「7」

2.8K 444 172
                                    

Sicheng mengernyit ketika merasakan sinar matahari menyentuh penglihatannya. Ia membuka kedua matanya perlahan, mengerjapkannya guna memperjelas pandangannya. Rona merah terpancar di wajahnya ketika ia mengingat permainan panasnya dengan yuta semalam. Tubuh telanjangnya tertutup selimut, dan disampingnya; yuta masih terlelap.

Udara dingin yang menyelimuti kamar membuat sicheng mengeratkan pelukannya pada yuta, membuat yuta sedikit terganggu dan membuka kedua matanya.

Hanya sebentar, pemuda itu menutup matanya kembali sembari mengerang pelan, namun tidak melepaskan pelukan sicheng. Sepertinya ia masih mengantuk akibat permainan semalam.

Bibir sicheng mengerucut. Merman itu menyadari jika yuta sudah bangun, namun kesal ketika pemuda itu kembali menutup matanya.

"Dasar pemalas" gerutu sicheng.

Kecupan bertubi tubi mulai mendarat di dada yuta. Cara yang manis dari sicheng untuk membangunkan pemuda itu.

"Yuta!... Ayo bangun" rengek sicheng layaknya seorang anak yang tengah membangunkan ayahnya.

Sepertinya cara tadi tidak berhasil. Sicheng menggerakkan tubuhnya, telinga yuta adalah sasarannya. Mulutnya meraup telinga pemuda itu, sicheng menggigitnya pelan.

"Auwh!" Teriak yuta saat merasakan gigi sicheng menyentuh telinganya.

Sicheng terkikik, ia kembali membaringkan tubuhnya menghadap yuta. Mungkin jika ia menikah dengan yuta nanti, ia akan melakukan cara yang sama untuk membangunkannya; yaitu menggigit telinganya.

"Tidak bisa ya? Membangunkanku dengan cara sedikit lembut?"

"Aku sudah membangunkanmu dengan cara lembut tadi. Tapi kau tetap tidak mau bangun" balas sicheng dengan memajukan bibirnya.

Yuta menghela nafas, melihat sicheng seperti ini membuatnya tidak bisa kesal pada mahkluk itu. Ia memberikan sebuah ciuman di bibir cherry tersebut; melumatnya dengan lembut serta tangannya yang memainkan puting sicheng.

"Hentikan yuta... Aku lelah" ucap sicheng seraya menahan yuta yang mulai bermain di area lehernya.

"Salahmu yang terlalu menggoda"

Yuta bangkit dan memungut celananya yang berada di lantai. Sembari memakainya, ia melirik sicheng yang tengah memandangnya.

"Kenapa?" Tanya yuta disertai kekehannya.

"Aku akan kembali ke istana, menemui ayah"

Raut wajah pemuda itu berubah khawatir setelah mendengar ucapan sicheng. Yuta mendudukkan dirinya dipinggir ranjang sembari menatap sicheng.

"Bagaimana jika ayahmu melakukan sesuatu... Menghukummu? Atau mungkin membunuhmu?" Ucap yuta. Ia tidak ingin sichengnya terluka.

"Aku pasti akan dihukum. Tapi ayah tidak sampai membunuhku, karena aku putranya"

"Mungkin setelah ini, aku tidak akan pernah kembali ke daratan"

Sicheng mendudukkan dirinya disamping yuta, walaupun sedikit meringis karena tubuh bagian bawahnya masih terasa perih. Tangannya ia gunakan untuk mengusap wajah yuta, ia tau pemuda itu tak ingin dirinya pergi.

"Aku mencintaimu sicheng" hanya itu yang bisa yuta ucapkan. Matanya tampak berkaca kaca, ia tidak ingin kehilangan sicheng.

Sebuah senyum terukir di bibir cherrynya. Kecupan kecil mendarat di pipinya sebagai balasan jika sicheng juga mencintainya. Walaupun perih karena mungkin—dirinya tidak akan pernah bertemu dengan yuta lagi, setidaknya sicheng senang, ayahnya akan membatalkan pernikahannya dengan yukhei ketika melihat tanda kemerahan di lehernya, yang mungkin setelah itu dirinya akan mendapat hukuman berat.

Under The Sea •yuwin•Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang