2. Rutinitas Pagi

27 3 4
                                    


Update suka-suka hati!

***

Suara tersebut bagaikan lonceng mematikan bagi diriku, ah ralat bagi semua siswa maksudnya.

Kenapa begitu?

Astaga Atul! Ini bukan saatnya untuk menjelaskan makna dari suara bel itu! Aku harus segera ke lapangan! Jika tidak, habis dapatnya aku dengan guru pembimbing.

Semua murid yang ada di kelas segera meninggalkan kegiatannya, seperti ngerumpi bareng, ngerjain PR, bahkan yang tidur saja langsung terbirit-birit keluar. Tapi sebelum itu, kami semua mengambil Al-Qur'an dulu yang terletak di dalam lemari dekat meja guru.

"Gue belum selesai nulis woi!" Bentak Della sambil menutup buku catatan nya dengan keras hingga membuat suara cukup nyaring.

"Tul, nitip Qur'an!" Seru Vira.

"2in," -- Baity.

Aku yang tergesa-gesa menuju lemari Al-Qur'an, seketika berhenti dan menengok ke belakang ketika mendengar seruan Vira dan Baity. Kemudian, mereka bertiga keluar dari kelas, iya meninggalkanku. Lagi, lagi, dan lagi. Selalu diriku yang mengambilkan, awas aja besok, kalian lagi gilirannya!

"Buka Al-Qur'an nya surah Al-Anfal ayat 41."

Suara Bapa Azif --guru pembimbing ngaji-- terdengar nyaring dari microfon sekolah. Aku tuh harus buru-buru namun kesal menerpaku, menerima kenyataan kalau aku harus mengantri dulu untuk mengambil Al-Qur'an, karena yang ada di hadapanku sekarang yaitu cowok-cowok di kelasku yang bergerumbun untuk mengambil Al-Qur'an mereka masing-masing. "Cepatan napa!" Gas ku. Suara Pak Azif terus berlanjut dari mic sekolah.

Kekesalan ku bertambah ketika cowok-cowok itu tidak mendengarkanku. Ingin sekali aku menorobos masuk dalam kerumunan cowok-cowok ngeselin ini, tapi aku sudah wudhu takutnya batal nanti.

Settt! Empat buah Al-Qur'an sudah ada ditanganku. Kemudian berjalan keluar menuju lapangan, untung saja kelas ku di bawah jadi tidak perlu jauh-jauh berjalan.

Aku berjalan dengan menunduk takut ketahuan. Namun, sebelum itu aku menengok kesana kemari dulu mencari di mana antek-antek ku duduk. Baity melambaikan tangannya, setelah itu aku berjalan menunduk ke arah nya.

"Huhhh, gara-gara kalian pada nih, telat kan gue!" Tuduh ku sambil menyerahkan Al-Qur'an mereka masing-masing.

"Lo masih mending telat ginian, liat noh Asty the gengs."

Kemudian aku mengikuti arah mata Della, aku melihat Asty dengan geng-geng nya lari terbirit-birit di koridor sekolah. Tidak hanya mereka, siswa-siswa lain ada juga bahkan adek kelas pun ada.

Namun seketika, suara indah mengaji Pak Azif terhenti, "yang telat datang, silakan tunggu di depan pagar."

Kalimat tersebut terlontar dari mulut sang Pak Azif terhormat. Karena ngomong nya pakai mic jadi satu sekolah mendengar. Hingga berhasil membuat orang-orang yang lari-lari di koridor itu berhenti seketika, semua matapun terfokus kepada mereka termasuk diriku.

Mampus kalian pada! Siap-siap dihukum tuh, hukuman kali ini apa ya? Apakah squat jump? Push up? Lari keliling lapangan? Ato gimana?

Jadi ceritanya itu, geng-geng nya Asty -- Aweng, Nadia, Vera -- kalau berangkat sekolah mereka gak langsung menuju sekolah, mereka ke rumah Asty dulu, buat apa? Ya ngumpul-ngumpul lah, makanya mereka telat mulu. Tapi kaya nya mereka sengaja deng, biar gak ikut ngaji bareng gitu.

