Tiga hari berlalu. Sejak kepergian Mark, Haechan berjanji meluangkan waktu satu Minggu untuk mempersiapkan diri dalam rangka mengejar impiannya. Menyusul matenya, Mark tercinta. Satu Minggu pula Jogjakarta diliputi langit mendung dan kilatan cahaya. Namun sama sekali tak turun hujan.
"Haechan, nak bagus. Coba tengok kanjeng ibunya Mark. Bawa onde-onde buatan ibu, yo," Kanjeng ibu Kyung-soo menghampiri anaknya yang berkutat dengan laptopnya, melihat-lihat foto dirinya dan Mark.
"Oh, eh, inggih kanjeng ibu. Sekarang Haechan ke sana," Haechan bangkit dan membenahi dirinya.
"Ibu akan persiapkan onde-ondenya di dapur. Nanti kau ke dapurlah," Kanjeng ibu Kyung-soo berjalan meninggalkan Haechan di kamarnya dengan begitu anggun khasnya.
Hanya beberapa menit saja, Haechan menjemput kanjeng ibunya di dapur. Kanjeng ibu Kyung-soo sudah menunggu dengan setia.
"Ini, ibu sudah bungkuskan. Nanti bilang saja ke Pak Lee Donghae buat mengantarmu pakai mobil yang sudah dipanasi itu," tutur Kanjeng ibu Kyung-soo.
"Loh? Tak kira Haechan ke tempat kanjeng ibu Xiumin pakai motor yang biasa Chan bawa ke sekolah", protes Heechan.
"Yo, Ndak boleh pakai motor tho. Kamu dibolehkan naik motor itu kan kalau ke sekolah saja. Itu saja tiga hari tiga malam ibu merayu romomu. Kalau dipakai buat ke tempat Mark yo Ndak boleh tho," kanjeng ibu Kyung-soo mengingatkan anaknya.
Perlu diketahui saja. Haechan, meskipun memiliki wajah rupawan hingga dijuluki sebagai Tuan Puteri, sesungguhnya dia adalah sosok yang tomboy. Keberaniannyalah yang membuat dia menjadi sosok yang lebih dari sekadar Tuan Puteri dambaan setiap umat.
Segera bersama Pak Lee, sang supir baru keluarga Mangkubuwono, Haechan meluncur ke Surakarta. Tempat tinggal keluarga calon suami, Mark tercinta. Tak lupa dengan onde-onde made in kanjeng ibu Kyung-soo dibawakan ke dalam mobil.
Perjalanan menuju Surakarta tanpa kendala. Seperti biasa, saat masyarakat melihat plat mobil bertanda logo keraton, mereka akan menepi untuk memberi jalan. Mereka tahu bahwa itu adalah mobil yang membawa anggota keluarga keraton.
Cukup dengan 1 jam 15 menit, sang supir sudah sampai mengantar Tuan Puterinya di tempat calon suaminya. Haechan yang ketiduran, akhirnya dibangunkan supirnya. Memang begitu, Haechan tak bisa membiarkan waktunya hanya untuk melihat-lihat pemandangan selama perjalanan. Kadang dia memilih untuk menghubungi Mark, atau melihat berita terkini. Tapi sayang, ponselnya tertinggal di kamarnya. Akhirnya, dia memutuskan untuk tidur sebentar. Maklum saja, dia semalaman begadang untuk menemani kanjeng romonya menonton bola. Maksud hati, menemani kanjeng Romo Jong-in yang mumpung sedang berada di rumah.
Oke, kembali ke cerita saat sampai di rumah calon suami..
"Kanjeng muda, bangun. Kita sudah sampai," kata Pak Lee.
"Ehmm, Pak Lee. Heechan masih ngantuk ini lho," kata Heechan masih dengan mata setengah tertutup. Mulutnya mulai menguap."Whhuuaaa...". Tangan kiri menutupi mulutnya dan tangan kanan menggapai langit-langit mobil alias ngulet.
KAMU SEDANG MEMBACA
5 Dost (Hiatus)
RandomHighest rank Kejawen (3/11/2020) Haechan, seorang Magi omega yang berdarah keturunan asli keraton Jogjakarta telah dijodohkan dengan seorang Magi dari keraton Surakarta bernama Mark, bahkan keduanya telah bertunangan. Setelah memutuskan untuk melanj...