Hembus angin bertiup kencang sore itu di bandung, hingga mereka yang merasakannya harus memakai jaket yang cukup tebal supaya mendapatkan sebuah kehangatan.
Seorang gadis berumur 17 tahun sedang menikmati hembusan angin itu di pelataran rumahnya dengan secangkir teh dan gitar yang dimainkannya musik oleh Lana Del Rey berjudul summertime sadness.
Belum selesai mengulik kunci nada untuk gitarnya ia dipanggil oleh ibunya untuk mencuci piring kotor sisa makan keluarganya tadi siang.
"Gak bisa apa aku nikmatin waktu sendiri tanpa diganggu oleh mereka," gerutu gadis itu ketika sedang mencuci piring.
Berharap ingin menikmati senja yang cukup dingin udaranya, alhasil gelap sore sudah datang dengan hujannya.
Gelap telah datang, waktunya ia masuk kamar dan membaca sebuah kumpulan cerpen oleh Leo Tolstoy.
Ketika sedang asik membaca bagian tentang peperangan, terdengar suara dari luar kamarnya lemparan piring kaca yang pecah, jeritan sang ibu, adu mulut yang berkepanjangan dan tamparan tangan ayah yang nyaring bunyinya sampai kedalam lubuk hati gadis itu.
Kembali lagi rasa yang sudah cukup lama hilang. Dilemparnya buku yang sedang dibaca kearah temboknya dan menangis sampai sesegukan suaranya.
"Aku capek demi tuhan, aku udah gak bisa bertahan lagi dengan keadaan." Langsung diambilnya cutter dimeja belajarnya.
"Aku berdoa kepada Tuhan yang maha esa, dengan ini aku harap semua tekanan batin yang baru saja terjadi dan masih terjadi sampai sekarang akan segera usai."
Disayatnya lengan kirinya dengan penuh keyakinan; sedikit demi sedikit darah mengalir dari tangan kirinya sampai menetes kelantai kamar yang putih bersih hingga bernoda merah pekat.
Rasa sakit sudah tidak terasa lagi kali ini karna memang sudah sering dilakukan ketika kedua orang tuanya terjadi cekcok yang begitu rumit.
Dan ia pun tertidur dengan keadaan terlentang dengan lengan kirinya mengalir sedikit darah segar dari luka luar yang cukup dalam dan dengan tangan kanan memegang cutter yang telah bernoda darah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bahagia yang berduka
Short Storytetes air mata itu menelisik kedalam hati Farah yang lebih dalam hingga menyentuh luka luar akibat sayatan yang diciptakan dengan benda tajam dan berimajinasi membuat simpul tali untuk pergi dari dunia yang payah ini.