jaemin menatap jeno yang duduk dihadapannya dengan tatapan malas. anak ini, setelah ditinggal oleh pacarnya dua tahun yang lalu jadi pendiam sekali. bicara jadi jarang, makan apalagi.kerjaannya kalau tidak bengong ya marah-marah. begitu terus setiap hari.
jaemin kan jadi prihatin lihatnya.
"jen, ayo ikut ke kelas pacarku!" ajak jaemin yang kini sudah menandaskan jatah makan siangnya. jeno melirik dirinya sekilas, "ayolah, emangnya kamu bakalan berlama lama disini? sudah banyak yang ngantri tempat duduk, tuh."
"malas." sahut jeno pendek.
tapi tentu saja jaemin tidak langsung menyerah begitu saja untuk mengajak jeno ke kelas kekasihnya. kekasih huang renjun itu akhirnya menarik tubuh yang lebih jangkung untuk berdiri, lantas dengan seenak jidatnya menarik lee jeno pergi.
jeno mengerang kesal, tapi pada akhirnya hanya bisa pasrah mengikuti jaemin yang sudah berjalan lebih dulu. percuma juga menolak, pemuda na itu akan terus memaksa agar jeno mau ikut dengannya ke kelas sang kekasih.
sesampainya di kelas renjun, jaemin langsung berjalan masuk begitu saja tanpa memperdulikan jeno yang seperti orang bodoh berdiri sendirian di depan kelas. jaemin itu bucin sekali, dia tidak akan bisa sehari saja tanpa berpacaran dengan lelaki galak macam huang renjun itu.
"mencari seseorang?"
perkataan seseorang yang tertuju padanya itu membuat jeno menoleh. seseorang itu berdiri di depan pintu dengan tangan yang memegang sesuatu—yang jeno asumsikan itu adalah sampah. sepertinya orang itu akan membuang sampah.
jeno mematung. lelaki di depannya ini manis sekali, kulitnya berwarna karamel dengan senyum lebar yang hangat. pipi gembilnya dihiasi beberapa tahi lalat yang menurut jeno seperti membentuk rasi bintang yang indah. kedua bola matanya juga bulat dan jernih. apalagi wajah sewarna madu itu dilengkapi dengan rambut yang dibiarkan sedikit panjang dengan warna cokelat sebagai pilihannya.
sungguh, ini manis sekali. lebih manis dari cokelat yang selalu jeno makan di hari minggu.
"ayo masuk. kenapa malah diam diluar?" perkataan itu membuat jeno mengerjapkan matanya lalu dengan segera menatap orang itu yang menatapnya bingung. "kamu tidak mau masuk?"
"ah... iya."
jeno tidak mengerti mengapa suaranya mendadak seperti susah sekali keluar dari tenggorokan. ditambah sekarang matanya juga ikut-ikutan tidak mau lepas dari lelaki manis yang kini berjalan beriringan dengannya. jeno itu lemah sekali kalau lihat yang manis-manis. jujur.
"aku lee donghyuck. sahabat dekat huang renjun." katanya tiba-tiba yang membuat jeno menoleh. pemuda manis itu tersenyum dengan sebelah tangan yang mengulur padanya. "kamu sahabat dekat jaemin, aku benar?"
jeno menyambut uluran tangan itu dengan suka rela sembari ikut tersenyum manis. "benar. aku lee jeno. sepertinya kamu sudah tahu namaku, ya?"
donghyuck mengangguk, "jaemin selalu cerita tentangmu padaku dan renjun. dia selalu mengeluh tentang kamu yang selalu bengong setiap hari."
jeno mengusap lehernya, lantas mengembangkan senyum canggung untuk donghyuck, "ah begitu..."
donghyuck tidak terlalu menanggapi. pemuda manis itu kini sudah berjalan lebih dulu sambil menyeret dua kursi secara asal untuk dirinya dan jeno duduk. tempat duduknya dan renjun sudah dipakai pasangan itu untuk bucin. donghyuck tidak mau jadi nyamuk diantara pasangan aneh itu.
"ayo duduk disini, jeno. mereka itu kalau sudah bucin tidak akan tahu tempat dan waktu. jadi daripada nanti kakimu pegal-pegal karena kelamaan berdiri, lebih baik kamu duduk disini bersamaku. tidak masalah kan?"
"ah.. iya. tidak masalah."
jeno duduk disamping donghyuck dengan canggung. selama beberapa menit, hanya hening dan canggung lah yang menyelimuti mereka berdua. baik jeno maupun donghyuck, keduanya tidak ada yang berani memulai percakapan duluan.
padahal biasanya donghyuck cerewet sekali, cuma di dekat jeno dirinya menjadi pendiam seperti ini.
"errr... menurutmu, jaemin orang yang seperti apa?" donghyuck memilih untuk membuka percakapan duluan sebab dirinya tidak tahan dengan suasana canggung seperti ini. "hmm, maksudku, selama kamu kenal dia— eh bagaimana ya,"
jeno tertawa, merasa gemas luar biasa kepada donghyuck yang jadi bingung sendiri. "tenang saja, hyuck. aku mengerti maksudmu." katanya setelah meredakan tawanya. "hmm... menurutku, jaemin adalah manusia yang aneh dan paling tidak bisa diam sedunia. sudah gitu dia cerewet sekali lagi, kerjaannya mengomel terus setiap hari."
kali ini, gantian donghyuck yang tertawa, "tambahan lain, jaemin itu budak cinta sekali. apa apa ingatnya sama renjun terus."
"betul. apalagi kalau sudah telponan, aku muak mendengarnya."
lagi dan lagi donghyuck tertawa karena perkataan pria itu. selama menunggu jaemin dan renjun menyelesaikan urusan pacarannya, jeno dan donghyuck terlibat dalam percakapan panjang dan menyenangkan. keduanya terlihat sangat akrab walaupun baru pertama kali mengobrol.
satu yang baru jeno sadari setelah menghabiskan hampir seluruh waktu istirahat makan siangnya bersama donghyuck; donghyuck adalah orang yang menyenangkan. walaupun cerewet, tapi pria manis itu pandai dalam membangun sebuah percakapan yang asik dan menyenangkan.
sepertinya jeno akan bahagia sekali jika mempunyai teman seperti donghyuck.
KAMU SEDANG MEMBACA
love again || nohyuck.
Short Storyawalnya jeno ngga pernah mau lagi jatuh cinta setelah ditinggal sama seseorang yang dia sayang dua tahun yang lalu. tapi pemikiran itu berubah setelah dirinya ngeliat donghyuck. sahabat baik renjun yang merupakan kekasih na jaemin, sahabatnya. bxb...