Jadi, se bar-bar nya aku dan squad ku, masih kalah telak dengan geng mereka ini. Tapi kami semua tetap berteman, tidak ada namanya permusuhan.

Lah, kok aku malah membahas mereka sih?!

***

Satu,









Dua,








Tiga,






Ttukkk..

"Ngaji! Malah tidur." Aku menampar pelan lengan Baity yang duduk di samping ku. Pasalnya anak itu malah tidur di saat semua orang pada mengaji!

Baity yang menunduk dengan tangan memegang Al-Qur'an segera bangun, "hah kenapa-kenapa?" Tanyanya bagaikan orang linglung.

Aku bergeleng-geleng, tidak paham lagi dengan titisan setan ini, "Astaghfirullah, setan-setan."

"Ngantuk banget gue, kayak di dongengin asli." Ucapnya enteng, kemudian bertanya, "ayat berapa?"

"Gak tau ilang, gara-gara negur lo sih." Kesalku, lalu aku menengok ke sebelah kiri, tepatnya ada Faiza di samping ku, "ayat berapa, Za?"

Faiza yang fokus mengaji segera menoleh, setelah itu menjawab, "ayat 17 surat At-Taubah."

"Ayat 17 surah At-Taubah." Ulangku memberitahu Baity.

Setelah itu aku memilih fokus dengan kegiatan ini, hingga selesai. Dan... seperti itu lah rutinitas pagi kami sehari-hari.

***

"Siapa yang mau nemenin gue beli tipe-x?!"

Krik krikk..

Aku memasang wajah kesal, "Aish." Dengusku ketika Vira, Della dan Baity tidak menyahutku. Awas aja kalau nanti kalian yang minta tolong, bakal aku... enak nya di apain ya?

Kemudian aku berbalik ke belakang, " Iza! Temenin beli pulpen dong," Ujarku.

"Oke, aku mau beli juga nih."

"Mau kemana?!!" Baru saja kami berdua berdiri, langsung di sembur pertanyaan oleh Syifa yang datang entah dari mana.

"Ke koperasi," Jawabku.

"Ngapain?"

"Berak! Ya iyalah beli pulpen." Kesalku.

"Ikuttt!"

"Ayo."

***

"Kasian banget dah tuh mereka."

Di perjalanan kami melewati murid-murid yang kena hukum gara-gara telat. Mereka semua sedang squat jump entahlah berapa kali aku pun tak tau. Jangan lupakan, wejangan dari Pak Azif yang tersanjung dan terhormat.

"Hooh, siapa juga nyuruh telat." Ujar Syifa menyahut.

Sekilas, kami mendengar celotehan guru killer tersebut.

"Punya telinga tidak?! Jawab!"

"Punyaaa." Jawab mereka.

"Sudah di bilangin! jangan telat jangan telat, masihhh di ulangin! Mana orang-orang nya selalu ini!" Ucap beliau dengan penuh penekanan.

Lalu tiba-tiba Aweng melihat kami bertiga berjalan. "Weh weh Aweng liat kita ges." Ucapku memberitahu. Lantas kami bertiga eh ralat berdua maksudnya, aku dengan Syifa tertawa cekikikan meledek dia, meskipun tidak nyaring ya takut kalau kedengaran Pak Azif nanti. Faiza? Dia diem-diem bae sok kalem halah.

Kemudian kami melihat ekspresi kesal nya Aweng. Suka banget aku melihat dia kaya gitu, tersiksa!

"Nama dia itu Ajwa, bukan Aweng." Ujar Faiza membenarkan.

"Halah! Toh dia b aja di panggil Aweng, jadi gwenchana." -- Syifa

Aku mengangguk membenarkan, "hooh, 2in."

Kelas seperti ini yang ku sukai, bila di panggil dengan sebutan selain nama entah itu gelaran atau lainnya tidak sama sekali tersinggung bahkan sampai musuhan. Palingan dapat umpatan dan kata-kata kasar.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 13, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Delapan DebestTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang