10. KECEWA

94 6 2
                                    

"kalian ngapain!?".

Seketika Arif langsung melepaskan pelukannya, Rabia hanya diam sambil terus terisak. Sempat merasakan nyaman karena pelukan Arif, namun harus usai karena kehadiran Rey di antara mereka.

"Ah ini... Anu.. gw..."

"Rabia lo gapapa lo kenapa lo baik-baik aja kan yaallah kenapa jadi gini sih, coba cerita siapa yang buat Lo jadi gini, kaki Lo ada yang patah? Tangan Lo baik baik aja?". Penjelasan Arfi terhenti dan membuatnya bersyukur karena tidak harus menjelaskannya kepada Rey. Bisa bisa Rey mengadu kepada orang-orang. Apalagi jika sampai mana tahu soal ini.

(Dd author ga suka maka kenapa harus ada😭)

"Iya gue baik-baik aja kok". Jawab Rabia sambil tersenyum meyakinkan bahwa dirinya sedang baik-baik saja. Tapi nyatanya? Dia sedikit kecewa karena Rey merusak suasana.

"Rabia, tadi lo ngapain pelukan sama kak Arif? Bukannya kalian tidak akur yah?". Bless pertanyaan itu terlontar begitu saja dari bibir Aulia membuat Rey juga penasaran. Arif terlihat kaku sedangkan Rabia hanya mampu diam.

"Jawab dong, kalian ada hubungan apasih? Kenapa gak ngasih tau gue". Tanya Aulia kembali.

"Kita cuma temen". Jawab Arif terlihat santai padahal di dalam dirinya sedang tidak baik-baik saja. Jantungnya berdetak lebih cepat dari biasanya. Entah lah kenapa seperti itu, padahal ia sama sama sekali tidak pernah ingin membuka hati selain untuk wanita yang sangat di cintai ya sekarang. Berharap wanita itu datang kembali kedalam pelukannya.

"Rif Lo ga lagi selingkuhkan?". Tanya Rey yang bergaya membuat jantung Rabia memanas dan seakan pasokan udara berkurang.

"Sudah punya pacar toh". Batin Rabia.

Seketika suasana di kamar itu mendadak memanas. Rabia berusaha menahan air matanya untuk tidak menangis. Namun pertahanannya akan runtuh dalam hitungan detik.

"Aul bantu gue ke toilet". Pinta Rabia dan di jawab anggukan oleh Aulia. Aulia segera membantu Rabia menuju toilet.

Keadaan di dalam ruangan itu mendadak senyap. Hanya menyisakan Rey dan Arif. Banyak pertanyaan yang ingin di lontarkan Rey pada Arif, namun ia urungkan. Karena Rey tau Arfi tidak akan mungkin berpaling. Sudah sekian lama iya mencintai gadisnya itu.

>>>>>

Sesampainya di toilet pertahanan Rabia runtuh seketika membuat Aulia panik. Ada banyak pertanyaan di kepalanya Aulia tak segan-segan untuk bertanya. Namun ia juga harus tau kapan waktu yang tepat untuk menanyakannya.

"Rab udah loh tenang yah ada gue". Ucap Aulia menenangkan Rabia sambil mengelus punggung Rabia lembut, menyalurkan semangat dari tangannya dan tak lama Aulia memeluk Rabia.

Rabia merasa baik ketika pelukan itu terjadi. Seakan teringat kejadian beberapa waktu tadi. Pelukan yang nyaman dan hangat tidak melulu kita dapat dari Pasangan, namun juga bisa dari orang terdekat kita seperti sahabat.

"Rab Lo cerita kenapa Lo nangis?". Aulia seakan menuntut penjelasan mengapa Rabia bisa menangis seperti ini.

>>>>

"Bro Lo ga selingkuhin naja kan?". Tanya Rey.

"Gue ga gila kali mau sama cewek modelan kaya dia. Fanatik banget njir jijik tau ga". Ucap Arif yang kalau terdengar oleh Rabia mungkin Rabia bisa yah kalian tau sendiri.

"Terus Lo kenapa mau meluk tuh cewek?". Tanya Rey kembali.

"Gue ga sengaja bentak dia bro".

"Lo gila njir!!! Lo bentak cewek! Mana otak Lo hah?".

FANATIKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang