tak mungkin, san

79 7 0
                                    

i know that san doesn't have a belief, but i'll make it as if he believes in religion and god. the reason why i choose him is that because his eyes got me remember over someone.



san ateez 
















ketika sebuah perasaan yang muncul tanpa kendali, di luar ranah kontrol diri. 

     y/n, namanya. cantik, rupanya; baik, perangainya. beberapa tahun jarak di antara aku dan dirinya, yang sejak kecil kami hampir selalu bermain bersama dengan anak lainnya. sampai aku mulai masuk SMP dan aku sudah tak pernah keluar rumah lagi. begitu juga dengan anak-anak lainnya. kami tak pernah benar-benar berinteraksi, hanya kadang dirinya terlihat di luar rumah entah sedang menyapu halaman atau sekedar menikmati udara segar. 

hingga kami disatukan di universitas yang sama, satu fakultas berbeda jurusan. aku sebagai kakak tingkat-nya yang sedang menyusun skripsi, sedangkan dirinya mahasiswa baru yang sudah menarik perhatian sejak pertama kali menapak-kan kaki. 
     benar-benar yang semua orang mengetahui dirinya, menjadi buah bibir semua penghuni kampus. pertama, karena kecantikannya yang memang takkan ku elakkan. kedua, gaya berpakaian yang berbeda dari anak-anak lain, tidak jauh-jauh dari kebaya—songket—tenun—batik. dan terakhir, dirinya yang berani melawan kakak tingkat; karena memang ditindas yang sepertinya disebabkan oleh kakak tingkat yang di rasuki rasa dengki terhadap kecantikannya. 

"gila, harusnya dia masuk saja jurusan ilmu politik, pasti akan memenangkan banyak persidangan kalau jadi seorang pengacara. kudengar orlin langsung diam seribu bahasa," tutur hwa saat itu.  

lalu setelahnya dia menjadi sangat terkenal, juga menjadi kembang kampus. 

     sebenarnya, aku tak tahu pasti kapan diri ini terbuai olehnya, yang ku ingat adalah dirinya yang tersenyum manis sambil memberikan paper bag berlambang restoran cepat saji yang ku percaya belum disentuhnya sama sekali kepada seorang perempuan berpakaian lusuh dengan anak lelaki yang tertidur di sampingnya, hanya beralaskan kardus. jujur memang dirinya baik, karena mudah untuknya menjadi dekat dengan anak kecil, dan anak kecil tak mungkin salah walaupun belum mengerti barang sedikit. dan juga entah sejak kapan kami menjadi dekat.


"y/n," panggil-ku yang hanya dibalas dengan dehaman. "liburan kali ini mau pulang?" pertanyaan-ku mampu mengalihkan atensi-nya. dirinya menggeleng sebagai jawaban, yang membuatku menaikkan alis keheranan.

"engga kenapa-kenapa," jawabnya yang seolah mengerti.

aku tahu.

selama ini kami tinggal berdampingan, dan jujur, tak jarang suara teriak dan berdebat terdengar dari arah rumahnya. beberapa kali suara benda dibanting. dan y/n sepertinya menjadikan kampus ini— yang memang jauh dari rumah, sebagai pelarian-nya. watak keluarganya yang keras, berprinsip, dan keluarga-nya memang terkenal dengan kecerdasan yang mereka miliki. dan, orangtuanya yang cukup keras, memaksakan kehendaknya tanpa mendengarkan anaknya. 

imagineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang