Prolog

19 2 1
                                    

Jangan mengambil kesimpulan, jika belum tau yang sebenarnya. Bisa jadi itu adalah awal malapetaka untukmu
***

Air mata gadis itu sudah luruh sedari tadi. Ia tidak diberi kesempatan untuk bicara. Bagaimana pun itu memang bukan kesalahannya.

"Demi TUHAN, Xan! Aku gak pernah punya niatan kayak gitu sama dia," ucapnya berusaha membela diri.

"Udahlah, Lin! Gue tau lo cemburu sama Cindy, tapi cara kayak gini tuh kampungan tau gak!"

Laki-laki bernama Xander itu semakin memojokkan Reylin. Ia merasa sangat kecewa pada apa yang gadis itu lakukan.

Padahal kejadiaannya belum tentu benar sesuai dengan yang barusan ia lihat.

"Lo tau kenapa gue akhir-akhir ini berubah? Karna lo gak pernah dewasa nanggapin suatu hal, lo bodoh dalam segi apapun, gue capek dengerin keluh-kesah lo setiap lo ada masalah, gue capek harus selalu nenangin lo ...," Xander menjeda ucapannya, "dan gue udah muak sama tingkah lo selama ini. Dibandingin sama Cindy, lo itu gak ada apa-apanya! Gue nyesel pernah kenal lo dan jadi sahabat lo!" dia mengakhiri ucapannya dengan nada membentak pada Reylin.

Yang biasanya dia memakai aku-kamu, sekarang berubah menjadi lo-gue.

Hal itu membuat Reylin tersentak. Ia menatap tak percaya pada sahabatnya tersebut. Kemudian beralih menatap Cindy yang memasang muka polosnya.

"Xan, udah ya. Aku gak apa-apa kok. Tadi juga Reylin kayaknya gak sengaja," ucap Cindy berusaha menenangkan Xander.

Reylin yang melihatnya pun menggeleng tak percaya.
Dia kemudian mengusap air matanya kasar. Menatap Xander dengan berani, tatapan tajam yang tidak pernah dilihat oleh Xander selama mereka bersama-sebagai sahabat.

"Jadi lo lebih percaya sama dia yang baru lo kenal, daripada gue yang udah dari lama deket sama lo, sahabat lo?"

Dia membalas ucapan Xander tidak kalah tajam. Ia mengikuti Xander yang tidak lagi menggunakan aku-kamu.

"Gue tau gue emang bodoh, tapi lo gak ada hak buat cemooh gue. Gue gak minta lo selalu ada buat gue, lo sendiri yang nawarin diri lo sendiri," ucap Reylin terdengar putus asa.

Reylin menatap nanar pada Xander. "Lo inget apa yang gue bilang waktu dulu lo nawarin diri buat jadi tameng gue? Waktu lo bilang lo bakalan selalu ada buat gue apapun keadaannya ...," dia berusaha untuk tidak menangis lagi di hadapan laki-laki tersebut.
"and see? Yang gue takutin akhirnya terjadi. Semuanya cuman omong kosong semata."

Xander terdiam mencerna ucapan Reylin mengenai perkataannya dulu.

"Aku bakalan selalu ada kok buat kamu. Apapun keadaannya, walau pun nanti salah satunya mendapatkan cinta sejatinya. Aku gak bakal bikin kamu nangis dan merasa hancur seperti sekarang ini," ucap Xander pada Reylin.

Xander memeluk Reylin yang sedang menangis tersedu. Ia berjanji akan selalu melindungi gadis ini apapun yang terjadi.

Reylin menggeleng lemah, "Jangan ucapin janji, kalo nantinya kamu yang bakal buat aku hancur, Xan ...."


Setelah ia mengingatnya, ia pun berusaha menjelaskan pada Reylin, "Lin, aku-"


Reylin menyela ucapan Xander,

"Gue tau gue emang selalu bikin lo susah, bikin lo gak nyaman. Tapi bukan berarti begitu lo dapet berlian, trus lo buang perak gitu aja."

Reylin menunduk kemudian kembali menatap Xander dan Cindy secara bergantian,
"Lo boleh cek CCTV di Cafe ini, biar lo tau yang sebenarnya. Sekali lagi gue bilang, gue gak pernah punya niatan sepicik itu cuma gara-gara cemburu. Atau gak lo temuin manager Cafe ini trus bilang biar gue dipecat aja. Selesai, kan?"

"Lin, mak-"
Lagi-lagi ucapan Xander terpotong setelah Reylin mengangkat tangannya dengan telapak tangan teracung.

"Makasih buat selalu ada di saat gue numpahin keluh-kesah gue, selalu nguatin gue saat gue terpuruk ...," dia menjeda, "lo boleh lakuin ini buat gue, tapi jangan pernah lakuin hal ini buat orang lain yang suatu saat selalu dekat sama lo. Karna kesempatan buat berubah cuma ada satu kali."

Setelahnya Reylin pergi meninggalkan keduanya yang sama-sama terdiam. Xander berusaha mengejarnya, namun ditahan oleh Cindy.

"Udah, Xan. Dia butuh nenangin diri," ujar Cindy.

Xander mengacak rambutnya kasar. Bukan maksudnya ingin menyudutkan Reylin, tapi ... ah sudahlah.

"Arrrggggh" erangnya frustasi.

***

TBC

Hai semuanya 😁
Ini cerita aku yang baru, setelah yang sebelumnya aku hapus karna merasa feel-nya gak dapet.
Jadi aku buat cerita yang baru, aku harap sih ini sampe end yah 😁

Selamat membaca, semoga suka. Kasih kritik dan saran ya, eh vote juga yah

Sang MerpatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang