2. The Devil Families

521 46 12
                                    






































Junhui memutar-mutar pelan ponsel ditangannya, sesekali tatapan tajamnya tertuju pada lawan bicaranya yang tengah duduk tenang didepannya.
Tatapan mereka sama mengintimidasinya, namun tak seorangpun dari mereka yang bergeming atau memilih mengalah.

"Tak biasanya kau datang kemari." Junhui akhirnya buka suara. Ia menyandarkan punggung tegapnya ke sandaran sofa dan duduk dengan kaki menyilang.

"Hm. Aku kesini untuk menyampaikan undangan pesta. Seluruh keluarga akan berkumpul malam ini." Sang lawan bicara membalas santai, sama sekali tidak terdistrak dengan tensi tegang diantara mereka.

"Keluarga?" Junhui mengulas seringai kecil. "Kupikir aku tak lagi menjadi bagian dari keluarga yang kau maksud, Mingyu."

Mingyu, sang lawan bicara yang sedari dari tadi berbagi tatapan tajam dengan Junhui mengulas senyum main-main. "Sampai kapanpun kau akan tetap menjadi bagian keluarga, Junhui-ah."

Junhui berdecih, ia memalingkan wajahnya untuk mengubah ekspresinya yang menggelap.

"Ayolah, kita ini sepupu. Ibu kita bersaudara, mereka pasti akan sedih jika tahu putra-putranya tak pernah mau dekat."

"Ibuku sudah mati." Nada suara Junhui terdengar begitu dingin. Ia mengembalikan tatapan tajamnya pada Mingyu dan berucap dengan sarkas. "Apapun yang kulakukan tak ada hubungannya dengan kalian."

"Kedatanganmu diterima dengan tangan terbuka." Mingyu berdiri dari sofa yang ia duduki. "Pesta ini juga dihelat untuk memperkenalkan calon pendamping hidupku."

Junhui menaikan alisnya, calon pendamping hidup katanya?
Ia ingin sekali tertawa tepat didepan wajah angkuh sepupunya itu. Makhluk picik semacam Kim Mingyu tak akan pernah pantas memiliki pendamping hidup.

Mingyu membalikan tubuhnya, namun tak kunjung melangkah menuju pintu keluar ruangan milik Junhui. "Kudengar Ayahmu juga akan datang malam ini. Sepertinya ia tak mau melewatkan kesempatan melihat kejatuhan keluargamu perlahan-lahan."

Junhui mengepalkan tangannya erat, muak mendengar Mingyu yang dengan terang-terangan ingin sekali menjatuhkan kekuasaan ayahnya dengan begitu jelas.

"Kau tahu Mingyu." Junhui mengikuti gestur pemuda berambut coklat itu sama persis. Ia berdiri dan memandangi sosok tinggi didepannya dengan tatapan yang mungkin jika itu bisa dijadikan senjata, bisa membuat sepupunya terbunuh detik itu juga.

"Tidak semudah itu mengambil kekuasaan ayahku yang sebentar lagi akan jatuh ketanganku. Ayahmu hanyalah sampah tak berguna, jika bukan karena ibumu adalah adik ibuku, mungkin ayahmu telah lama mati membusuk di penjara bawah tanah keluargaku." Junhui menyeringai lebar ketika melihat bahu Mingyu yang menegang ketika mendengar kata-katanya yang menohok.

"Kekuatan cinta, eh?" Senyum yang terbit dibibir Junhui begitu penuh dosa. "Menjijikan."

Ia dapat melihat buku-buku jari sepupunya yang hanya terpaut usia dua bulan darinya itu memutih. "Itu jauh lebih baik daripada kau yang terlahir ke dunia tanpa cinta." Balas Mingyu dengan suara yang bergetar menahan amarah. "Ayahmu membunuh ibumu hanya untuk mendapatkan pewaris tak berguna sepertimu, ironis."

"Cih!" Junhui berdecak. "Omong kosong!"

Tawa meremehkan yang diberikan Mingyu menjadi penghinaan terbesar untuk Junhui. "Kau lebih baik berhati-hati Wen Junhui, aku berada tepat dibelakangmu untuk merampas segalanya yang kau punya."

"Benarkah?" Kedua sudut bibir Junhui terangkat membentuk senyum licik. "Kim Mingyu, awasi agar ucapanmu tidak berbalik menjadi bumerang."

Mingyu melangkah dengan cepat, meninggalkan sang sepupu dengan bunyi berdebam yang begitu nyaring dari pintu ruangan Junhui yang ia banting.

Beautiful Angel | JunShuaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang