Farah merencakan pelariannya dari rumah dengan memecahkan jendela kamarnya yang lumayan kecil.
Sudah pukul 02.00 pagi yang terdengar sunyi, saatnya ia memecahkan kaca jendela kamarnya dan berharap pria sialan itu tidak terbangun ketika mendengar pecahan kaca.
Dipukulnya jendela kaca menggunakan bangku kayu yang sudah dipatahkannya ke arah kaca, pecah sudah kacanya. saatnya Farah merapihkan tiap sisi kusen jendela yang tajam karna pecahan kaca dan ditaruh nya kaos yang disobek diatas pecahan kaca yang sudah sedikit dirapihkan berharap tidak menginjak pecahan kaca.
Kusen jendela itu cukup sempit untuknya keluar, terpaksa ia berhimpitan dengan kusen. Pecahan kaca pun ada beberapa yang menembus kain kaosnya yang tadi telah dipakai untuk menahan pecahan kaca tajam di kusen.
Ketika berhasil keluar, walau ada beberapa kulitnya terluka dan sedikit darah yang mengalir kecil.
Ketika keluar ia pun memanjat pagar lagi. Tanpa sepengetahuannya, ternyata bagian pinggang belakangnya sobek karna tersangkut pucuk pagar yang tajam.
Farah langsung berlari ke arah taman pada dini hari itu, berharap Hannah akan datang sore nanti.
Farah benar-benar tidak peduli dengan luka goresan dan kulit luarnya yang sobek dan mengalir darah, yang ada di fikiran nya hanya Hannah seorang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bahagia yang berduka
Short Storytetes air mata itu menelisik kedalam hati Farah yang lebih dalam hingga menyentuh luka luar akibat sayatan yang diciptakan dengan benda tajam dan berimajinasi membuat simpul tali untuk pergi dari dunia yang payah ini.