Part 2

17 2 0
                                    


"Dasar bodoh, kenapa kau selalu patuh? Kau pikir aku serius menyuruhmu berdiri di sana semalaman? Setidaknya kau harus duduk selagi aku tidak melihatmu!" Tyler yang berdiri di depan jendela bergumam pelan, sangat pelan hingga hanya bisa didengar oleh dirinya sendiri.

Tyler mengambil sebuah selimut, dia memang tidak bisa bersikap baik pada Anne, tapi dia tidak cukup kejam untuk membuat Anne mati kedinginan. Tyler sudah akan keluar dari dalam tenda, tapi tiba-tiba sebuah tangan menarik ujung bajunya.

"Tyler, kau mau ke mana?" tanya Joy yang terbangun dari tidurnya.

"Ah, itu. Kau kelihatannya kedinhinan, aku ingin memberimu selimut," jawab Tyler berbohong.

"Benarkah? Kau seperti akan keluar," Joy mulai curiga, matanya menyipit, menatap Tyler dengan pandangan aneh.

"Aku mau menyuruh Brian mengawasi Anne," ujar Tyler untuk menghindari kecurigaan Joy.

"Ya, dia memang harus diawasi." Joy mengangguk setuju, sejak awal dia tidak pernah menyukai gadis pemburu bernama Anne itu, jadi dia senang jika Tyler menghukum Anne.

"Tentu saja, kembalilah tidur! Ini masih malam!"

Tyler membatalkan niatnya untuk memberikan selimut pada Anne karena Joy terbangun.

"Kau tidak tidur?" tanya Joy.

"Aku akan tidur," balas Tyler seraya berbaring di samping Joy.

"Apa kau akan menikahiku? Jika iya, kau harus berhenti bermain dengan gadis lain di belakangku!" seru Joy seraya memainkan jarinya di atas pipi Tyler.

"Joy, aku masih muda dan belum memikirkan soal itu," balas Tyler acuh.

"Tapi orang tuaku akan sangat marah jika mereka tahu aku tidur dengan seorang pria sebelum menikah." wajah Joy berubah muram.

"Kita hanya tidur bersama dan tidak melakukan apapun," ujar Tyler menegaskan. Sepertinya Joy mulai berharap banyak dan Tyler tidak suka itu.

"Hhh, tetap saja." Joy mendesah kesal.

"Jangan khawatir, aku tidak akan membiarkan mereka menyakitimu!" Ujar Tyler seraya mengelus pipi mulus Joy.

"Baiklah," ujar Joy lalu mengecup pipi Tyler. "Selamat malam."

Sementara itu di luar, Brian yang sejak tadi duduk kini mulai menghampiri Anne. Dia mencoba untuk mengabaikan gadis itu, tapi usahanya gagal karena dia tidak cukup tega melihat Anne kedinginan dan kelaparan.

"Kau lapar?" tanya Brian yang sukses membuat Anne menoleh.

"Tidak. Um... Sebenarnya iya," jawab Anne seraya menciptakan lengkungan tupis di bibirnya.

"Makanlah!" Brian menyerahkan sebuah apel pada Anne tapi Anne hanya menatap apel itu dan tidak berani menyentuhnya.

"Tuan akan menghukummu jika Kau menolongku," ujar Anne dengan sorot cemas yang mengarah pada Brian. Dia tidak mah orang lain menjadi susah hanya karena menolongnya.

"Maaf karena sejak tadi aku hanya diam. Tuan sedang mengawasimu, tapi sekarang dia sudah tidur," ujar Brian meyakinkan.

"Dia tidur?"

"Ya, jadi duduk dan makanlah!" Brian memaksa Anne untuk mengambil apel itu dan dia mendudukan gadis itu di atas tanah. "Pakai ini, kau akan sakit jika kedinginan." Brian juga melepas jubahnya lalu menutup punggung Anne dengan jubah hitam miliknya.

"Bagaimana denganmu? Kau akan kedinginan," ujar Anne yang mengkhawatirkan Brian.

"Kau lupa? Aku seorang pengawal dan aku kuat, udara dingin tidak akan mengangguku."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 11, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

CLOSERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang