Pengkhianatan, lagi

21 2 0
                                    

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh





🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷






Setelah kejadian di sore itu dengan Tuhan, Humaira dan alam yang menjadi saksi kehancuran hatiku yang entah untuk keberapa kalinha, aku mulai mengabaikan Daniel dan Dhera. Pesan-pesan yang selalu dikirimkan Daniel di pagi dan malam hari kuabaikan, begitupun dengan Dhera, setiap kali gadis itu meminta jawaban kepadaku pasti kuabaikan. Jangankan memberinya jawaban, melihat wajah dan senyum palsunya sungguh membuatku muak.

Daniel yang selalu ingin mengantarkanku ke ruangan jika kami berjumpa di koridor juga kuabaikan. Tapi Daniel memang pria tidak punya hati, melihat sikap tak acuhku beberapa hari ini padanya, ia tetap bertahan dengan tingkahnya. Selingkuh sana sini. Apa dia tidak ada usaha untuk membujukku? Arghh! Lupakan. Kenyataan itu membuat lukaku kembali menganga, atau lebih tepatnya lukaku tidak perna sembuh.

Ingin kublokir nomornya agar ia tidak lagi jadi alarm bernyawa di waktu makan, tidur dan bangun di hidupku tapi, aku takut nanti ia akan memutuskan hubungan kami. Aku bodoh? Iya, aku memang sebodoh itu mencintai seorang Daniel. Aku akan tetap berada di posisi ini, takutnya jika aku melepas Daniel lukaku bukannya sembuh tapi malah semakin melebar.

Iya, aku tidak punga keberanian untuk beranjak dari tempatku sekarang.

Langkah gontaiku menuju keluar perpustakaan seketika terhenti saat melihat siapa yang sekarang berdiri menjulang menghadang jalanku. Kupasang wajah sedatar mungkin ketika melihat ia menatapku dengan tajam. Aku kembali melangkah, berniat meninggalkan pria dengan kaos hitam yang dilapisi sweater jeans ini, tapi tangannya sudah lebih dulu menahan bahuku.

"Lepas!" Ujarku dingin. Aku tahu Daniel pasti bingung dengan tingkahku mengingat aku tidak perna seperti ini sekalipun ia ketahuan selingkuh. Tapi kali ini beda, Daniel selingkuh denhan Dhera. Temanku walaupun tidak terlalu dekat namun setidaknya hanya gadis itu satu-satunya orang yang mau bertegur sapa denganku.

"Kamu kenapa?" Tanya Daniel. Suaranya tak kalag dingin dengan suaraku, tadi.

"Tanya diri kamu,"

"Kamu aneh! Kalau soal aku selingkuh, aku fikir kamu udah hapal dan maklum..."

"Tapi kali ini kamu main api dengan Dhera! Kamu tau sendiri cuma dia satu-satunya teman aku." Bentakku langsung memotong ucapan Daniel. Oh ho dengar saja nada santainya saat mengucapkan ia selingkuh.

"Daniel, kalau sama cewek asing manapun itu mungkin aku masih bisa tegar. Tapi ini Dhera, kamu selingkuh sama Dhera! Rasanya aku bener-bener jadi cewek bodoh yang selalu buntutin kamu," suaraku parau. Entah sejak kapa aku mulai menangis, mungkin saat pertama kali melihat wajah Daniel tadi. Karena jujur melihat wajah Danielpun hatiku rasanya tertikam, setengah tidak menyangkah bahwa orang yang begitu kucintai ini tega menghancurkanku berkali-kali.

"Iya, aku minta maaf. Aku salah dan aku selalu salah," ujarnya lirih. Tidak ada ekspresi terkejut di wajahnya saat aku mengetahui ia selingkuh dengan Dhera, hanya ada wajah bersalah. "Aku pikir semuanya bakal sama aja kayak yang lain. Lagian aku enggak tertarik sama Dhera kok, dia aja yang tiba-tiba dateng minta buat jadi pacar aku. And...you know me,"

Sekarang aku yang tercengang bukan main mendengarnya. Kupikir Daniel yang menggoda Dhera hingga gadisbitu tidak punya pilihan lain mengingat betapa tampannya seorang Daniel. Tapi ternyata dia yang lebih dulu menyalakan api. Jika sebelumnya aku mengatakan tidak marah pada Dhera, maka sekarang amarah itu membuncah hingga tak sadar kedua tanganku terkepal kuat.

"Kalau kamu enggak suka aku bakal putusin dia. Lagian banyak yang lebih cantik dari Dhera," wajah sendu Daniel hilang tanpa jejak, tergantikan oleh wajah tengil seperti biasa. Dasar Daniel! Kekasih macam apa dia ini! Memuji gadis lain bahkan merencanakan perselingkuhannya di depanku yang berstatus sebagai kekasihnya.

Buku fiksi di tangan kugunakan untuk memukul lengan kekarnya. "Kamu itu bisa berhenti selingkuh enggak sih!" Geramku.

Ia terkekeh bahagia sembari mengusap lengan yang tadi kupukul, " Nanti baby  Va, sabar aja. Sekarang bukan waktunya," ia mengusap puncak kepalaku, dan tanpa bisa dicegah perbuatannya mengingatkanku saat ia mengacak puncak kepala Dhera. Aku kesal! Dengan wajah masam kutepis tangannya, membuat ia mengernyit bingung. "Kenapa?"

"Tangan kamu ada bekas kepala Dhera,"

Ia tersenyum masam. "Udah ilang kok. Pas sampe rumah langsung aku cuci, pake antiseptik juga,"

"Ya aku enggak suka usap-usap!" Jujur, aku masih membayangkan tangan Daniel dengan bekas menyentuh Dhera. Itu membuatku kesal.

"Ya udah aku peluk aja ya,"

"Heh! Jangan dekat-dekat!" Ujarku sambil menghalau tubuh tegapnya yang sudah siap memelukku. Bayangan ia juga memeluk Dhera membuatku makin kesal.

Daniel berdecak. "Tenang aku enggak perna peluk Dhera kok," ucapnya seakan mengerti apa yang sekarang berkecamuk di pikiranku.

"Tetap enggak ada peluk-peluk. Emang selama ini aku perna gitu biarin kamu peluk aku?" Kutatap dirinya kesal sambil bersidekap.

"Aku kangen kamu baby Va. Sekali ini aja ya aku peluk kamu?" Pintanya memelas. Tapi pertahananku tidak akan runtuh. Jika kubiarkan kali ini dia memelukku pasti di kemudian hari dia tidak akan sungkan lagi melakukannya.

Dua tahun lebuh menjalin hubungan, intensitas kontak fisik kami memang hanya sebatas pegangan tangan, mengelus dan mengecup puncak kepala. Percaya atau tidak tapi itulah menyataannya. Tapi tidak demikian dengan selingkuhannya, aku sudah perna bilang bukan kalau Daniel itu laki-laki bejad?

"Enggak ada ya Dan!" Ujarku tegas membuatnya menghela napas pasrah.

"Ya udah." Daniel mengulurkan tangan padaku yang langsung kusambut dengan perasaan sedikit lega. Setidaknya nanti malam aku tidak akan mengurung diri lagi di kamar sambil menangis.

Daniel juga mau menurunkan egonya untuk membujukku, sekaligus memutuskan Dhera. Seperti ini saja sudah cukup bagiku. Walau aku tahu dia akan tetap bertahan dengan selingkuhan lainnya di luar sana. Tapi tak apa, selama masih sanggup aku akan tetap bertahan.

Dan hari ini, Daniel kembali mengantarkanku ke ruangan seperti kebiasaannya. Meskipun tidak cukul bahagia tapi setidaknya kelegaan telah merambati perasaanku. Tida akan ada lagi pengkhianatan Dhera yang membebani pikiranku. Namun jangan berharap hubunganku dengan Dhera akan membaik seperti aku dan Daniel. Selain karena Daniel kekasihku, aku juga mengenal dirinya luar dalam. Setiap ia selingkuh pasti niatnya hanya untuk bersenang-senang atau lebih tepatnya seperti permainan.

Tapi Dhera? Melihat selama ini simpatinya padaku mengenai perilaku Daniel, sungguh tidak menyangkah dia akan ikut menyakitiku. Bahkan dia juga yang menawarkan permainan itu. Aku percaya pada Daniel? Tentu saja iya, selama ini tidak sekalipun kudapati Daniel berbohong padaku sekalipun itu menyangkut selingkuhannya.

Jadi di antara aku dan Dhera sudah tidak akan ada lagi yang namanya pertemanan. Semua sudah berakhir saat ia menawarkan sebuah hubungan pada Daniel.












TBC.














Masih untuk kalian para sahabatku kok😊😚

Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh

Salam😊 Sahabat surga💗

VanillahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang