.

Fumie yang masih di posisi membelakangi Tatsuya membeku. Ia menebak kira-kira apa yang akan dikatakan Tatsuya. Apa mengenai markas tadi? Atau Akira?

"Ini aneh. Aku tidak pernah mengalaminya sebelumnya. Tapi kalau aku pikirkan lagi, aku benar-benar tidak pernah mengalaminya."

Fumie memutar bola matanya jengah lalu berbalik menghadap ke Tatsuya yang sedang menunduk. "Apa kau sakit sehingga meracau hal yang tidak jelas?"

Tatsuya mendongak dan langsung dihadapkan dengan sepasang bola mata indah milik Fumie.

Cantik, katanya dalam hati.

"Tidak. Sama sekali tidak." Jawabnya menggelengkan kepalanya dua kali.

Kepulan uap dari hidung Fumie menyapa wajah Tatsuya saat perempuan itu menghela napas dalam. "Kalau begitu ayo pulang." Ajaknya.

Namun tangan Tatsuya masih saja mencengkeram tangan Fumie dan enggan untuk melepaskannya.

"Baiklah. Ayo pilih. Tendang atau Tinju?" Geram Fumie memelototi Tatsuya.

"Bagaimana dengan sebuah ciuman?"

Fumie melebarkan matanya.

Berani-beraninya! Baiklah akan kukerjai kau!

"Baiklah. Kupastikan kau tidak akan menyesal." Fumie berjengit mendekatkan wajahnya ke telinga Tatsuya. "Karena ini adalah yang pertama bagiku." Bisiknya menggoda Tatsuya yang menampilkan wajah tidak percaya.

"Waw, aku merasa spesial." Kata Tatsuya dengan suara dalamnya. Pandangan matanya tertuju pada mata indah Fumie lalu turun ke hidung mancungnya dan berakhir di dua bibir berwarna merah pucat kenyalnya.

Seperti apa rasanya ya? Apa akan ada rasa cherry seperti saat ia mencium bibir Maria? Atau ada rasa kopi seperti bibir Haruno? Oh! Atau ada rasa bawang putih seperti bibir Sakuraba?

Kuharap tidak. Jujur saja  bawang putih bukan opsi yang bagus.

Pikiran itu terus berkecamuk hingga Fumie mendekatkan wajahnya kepada wajahnya. Sontak ia menutup matanya namun tidak lama setelahnya sesuatu yang lembut, kenyal dan..

Bad girlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang