Gadis Permata Surga

30 4 0
                                    

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh


🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷


"Vanillah, kamu dicariin neng tuh di depan," itu suara bunda yang berseru di balik pintu coklat kamarku.

Aku yang sedang berbaring di atas ranjang ditemani sebuah novel dan berbagai cemilan, segera meringsut terbangun kemudian melangkah menuju lemari pakaian. Aku tahu betul bagaimana tidak sukanya gadis kecil itu pada pakaian kurang bahan.

Kuraih sweater  rajut dan rok setengah kaki untuk melapisi tank top dan hot pants yang selalu jadi pilihan utamaku saat sedang bersantai di dalam kamar. Belum juga selesai kukenakan kain-kain ini dengan sempurna, ketukan di pintu disertai ucapan salam sudah menyentakku. Aku yakin itu pasti si gadis kecil dengan seribu aturannya.

Kuhela napas panjang sebelum menjawab. "Masuk aja Ra, pintunya enggak dikunci," belum semenit aku berseru, kepala anak itu yang terbalut kerudung sudah menyembul di balik pintu. Ia tersenyum lebar, menampakkan satu lesung pipitnya di pipi sebelah kanan.

"Mbak Vanillah, temenin aku ke toko perlengkapan ya. Aku tadi udah minta izin sama umi tapi umi bilang harus ada yang nemenin," ujarnya sembari berjalan ke arahku setelah menutup kembali pintu.

Aku yang sedang sibuk menaikkan resleting rok yang tiba-tiba macet, hanya mengangguk mengiyakan.

"Mbak pasti dalemannya cuma tank top dan hot pants kan?" Anak ini menudingku dengan telunjuk, dan jangan lupakan tatapan menuduhnya.

Kuhentikan usahaku untuk membenahi rok. Menghela napas pasrah, kemudian berbalik menghadap ke lemari di belakangku. Setelah melempar sembarangan rok yang tadi, kini tanganku meraih baju kaos berwarna hitam lengan pendek, rok panjang hingga ke mata kaki berwarna senada dengan sweater, dan terakhir celana leging panjang hingga ke lutut.

Aku hapal betul bagaimana anak ini menentukan pakaian yang kukenakan jika pergi bersamanya. "Nih udah ganti," kataku dengan wajah masam. Dan...dia hanya menyengir tanpa dosa.

"Ya kan aku enggak mau ketiban dosa kalau biarin mbak keluar dengan pakaian kurang bahan. Walaupun mbak belum pakai kerudung, tapi kayak gini udah lebih baik," selalu kalimat itu yang akan ia katakan jika aku sudah menampakkan ketidak sukaanku.

"Oke. Ayo pergi, mbak."

Gadis kecil ini, namanya Humaira. Gadis SMP yang sungguh cantik. Tidak hanya cantik tapi juga cerdas, selain itu kecintaannya pada Tuhan selalu membuatku terkagum.

Salah satu contohnya, adalah cara Humaira berpakaian. Saat umi dan abah-nya yang menjadi tetangga keluargaku sejak dulu---menjelaskan bagaimana seharusnya seorang muslimah berpakaian, gadis kecil ini langsung mengubah caranya berpakaian yang saat itu masih duduk di bangku sekolah dasar.

Saat aku bertanya mengapa dengan mudahnya ia mau menuruti perkataan umi dan abah-nya, jawaban yang ia berikan sungguh membuatku tercengang, aku bahkan sampai ragu bahwa sekarang aku sedang berhadapan dengan gadis SMP kelas akhir.

"Ini perintah Allah mbak. Abah dan umi bahkan enggak perna nyuruh aku, mereka cuma jelasin. Dan rasanya aku sama sekali enggak punya hak buat ngelanggar perintah Allah Azza Wajallah. Aku cuma gadis akhir zaman yang akan banyak menuai kemaksiatan jika jauh dari Allah. Allah menyerukan secara jelas dalam al-Qur'an dan kita sebagai mahkluk harus mematuhi, lagi pula apa yang Allah perintahkan itu untuk kebaikan kita. Menjaga dan memuliakan kita para wanita karena, wanita memang semestinya dimuliakan tapi terkadang kita para wanita yang menghinakan diri sendiri."

Tak dapat menapik, bahwa aku sungguh malu mendengar tutur katanya yang lembut dan tenang, tidak ada kesan menggurui apalagi merasa menjadi manusia paling mulia. Dan pada akhirnya kekagumanku semakin bertambah pada gadis kecil ini.

VanillahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang