Satu

19 1 0
                                    

***

Rinjani duduk seorang diri di halte yang ada didepan gedung tempat les nya. Sebenarnya ada beberapa orang yang juga satu tempat les dengannya di halte itu, tapi ia tidak mengenalnya. Dan tidak berniat sama sekali untuk mengenalnya.

Bukan karna apa-apa, hanya saja dia orang yang tidak mudah dekat dengan orang lain. Dia memang ramah, tapi tidak terlalu banyak bicara.

Rinjani mulai bosan, sudah hampir setengah jam tapi belum ada satupun bus yang lewat. Rinjani menatap jam yang melingkar di lengannya dan waktu sudah menunjukkan pukul 8 malam. Perutnya sudah keroncongan, di jam segini biasanya ia sedang makan malam bersama Papa dan adiknya.

"Rinjani!"

Gadis itu langsung berdiri saat seorang wanita paruh baya memanggilnya dan menghampirinya. Renata, guru les nya yang sudah mengajarinya sejak ia SD.

"Kenapa belum pulang?" Tanya Renata. Tadi Renata sedang mengendarai mobilnya dan hendak pulang. Karna melihat salah satu siswanya di halte di malam hari begini ia pun menghampirinya.

"Saya sedang menunggu bus. Apa yang Anda lakukan disini?"

"Saya melihat mu disini, jadi saya berniat menghampiri mu. Kebetulan saya juga akan pulang. Apa kau mau ikut?"

Rinjani menggeleng sambil tersenyum, "Trimakasih, tapi tidak perlu. Mungkin sebentar lagi bus akan datang!" Tolak Rinjani dengan sopan.

Dan benar saja, tak lama bus pun datang. "Nah, itu bus nya!" Tunjuk Rinjani.

Renata menatap bus yang ditunjuk oleh Rinjani. Kemudian ia kembali menatap Rinjani. "Kau tidak ingin pulang dengan saya?" Tanya Renata dengan nada sedikit kecewa. Tapi Rinjani yang memang sangat tidak peka dengan suasana, ia hanya menggeleng.

"Tidak Bu trimakasih, saya tidak ingin merepotkan Anda. Kalau begitu saya duluan. Permisi!" Rinjani langsung berlari masuk kedalam bus sebelum bus meninggalkannya.

Renata menatap kepergian Rinjani dengan sendu. Ntah mengapa gadis itu selalu menolak kebaikannya. Padahal ia ingin sekali melakukan sesuatu yang bisa membuat gadis itu berkesan padanya.

Setelah masuk kedalam bus, Rinjani langsung mencari kursi yang kosong. Ada dua tempat, yang satu ditengah namun sebelahnya sudah diisi oleh seseorang dan kursinya hanya dua. Akan sangat dekat jika ia duduk disitu. Dan satu lagi dipaling belakang ada empat kursi kosong berdempatan dan hanya ditempati oleh seorang cowok bertopi, mungkin ia bisa duduk disebelahnya dan mereka tidak akan terlalu dekat.

"Woooaaaahhhh!" Rinjani terkejut saat seseorang menarik lengannya dan kini ia sudah terduduk di kursi yang ada disebelah seseorang yang ia hindari tadi.

Rinjani terkejut melihat cowok itu, ia tau siapa dia. Dia adalah Neon, cowok yang menjadi teman sekelas barunya semenjak duduk dikelas XII. Namun ia tak pernah berbicara dengannya kecuali beberapa hari lalu saat ia tak sengaja menabrak cowok itu.

"Duduklah disini, mungkin kau akan lebih aman!" Ucap cowok itu dengan nada khas bicaranya yang dingin dan wajahnya sama sekali tak menatap Rinjani.

"Mendengar suara mu membuatku tidak aman sama sekali!" Ucapan Rinjani membuat Neon menoleh padanya.

"Apa maksud mu?" Tanyanya merasa tersinggung dengan ucapan gadis itu.

"Hemmm tidakkah kau menyadarinya? Bicara mu sangatlah dingin apalagi mimik wajahmu selalu datar. Aku benar-benar tidak nyaman berbicara dengan orang yang memiliki wajah datar seperti mu. Aku seperti duduk dengan seorang vampire berdarah dingin. Aku bingung kenapa banyak wanita yang menyukai mu padahal kau terlihat begitu sombong dan angkuh!" Neon terus menatap gadis itu yang sedari tadi mengoceh mengomentari semua yang ada pada dirinya.

RINJANITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang