Prolog

36 6 5
                                    

"Masih ada waktu 20 menit, kita diskusi tentang lomba tujuh belas Agustus-an aja yaa.." ucap wali kelas mereka.

Anak-anak hanya bersorak ria karena dengan waktu dua puluh menit itu, mereka hanya perlu berdiskusi dengan wali kelas, alias gak belajar mata pelajaran beliau lagi.

"Ibu ada saran.. kalau dinding kelas kalian di belakang itu, kita kasih lukisan aja, gimana?"

"Boleh boleh." Ucap Vira

"Saya acc aja." Sambar Zali

Tapi jangan kalian sangka semua mata tertuju pada sang wali kelas, nyatanya hanya sedikit yang memperhatikan. Yang lain? Ada yang ngobrol sama teman sebangku, natap muka dengan cermin ajaib, tidur dengan buku sebagai alasan membaca, bahkan ada yang ngupil.

"Kita lukis apa ya?"

"Nama kelas kita aja bu."

" 'Delapan D' seperti itu kah?"

"Jangan jangan, harus lejen dong bu."

" 'Delapan the Best' gimana?" Ceteluk ketua kelas.

Wali kelas cantik nan baik tersebut menatap ketua kelas yang berpendapat mengenai masalah ini. Delapan the best? Bukannya the best dimulai dengan huruf T ya? Kan kelas mereka D bukan T.

Paham akan kebingungan wali kelas dan anak buahnya, si ketua kelas pun maju ke depan, mengambil spidol dan menuliskan sesuatu di papan tulis.

Walaupun tulisannya tidak rapi, namun seisi kelas paham akan maksud kata tersebut.

'DELAPAN DEBEST'

Skakmat.

Delapan DebestTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang