Sakit Kepala

15 4 1
                                    

Dia hendak memasukkan tangannya kedalam saku celana anak remaja dihadapannya ketika melihat rumah yang berada di seberang jalan sesak oleh kerumunan manusia. Segera, anak lelaki belum genap tujuh belas itu menghampiri dan melihat sekilas—membuatnya terkejut karena mendapati seorang wanita terbaring di aspal jalan dengan mata membelalak dan darah berlumuran di tubuhnya. Sontak, Steve menjauhi keramaian dan tiba-tiba kepalanya terasa sakit.

Ada apa ini? Batinnya, ia memegang kepalanya dengan kedua tangan dan berjongkok, membiarkan rasa sakitnya memudar.

Steve berusaha bangkit, berjalan terseok menuju hutan yang berada tak jauh dari rumah tersebut. Dia tidak tahu apa yang terjadi, namun pandangannya memudar.

***

Sensasi dingin menjalar ke seluruh tubuhnya seperti benalu. Anak lelaki itu membuka mata perlahan dan tidak dapat melihat apapun, ia baru saja ingin bangkit ketika merasa sesuatu yang menggelitik tubuhnya—sesuatu yang basah dan aneh, seperti rerumputan. Butuh beberapa detik untuk matanya menyesuaikan keadaan. Ia sekarang berada di hutan, dalam kegalapan malam.

Dimana jalan raya? Pikirnya, dia tidak ingat bagaimana bisa sampai disini, dan akhirnya dia mencari jalan keluar.

Arlojinya menunjukkan angka tujuh, sudah berapa lama dia berada disana? Steve mulai berpikir, dan mengingat apa yang terjadi sebelum dirinya sampai disini. Dia ingat rasa sakit di kepalanya itu, dan dia ingat kerumunan manusia yang mengelilingi mayat wanita itu. Kejadiannya pukul lima sore, dan berarti dia sudah tak sadarkan diri selama dua jam.

Steve berhasil keluar dari hutan pada pukul delapan, ia kembali ke rumah dengan lesu dan Humphrey pun tampaknya tak peduli padanya—pria itu sedang mabuk.

"Dapat apa hari ini?" tanya Humphrey, masih meneguk bir nya. Steve menggeleng dan menceritakan kejadian tadi siang—membuat Humphrey menghentikan minumnya sejenak. "Apa kau bilang? Sakit kepala?"

"Ya, aku juga tidak tahu mengapa," sahutnya, dan Humphrey waspada—tidak ingin Steve—sumber penghasilannya, tahu bahwa dirinya bukan anaknya melainkan anak yang ditemukannya beberapa tahun yang lalu. Tapi tampaknya Steve tidak terlalu memikirkannya yang membuat Humphrey sedikit lega.

***

Kejadian itu terulang lagi, kini rasanya sangat sakit. Dan dia harus membenamkan wajahnya ke bantal atau setidaknya membenturkan ke dinding kamar sebanyak sekali. Kini, anak lelaki itu sudah lebih besar, dan semakin memikirkan kejadian di lingkungan sekitar, semakin sakit kepalanya. Pernah sesekali ia memekik pelan, agar Humphrey tidak mengetahuinya.

Puncaknya terjadi pada saat ulang tahunnya yang ke delapan belas. Pemuda dengan kumis tipis dan tinggi sekitar 180 sentimeter itu menumbuk kepalanya menggunakan kepalan tangan. Sekelebat bayangan menari-nari di kepalanya—membuatnya merasa pusing dan bayangan itu semakin menggila ketika ia mencoba berpikir untuk meredakan rasa sakit itu.

Humphrey belum mengetahui hal tersebut, sampai pada suatu saat tanpa sengaja Steve menemukan tas anak kecil yang sudah kumuh di bawah tempat tidur Humphrey. Dibuka tas tersebut dan tampak ponsel yang mulai ketinggalan zaman, jaket biru, dan dompet anak-anak. Di dalam dompet, terdapat sebuah foto—kecil tetapi menarik perhatian Steve—menghipnotisnya. Terdapat foto keluarga, ayah, ibu, dan dua anak lelaki. Steve mengenali anak lelaki satunya, dan ketika ia memaksa untuk berpikir, kepalanya semakin terasa sakit dan sensasi memabukkan membuatnya terpaksa berhenti memikirkan sesuatu yang ia sendiri tidak mengerti.

"Apa yang kau pegang?" tanya Humphrey sedikit geram, tampaknya Steve mulai membuka memori lamanya, dan pria paruh baya itu tidak menerimanya.

"Apa ini? Dan punya siapa ini?" alih-alih menjawab, Steve balik bertanya. Dan dengan geraman, Humphrey menariknya dari tangan Steve. "Ini barang pribadiku, jangan coba-coba kau ambil dariku."

"Maaf."

"Jangan ulangi lagi."

Dan Steve pun mengangguk lalu pergi menuju kamarnya.



Halo, maaf baru di chapter ini aku muncul XD 

terima kasih yang udah mau baca cerita ini, btw maaf kalau di dalam ceritanya ada kesalahan dalam penulisan atau hal-hal yang gak masuk akal dan aneh wkwkwk.. 

jangan lupa untuk like, comment, dan follow. Penghargaan kalian merupakan semangatku untuk melanjutkan penulisan ini.

 Terima kasih ^-^

Destinasi (Short Story) - COMPLETEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang