Gadis itu sedang menikmati sore kembali di bandung, kali ini ia menikmati itu bukan di pelataran rumahnya, melainkan di taman dekat rumah.
Udara lumayan sejuk dan tidak terlihat tanda hujan yang akan datang sore itu. Sang gadis duduk ditemani gitarnya yang sudah tua dan buku Leo Tolstoy yang belum habisnya dibaca.
Ketika sang gadis sedang asyiknya memainkan gitar dengan memainkan lagu oleh Efek Rumah Kaca berjudul Desember, Tiba-tiba saja ada wanita asing mendatanginya dan langsung duduk disebelah sang gadis.
Wanita asing itu lalu memulai perbincangan secara spontan kepada sang gadis.
"Asik tuh lagunya, dulu waktu ada festival musik di Universitas Padjajaran aku dateng dan itu pertama kali aku tau Efek Rumah Kaca."
Langsung berhenti sang gadis yang memainkan gitarnya.
"Jika aku belum pernah menonton konser musik seperti itu haha,"
sahut gadis itu.
"Loh memangnya kenapa?"
balas wanita asing.
"Lagipula aku juga tidak punya teman yang mengajak untuk datang ke acara besar seperti itu," lanjut sang gadis.
"Aku juga datang sendiri waktu itu. oiya kita belum berkenalan haha, namaku Farah" sambil menjulurkan tangannya sebagai tanda perkenalan untuk berjabat.Sang gadis pun menjulurkan tangannya juga dan memberitahu Farah bahwa namanya adalah Hannah.
Mereka berdua berbincang akrab layaknya teman lama yang baru bertemu kembali setelah sekian abad dan ntah apa saja yang mereka bincangkan hingga lupa waktu.
Perbincangan yang panjang itu pun terhenti ketika gelap melanda, mereka berdua terpaksa kembali kerumah masing-masing sampai lupa membuat janji untuk temu kembali maupun saling meminta nomor ponsel.
Sesampainya Hannah dirumah karna sudah keburu gelap dan bisa dikatakan bahwa itu adalah waktu yang telat untuk pulang kerumah, ibunya pun memberi sebuah kejutan dengan ocehan yang keluar dari mulut layaknya pisau yang menusuk.
"Jadi anak gak tau diuntung banget lo udah dikasih makan sama segala kebutuhan, sana! cuci piring," oceh ibunya.
Ketika sedang mencuci piring, Hannah tidak terlalu mempedulikan ucapan ibunya yang menyebalkan, yang terpenting baginya ia bahagia hari ini karna bertemu dengan teman baru.
Malam yang panjang dinikmati oleh Hannah seorang dengan melampiaskan semua kebahagiaannya melalui secarik kertas, ia menulis tidak henti-hentinya hingga tidak sadar bahwa ia sudah tertidur.
Sore esoknya ia menanti Farah di taman itu lagi. Kali ini Farah tidak datang, Hannah terserang oleh gelisah yang kuat dan segala macam bentuk fikiran jahat yang menghantuinya saat itu.
Hannah benar-benar membatin sore itu, "Apakah Farah tidak ingin bersamaku lagi? Apakah kemarin aku salah bicara hingga membuatnya kecewa? Aku memang tidak pernah layak memiliki seorang teman!" Pertanyaan demi pertanyaan terbang didalam kepalanya.
Gelap telah tiba dan Farah masih tidak kunjung datang, Hannah memutuskan untuk pulang kerumah dengan semua rasa kecewa dan fikiran gila yang menghantuinya.
Ketika Hannah didalam kamar dan mendengar suara tamparan itu kembali dengan kencangnya.
Siksaan semakin memeluk sang Hannah, kali ini ia melakukan sebuah hal yang berbeda, dipegang eratnya cutter segera disayatnya ke nadi tangan kiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bahagia yang berduka
Short Storytetes air mata itu menelisik kedalam hati Farah yang lebih dalam hingga menyentuh luka luar akibat sayatan yang diciptakan dengan benda tajam dan berimajinasi membuat simpul tali untuk pergi dari dunia yang payah ini.